UNIVERSITAS LAMPUNG
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-Nya,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, dengan judul
“Konsep dan Jenis Klausa” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dilihat menurut segi bentuknya, kalimat bisa dirumuskan menjadi salah satu
konstruksi sintaksis yang terdiri menurut dua istilah atau lebih. Hubungan
strukturalantara kata dan kata, atau kelompok istilah menggunakan kelompok kata
yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “istilah” masih ada dua satuan
sintaksis antara,yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa adalah satuan sintaksis yang
terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan
frase merupakansatuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak
mengandung unsur predikasi (Hasan Alwi, 2003:312). Berdasarkan uraian tadi
maka dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan menjadi bagian menurut suatu
kalimat, dan oleh karena itu klausa tidak bisa dipisahkan menurut kalimat.
Keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam bahasa
verbal juga bahasa tulis, dituntut kemampuan buat membuat konstruksi kalimat
yang baik dan benar pula. Maka pengetahuan mengenai jenis-jenis klausa dan
strukturnya menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan
sintaksis yang terdiri dari satu atau lebih klausa.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Berkonstruksi Predikatif
Sebuah klausa tentunya harus berkonstruksi predikatif. Ini merupakan ciri-
ciri yang paling umum, karena klausa sendiri harus memiliki sebuah
predikat dalam struktur penyusunannya.
2. Tidak Memiliki Intonasi Akhir
Maksud dari tidak memiliki intonasi akhir adalah, ketika kita
mengucapkan sebuah klausa tidak ada nada di akhir pengucapannya.
3
Berbeda dengan kalimat tanya dan kalimat perintah atau kalimat yang
diakhiri dengan tanda baca koma yang pengucapannya akan memiliki
suatu nada atau intonasi khusus di akhir pengucapannya.
3. Berpotensi Menjadi Sebuah Kalimat
Maksudnya adalah, ketika klausa tercipta, maka kita bisa saja melanjutkan
klausa tersebut dengan fungsi-fungsi gramatikal lainnya seperti
menambahkan fungsi objek maupun fungsi keterangan sehingga menjadi
suatu kalimat yang utuh.
4
2. Klausa Berdasarkan Struktur Internnya
Klausa berdasarkan struktur internya jika subjeknya di awal disebut
klausa runtut, jika subjenya berada dibelakang maka disebur klausa susun
terbalik (inversi). Contoh:
S-P : runtut
1. Buku novel itu begitu menarik
2. Mereka sedang bermain
P-S : inversi
1. Begitu menarik buku novel itu
2. Sedang bermain mereka
5
S P
3) Unsur Pengisi Fungsi Objek
Unsur pengisi fungsi objek adalah frasa benda. Jenis pengisi klausa
fungsi objek berupa frasa nominal dan melengkapi verba transitif.
Contoh:
Chairil Anwar (S) mengarang (P) sajak (O)
4) Unsur Pengisi Fungsi Pelengkap
Klausa pelengkap berwujud nomina, adjektiva, atau frasa adjektiva
pada predikat verbal, serta frasa nominal. Contoh:
Dara (S) membeli (P) buah (Pel.) di pasar (Ket.)
Semua mahasiswa (S) belajar (P) Sintaksis (Pel.)
5) Unsur Pengisi Fungsi Keterangan
Klausa pada keterangan fungsinya adalah untuk memperluas serta
membatasi makna subjek ataupun predikat. Contoh:
Kemarin lusa (Ket.) keluarga Tono (S) tiba (P) di rumah Rina
(Ket.)
6
Bus berkapasitas empat puluh orang itu menabrak pohon
Sedang membuat kue
5. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi pada P (Berdasarkan
Kata Negatifnya)
Berdasarkan kata negatifnya klausa dibedakan menjadi dua jenis,
yakni:
a. Klausa Positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki unsur negasi
yang secara gramatikal menegatifkan predikat. Klausa positif ialah
klausa yang tidak memiliki kata negatif sehingga predikatnya bersifat
positif. Contoh:
1) Saya berhasil mencetak gol (saya = subjek, berhasil mencetak gol
= predikat)
2) Kami sudah menjadi sarjana (kami = subjek, menjadi sarjana =
predikat)
b. Klausa Negatif
Klausa negatif yaitu klausa yang punya kata negatif seperti
“tidak”, ”bukan”, ”jangan”, jadi predikatnya itu bersifat negatif.
Contoh:
Ibu belum tidur (Ibu = subjek, belum tidur = predikat)
Dia bukan wartawan senior (Dia = subjek, bukan wartawan senior
= predikat)
Bukan saya yang melakukannya (saya = subjek, yang melakukan =
predikat)
7
1) Petani membajak sawahnya dengan tekun (petani = subjek,
membajak sawahnya = predikat, dengan tekun = keterangan)
2) Iyay memancing di kolam (Iyay = subjek, memancing = predikat,
di kolam = keterangan)
Klausa Verba Transitif
a. Verba Ekatransitif
Verba transitif adalah verba yang diikuti oleh satu objek. Contoh:
1) Mereka sedang mengerjakan soal
2) Tim akan membuat kejutan
b. Verba Dwitransitif
Verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif
dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi
sebagai pelengkap. Contoh:
1) Bu Lita menuduh Aris menyontek
2) Kami biasa memanggil dia Caca
3) Ibu selalu memberi kami uang
c. Verba Semitransitif
Verba semitransitif adalah verba yang objeknya boleh ada
dan boleh juga tidak. Contoh:
1) Saya sedang makan
2) Saya sedang mandi
8
2) Keputusan berdasarkan kesepakatan
Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina (kata
benda). Struktur utama klausa ini terdiri atas subjek dan predikat. Contoh:
1) Ia guru
9
2) Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
3) Mereka nelayan
4) Mereka itu mahasiswa baru di Universitas Lampung
Klausa Adjektiva
Kalusa adjektiva adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia.
Dalam jenis klausa adjektiva ini, predikat berkedudukan sebagai kata
keadaan. Penyusunan klausa adjektival secara umum terdiri dari subjek
yang berkategorikan nomina dan predikat yang berkategorikan adjektif.
Contoh :
1) Harga baju itu sangat murah. (Harga baju itu = kata benda, sangat
murah = kata sifat)
2) Anak itu pintar sekali. (Anak itu = kata benda, pintar sekali = kata
sifat)
3) Mawar itu harum sekali (Mawar itu = kata benda, harus sekali = kata
sifat)
Klausa Preposisional
Klausa depan atau klausa preposisional adalah klausa yang (P)
merupakan frasa depan atau frasa yang diawali kata depan sebagai
penanda. Seperti di, ke, dari, maupun sejenisnya.Contoh :
1) Beras itu dari Pagaralam
2) Kakek di halaman
3) Dia dari Lampung
10
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P,
O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu
klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang
terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, Pel dan Ket.
Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu
ada dalam klausa ialah P.
1) Subjek (S) dan Predikat (P)
Contoh :
1. Budi(S) tidak berlari-lari(P) atau Tidak berlari-lari(P) Budi(S)
2. Badannya(S) sangat lemah(P) atau Sangat lemah(P) badannya(S)
2) Objek (O) dan Pelengkap (P)
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin
terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri
ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal
transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Contoh :
a. Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(P) pentas seni(O).
b. Pentas seni(S) akan diselenggarakan(P) kepala sekolah(O)
3) Keterangan (K)
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat
diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang
selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada
umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat
terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya
sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena
O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung
dibelakang P. Contoh:
a. Akibat banjir(Ket) desa-desa itu(S) hancur(P)
b. Desa-desa itu(S) hancur(P) akibat banjir(O)
11
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi
unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak
terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis
fungsional.
C
o Aku Sudah menghadap Komandan Tadi
n
Fungsi
t Subjek Predikat Objek Keterangan
o kata
Kelas Nomina Verba Nomina Keterangan
h
:
12
Dinda Memahami Adiknya Di tempat Beberapa
tidur saat
1) M
aFungsi Subjek Predikat Objek Keterangan Keterangan
k 1 2
akata
Makna Pelaku Pembuatan Penderita Tempat Waktu
13
4) Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya:
a) Orang itu(S) dapat memahami(P) keinginan anaknya.(pel.)
b) Setiap orang(S) menyukai(P) perbuatan baik(pel.)
c) Orang itu(S) sangat sayang(P) kepada binatang(pel.)
14
Kata dua rumah, lima, dan empat yang termasuk dalam golongan
kata Bilangan. Yang dalam kalimat di atas mengisi fungsi P,
menyatakan makna „jumlah‟ menjawab pertanyaan berapa.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemahaman akan klausa sebagai salah satu satuan sintaktis, memberikan
dasar yang mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis,
klausa berbeda dengan satuan-satuan sintaktis yang lain, balk strukturnya maupun
hubungan, serta jenisnya.Hal ini perlu dipahami lebih lanjut dalam rangka
mendalami seluk beluk kalimat.Dengan mempelajari klausa diharapkan diperoleh
pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis klausa.
Di dalam konstruksi klausa itu ada komponen, baik berupa kata atau frasa,
yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek,
maupun keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa
ini, hadirnya fungsi subjek dapat dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi
lainnya bersifat tidak wajib, yaitu seperti objek dan keterangan.
16
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, tentu saja kami menyadari jika
dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Kami akan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam makalah kami.
Terima kasih.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mahajani, Tri, et al. Sintaksis Bahasa Indonesia. Penerbit Lindan Bestari, 2021. .
University Press.
18
Ramlan, 1986. ilrnu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V.Karyono.
Samsuri, 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga. 1985. Tata
Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya.
19