Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DAN JENIS KLAUSA

Disusun Oleh : Kelompok 4

Nama Anggota : 1. Andini Dara Ananti (2113041031)

2. Annisa Regina Putri (2113041033)

3. Dito Jati Waseso (2113041061)

4. Cindy Agustin (2153041011)

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah : Sintaksis Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : 1. Dr. Sumarti, M.Hum.

2. Khoerotun Nisa Liswati, M.Hum.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-Nya,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, dengan judul
“Konsep dan Jenis Klausa” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah


membantu dan memberikan masukan terkait penulisan makalah, terutama dosen
pengampu mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia yaitu Dr. Sumarti, M.Hum. dan
Khoerotun Nisa Liswati, M.Hum. Sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam


penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan, tata bahasa, maupun isi. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kami
jadikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki makalah ini ke depannya.
Semoga makalah ini bermanfaat tidak hanya bagi warga Universitas Lampung
tetapi juga masyarakat luas yang membaca.

Bandar Lampung, 4 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Klausa ....................................................................................... 3
2.2 Ciri-ciri Klausa ............................................................................................ 3
2.3 Jenis-jenis Klausa ........................................................................................ 4
2.4 Analisis Klausa .......................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
3.2 Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan fenomena yang menghubungkan global makna dan dunia
bunyi. Lalu, menjadi penghubung diantara ke dua global itu, bahasa dibangun
oleh tiga butir komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan
komponen fonologi (Chaer, 2009:1). Sistem gramatika umumnya dibagi atas
subsistem morfologi dan sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakanpenataan
dan pengaturan istilah-istilah itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar,yang
dianggap satuan-satuan sintaksis, yakni istilah, frase, klausa, kalimat, danwacana
(Chaer, 2009:3).

Dilihat menurut segi bentuknya, kalimat bisa dirumuskan menjadi salah satu
konstruksi sintaksis yang terdiri menurut dua istilah atau lebih. Hubungan
strukturalantara kata dan kata, atau kelompok istilah menggunakan kelompok kata
yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “istilah” masih ada dua satuan
sintaksis antara,yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa adalah satuan sintaksis yang
terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan
frase merupakansatuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak
mengandung unsur predikasi (Hasan Alwi, 2003:312). Berdasarkan uraian tadi
maka dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan menjadi bagian menurut suatu
kalimat, dan oleh karena itu klausa tidak bisa dipisahkan menurut kalimat.

Keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam bahasa
verbal juga bahasa tulis, dituntut kemampuan buat membuat konstruksi kalimat
yang baik dan benar pula. Maka pengetahuan mengenai jenis-jenis klausa dan
strukturnya menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan
sintaksis yang terdiri dari satu atau lebih klausa.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat


dirumuskan adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan klausa?


2. Apa ciri-ciri dari klausa?
3. Apa saja jeni-jenis klausa?
4. Apa itu analisis klausa?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan :

1. Untuk mengetahui apa itu klausa.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri klausa.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis klausaa.
4. Untuk mengetahu analisis klausa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Klausa


Klausa pada dasarnya merupakan salah satu unsur pembentuk sebuah kalimat
bersama dengan kata dan juga frasa. Klausa sendiri merupakan satuan gramatikal
yang ditandai dengan adanya predikat. Artinya, kehadiran sebuah predikat dalam
sebuah klausa merupakan suatu kewajiban yang harus ada dalam setiap klausa.
Klausa yang bersifat predikatif dapat digabungkan dengan fungsi lainnya seperti
subjek, objek, maupun keterangan, karena yang terpenting adalah sebuah klausa
memiliki sebuah fungsi predikat di dalamnya. Tetapi, fungsi subjek merupakan
fungsi tambahan selain fungsi predikat yang wajib ada dalam sebuah klausa,
sedangkan fungsi yang lainnya tidak bersifat wajib. Sebuah klausa juga tidak
memiliki intonasi akhir dalam pengucapannya.
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa klausa adalah satuan sintaksis yang berada di
antara satuan frasa dan satuan kalimat, terdiri atas subjek dan predikat, tidak
memiliki intonasi akhir, memiliki fungsi gramatikal, berkonstruksi predikatif, dan
berpotensi menjadi sebuah satuan kalimat yang utuh.

2.2 Ciri-Ciri Klausa

Klausa memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dengan frasa dan


juga kalimat. Berikut merupakan ciri-cirinya:

1. Berkonstruksi Predikatif
Sebuah klausa tentunya harus berkonstruksi predikatif. Ini merupakan ciri-
ciri yang paling umum, karena klausa sendiri harus memiliki sebuah
predikat dalam struktur penyusunannya.
2. Tidak Memiliki Intonasi Akhir
Maksud dari tidak memiliki intonasi akhir adalah, ketika kita
mengucapkan sebuah klausa tidak ada nada di akhir pengucapannya.

3
Berbeda dengan kalimat tanya dan kalimat perintah atau kalimat yang
diakhiri dengan tanda baca koma yang pengucapannya akan memiliki
suatu nada atau intonasi khusus di akhir pengucapannya.
3. Berpotensi Menjadi Sebuah Kalimat
Maksudnya adalah, ketika klausa tercipta, maka kita bisa saja melanjutkan
klausa tersebut dengan fungsi-fungsi gramatikal lainnya seperti
menambahkan fungsi objek maupun fungsi keterangan sehingga menjadi
suatu kalimat yang utuh.

2.3 Jenis-Jenis Klausa

1. Klausa Berdasarkan Stuktur


Berdasarkan strukturnya klausa dibagi menjadi dua, yaitu:
 Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur yang
lengkap sehingga memiliki kemungkinan untuk menjadi kalimat
utama, yaitu kalimat yang mempunyai subjek dan predikat. Klausa
jenis ini dapat berdiri sendiri dan tidak menggunakan konjungsi.
Contoh :
1. Ayah memancing
2. Nia menari
3. Arjuna menyanyi
4. Nenek Surti merajut
 Klausa Terikat
Klausa terikat disebut juga sebagai anak kalimat. Klausa terikat
tidak memiliki kemungkinan menjadi sebuah kalimat karena seringkali
tidak memiliki subjek maupun predikat. Klausa ini dapat ditandai
dengan adanya penggunaan konjungsi dalam kalimatnya. Contoh:
1. Ayah pulang tadi sore
2. Ibu pergi ke sungai

4
2. Klausa Berdasarkan Struktur Internnya
Klausa berdasarkan struktur internya jika subjeknya di awal disebut
klausa runtut, jika subjenya berada dibelakang maka disebur klausa susun
terbalik (inversi). Contoh:
S-P : runtut
1. Buku novel itu begitu menarik
2. Mereka sedang bermain
P-S : inversi
1. Begitu menarik buku novel itu
2. Sedang bermain mereka

3. Klausa Berdasarkan Fungsi


Klausa berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 5 jenis, yaitu; Unsur
Pengisi Fungsi Predikat, Unsur Pengisi Fungsi Objek, Unsur Pengisi
Fungsi Pelengkap, dan Unsur Pengisi Fungsi Keterangan.
1) Unsur Pengisi Fungsi Subjek
Dalam bahasa Indonesia, unsur pengisi subjek biasanya adalah frasa
benda. Tetapi dapat juga diisi oleh kata kerja, kata sifat, dan kata
bilangan. Pada klausa ini, subjek menjadi sebuah frasa nominal.
Kedudukan akan subjek mendahului predikat. Contoh:
 Saya belum memahami penjelasan guru
S P O (Subjek kata benda)
 Pengusaha kayu lapis itu telah ditangkap polisi
S P O (Subjek frasa
benda)
2) Unsur Pengisi Fungsi Predikat
Fungsi predikat dapat diisi dengan kategori kata benda, kata sifat, kata
kerja, dan kata bilangan. Contoh:
 Anak Bu Surti ada dua
S P
 Calon istriku seorang juru masak

5
S P
3) Unsur Pengisi Fungsi Objek
Unsur pengisi fungsi objek adalah frasa benda. Jenis pengisi klausa
fungsi objek berupa frasa nominal dan melengkapi verba transitif.
Contoh:
 Chairil Anwar (S) mengarang (P) sajak (O)
4) Unsur Pengisi Fungsi Pelengkap
Klausa pelengkap berwujud nomina, adjektiva, atau frasa adjektiva
pada predikat verbal, serta frasa nominal. Contoh:
 Dara (S) membeli (P) buah (Pel.) di pasar (Ket.)
 Semua mahasiswa (S) belajar (P) Sintaksis (Pel.)
5) Unsur Pengisi Fungsi Keterangan
Klausa pada keterangan fungsinya adalah untuk memperluas serta
membatasi makna subjek ataupun predikat. Contoh:
 Kemarin lusa (Ket.) keluarga Tono (S) tiba (P) di rumah Rina
(Ket.)

4. Klausa berdasarkan Kelengkapan Unsur Inti


Berdasarkan kelengkapa unsur inti klausa dibagi menjadi 2 jenis,
yakni:
1) Klausa Lengkap
Klausa lengkap dapat dilihat dari kelengkapan sebuah unsur
Subjek (S) dan Predikat (P). Contoh:
 Kami sedang belajar (Kami = subjek, sedang belajar predikat)
 Adik menjahit (Adik = subjek, menjahit = predikat)
 Rian sakit hari ini (Rian = subjek, sakit = predikat, hari ini =
keterangan)
2) Klausa Tidak Lengkap
Berkebalikan dengan klausa lengkap, klausa tidak lengkap dapat
diamati dengan ketidaklengkapan unsur yang menyusunnya. Alias
klausa ini hanya terdiri dari unsur predikat tanpa subjek. Contoh:
 Sedang pergi

6
 Bus berkapasitas empat puluh orang itu menabrak pohon
 Sedang membuat kue
5. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi pada P (Berdasarkan
Kata Negatifnya)
Berdasarkan kata negatifnya klausa dibedakan menjadi dua jenis,
yakni:
a. Klausa Positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki unsur negasi
yang secara gramatikal menegatifkan predikat. Klausa positif ialah
klausa yang tidak memiliki kata negatif sehingga predikatnya bersifat
positif. Contoh:
1) Saya berhasil mencetak gol (saya = subjek, berhasil mencetak gol
= predikat)
2) Kami sudah menjadi sarjana (kami = subjek, menjadi sarjana =
predikat)
b. Klausa Negatif
Klausa negatif yaitu klausa yang punya kata negatif seperti
“tidak”, ”bukan”, ”jangan”, jadi predikatnya itu bersifat negatif.
Contoh:
 Ibu belum tidur (Ibu = subjek, belum tidur = predikat)
 Dia bukan wartawan senior (Dia = subjek, bukan wartawan senior
= predikat)
 Bukan saya yang melakukannya (saya = subjek, yang melakukan =
predikat)

6. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P


(Berdasarkan Unsur yang Menjadi Predikat)
Berdasarkan unsur yang menjadi predikatnya terbagi menjadi 4 jenis,
yakni:
 Klausa Verba
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba
(kata kerja). Contoh:

7
1) Petani membajak sawahnya dengan tekun (petani = subjek,
membajak sawahnya = predikat, dengan tekun = keterangan)
2) Iyay memancing di kolam (Iyay = subjek, memancing = predikat,
di kolam = keterangan)
 Klausa Verba Transitif
a. Verba Ekatransitif
Verba transitif adalah verba yang diikuti oleh satu objek. Contoh:
1) Mereka sedang mengerjakan soal
2) Tim akan membuat kejutan
b. Verba Dwitransitif
Verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif
dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi
sebagai pelengkap. Contoh:
1) Bu Lita menuduh Aris menyontek
2) Kami biasa memanggil dia Caca
3) Ibu selalu memberi kami uang
c. Verba Semitransitif
Verba semitransitif adalah verba yang objeknya boleh ada
dan boleh juga tidak. Contoh:
1) Saya sedang makan
2) Saya sedang mandi

 Klausa Verba Intransitif


a. V.I Tidak Berobjek dan Berpelengkap
Verba intransitif tidak berpelengkap adalah verba yang tidak
memiliki objek atau berpelengkap. Contoh:
1) Sawah ini mulai menguning
2) Saya lapar
b. V.I wajib berpelengkap
Verba intransitif yang wajib memiliki pelengkap adalah verba
yang wajib diikuti pelengkap. Contoh:
1) Dani kejatuhan cicak

8
2) Keputusan berdasarkan kesepakatan

c. V.I berpelengkap manasuka


Verba ini adalah verba tidak wajib diikuti pelengkap. Contoh:
1) Gedung itu tidak beratap
2) Orang itu tidak berpakaian

 Klausa Verba Pasif


Contoh klausa verba pasif, yaitu:
1) Novel itu dibaca olehnya
2) Tugas itu telah mereka kerjakan
3) Suratnya kubaca kemarin malam

 Klausa Verba Refleksif


Dalam klausa verba refleksif (P) merupakan perbuatan yang
mengenai pelaku perbuatan itu sendiri dan bentuk kata kerja meN- diikuti
kata diri. Contoh: Para petinju memperkuat diri dengan berlatih.

 Klausa Verba Resiprokal


Klausa verba resiprokal merupakan klausa yang menyatakan
kesalingan. Contoh: Mereka saling menyayangi

 Klausa Verba Berpreposisi


Verba berpreposisi adalah verba intransitif yang selalu diikuti oleh
preposisi. Contoh:
1) Dina sering berkata tentang hal itu.
2) Anak-anak menyesal atas perbuatannya.

 Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina (kata
benda). Struktur utama klausa ini terdiri atas subjek dan predikat. Contoh:
1) Ia guru

9
2) Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
3) Mereka nelayan
4) Mereka itu mahasiswa baru di Universitas Lampung

 Klausa Adjektiva
Kalusa adjektiva adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia.
Dalam jenis klausa adjektiva ini, predikat berkedudukan sebagai kata
keadaan. Penyusunan klausa adjektival secara umum terdiri dari subjek
yang berkategorikan nomina dan predikat yang berkategorikan adjektif.
Contoh :
1) Harga baju itu sangat murah. (Harga baju itu = kata benda, sangat
murah = kata sifat)
2) Anak itu pintar sekali. (Anak itu = kata benda, pintar sekali = kata
sifat)
3) Mawar itu harum sekali (Mawar itu = kata benda, harus sekali = kata
sifat)

 Klausa Preposisional
Klausa depan atau klausa preposisional adalah klausa yang (P)
merupakan frasa depan atau frasa yang diawali kata depan sebagai
penanda. Seperti di, ke, dari, maupun sejenisnya.Contoh :
1) Beras itu dari Pagaralam
2) Kakek di halaman
3) Dia dari Lampung

2.4 Analisis Klausa

Klausa dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi


unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya,
berdasarkan makna unsur-unsurnya.

1. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya

10
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P,
O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu
klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang
terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, Pel dan Ket.
Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu
ada dalam klausa ialah P.
1) Subjek (S) dan Predikat (P)
Contoh :
1. Budi(S) tidak berlari-lari(P) atau Tidak berlari-lari(P) Budi(S)
2. Badannya(S) sangat lemah(P) atau Sangat lemah(P) badannya(S)
2) Objek (O) dan Pelengkap (P)
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin
terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri
ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal
transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Contoh :
a. Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(P) pentas seni(O).
b. Pentas seni(S) akan diselenggarakan(P) kepala sekolah(O)
3) Keterangan (K)
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat
diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang
selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada
umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat
terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya
sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena
O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung
dibelakang P. Contoh:
a. Akibat banjir(Ket) desa-desa itu(S) hancur(P)
b. Desa-desa itu(S) hancur(P) akibat banjir(O)

2. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi


Unsurnya.

11
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi
unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak
terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis
fungsional.

C
o Aku Sudah menghadap Komandan Tadi
n
Fungsi
t Subjek Predikat Objek Keterangan

o kata
Kelas Nomina Verba Nomina Keterangan
h
:

3. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.


Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-
unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah
dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil,
FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket
terdiri dari Ket, FD, N.
Fungsi-fungsi itu disamping terdiri dari kategori-kategori kata atau
frase juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur
pengisi fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur
pengisi fungsi yang lain. Contoh:

12
Dinda Memahami Adiknya Di tempat Beberapa
tidur saat
1) M
aFungsi Subjek Predikat Objek Keterangan Keterangan

k 1 2

nKelas Nomina Verba Nomina Frasa Depan Nomina

akata
Makna Pelaku Pembuatan Penderita Tempat Waktu

Unsur Pengisi Predikat (P)


1. Menyatakan makna "Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna
"Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya"
yaitu 'Dinda'
2. Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat, rumah itu sangat besar, lukanya
sangat parah.
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah tidak menyatakan makna
„perbuatan‟ melainkan menyatakan makna „keadaan‟. Makna keadaan
dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1) Keadaan relatif singkat.
Keadaan ini mudah berubah. Misalnya:
a) Rumah itu(S) sangat bersih(P)
b) Kami(S) sudah mengantuk(P)
2) Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah
berubah. Keadaan yang semacam ini secara khusus disebut sifat.
Misalnya:
1 Mahasiswa itu(S) sangat rajin(P)
2 Perempuan itu(S) ramah sekali(P)
3 Pohon cemara itu(S) sangat tinggi(P)
3) Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang
disebut proses. Misalnya:
a) Hujannya(S) mereda(P)
b) Pengaruhnya(S) semakin meluas(P)

13
4) Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya:
a) Orang itu(S) dapat memahami(P) keinginan anaknya.(pel.)
b) Setiap orang(S) menyukai(P) perbuatan baik(pel.)
c) Orang itu(S) sangat sayang(P) kepada binatang(pel.)

3. Menyatakan Makna 'Keberadaan"


Contoh :
a) Para tamu(S) ada di ruang depan(P)
b) Ariel(S) berada diruang baca(P)
c) Dinda(S) tinggal di luar kota(P)
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak
menyatakan makna "perbuatan" dan "keadaan" melainkan
menyatakan makna "keberadaan".

4. Menyatakan makna "pengenal"


Contoh :
a) Orang itu(S) adalah pegawai kedutaan(P)
b) Mereka(S) adalah mahasiswa UM(P)
c) Dia(S) adalah teman kecil saya(P)
Unsur pengisi P yang terdiri dari frase dengan golongan N yaitu
pegawai kedutaan mahasiswa UM, teman kecil saya merupakan
makna „pengenal‟ atau „identitas‟, yaitu ciri khas seseorang atau
sesuatu benda yang menyebabkan orang atau benda tersebut mudah
dikenal.

5. Menyatakan makna "jumlah"


Contoh :
3. Rumah itu(S) dua rumah(P)
4. Anak orang itu(S) lima(P)
5. Kaki meja itu(S) empat(P)

14
Kata dua rumah, lima, dan empat yang termasuk dalam golongan
kata Bilangan. Yang dalam kalimat di atas mengisi fungsi P,
menyatakan makna „jumlah‟ menjawab pertanyaan berapa.

6. Menyatakan makna "perolehan"


Contoh :
a) Ariel(S) memiliki(P)mobil(O)
b) Dinda(S) mendapat(P) hadiah(O)
c) Sayur-sayuran itu(S) mengandung(P) banyak vitamin(O)
Kata mendapat dan memiliki yang mengisi unsur fungsi P pada
kalimat-kalimat di atas menyatakan makna „pemerolehan‟ atau
„benefaktif‟ yaitu peruntukan, kegunaan atau manfaat.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemahaman akan klausa sebagai salah satu satuan sintaktis, memberikan
dasar yang mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis,
klausa berbeda dengan satuan-satuan sintaktis yang lain, balk strukturnya maupun
hubungan, serta jenisnya.Hal ini perlu dipahami lebih lanjut dalam rangka
mendalami seluk beluk kalimat.Dengan mempelajari klausa diharapkan diperoleh
pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis klausa.

Telah dijelaskan bahwa klausa adalah salah satu satuan sintaktis.Sebagai


suatu satuan gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase, dan yang memiliki
satu predikat.Pada umumnya klausa menjadi konstituen kalimat.Sekurang-
kurangnya klausa memiliki satu subyek dan satu predikat, dan mempunyai potensi
untuk menjadi kalimat.

Di dalam konstruksi klausa itu ada komponen, baik berupa kata atau frasa,
yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek,
maupun keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa
ini, hadirnya fungsi subjek dapat dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi
lainnya bersifat tidak wajib, yaitu seperti objek dan keterangan.

Kelengkapan unsur intinya, klausa diklasifikasikan atas klausa lengkap, dan


klausa tidak lengkap, dari struktur internalnya klausa dibedakan atas klausa
berstruktur runtut dan klausa berstruktur inversi, dari distribusinya, klausa
diklasifikasikan atas klausa bebas, dan klausa terikat, dari terdapat tidaknya unsur
negasi dalam predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa positif, & klausa
negatif, dari kategori pengisi fungsi predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa
verbal, dan klausa nonverbal.

16
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, tentu saja kami menyadari jika
dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Kami akan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam makalah kami.
Terima kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Awwaabiin. Salma. (2021). Klausa: Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi dan Contoh


Lengkapnya.

Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Rineka Cipta,


2015. Jakarta.

Mahajani, Tri, et al. Sintaksis Bahasa Indonesia. Penerbit Lindan Bestari, 2021. .

Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta:


UHAMKA.

Ramlan, M. 2001. ILMU BAHASA INDONESIA SINTAKSIS. Yogyakarta: CV


Karyono.

Yudistira, 2007. Mahir Berbahasa Indonesia kelas XI Program Bahasa. Jakarta: P.


Tukan

Abas Lutfi, 1967.Pengantar Linguistik dsn Tatabahasa Bahasa Indonesia I.


Bandung, Jajasan Penerbit Universitas Pajajaran.

Chaer, Abdul, 1988. Tata Bahasa Praktis, Jakarta: Bratara.

1994. Linguistik Umum, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Moeliono, Anton M. (Peny), 1988.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Balai


Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif bahasa Indonesia.

Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departernen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Verhaar, W. M.1981. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

18
Ramlan, 1986. ilrnu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V.Karyono.
Samsuri, 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga. 1985. Tata
Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya.

19

Anda mungkin juga menyukai