Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

WACANA DALAM BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:
Afdel Muhammad Sinatrya 2002311045
Fachri Fah Rullah 2002311035
Muh. Alif Hidayat S 2002311037
Diandra Lesmana Putra 2002311094

Dosen Pengampu:
Asep Yana Yusyama, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Wacana Dalam Bahasa Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Bapak Asep Yana Yusyama, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
penulis dan pembaca mengenai topik yang dibahas pada makalah ini, yaitu wacana.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
tugas ini dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat terbuka dan berterima kasih terhadap saran dan kritik dari para pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Jakarta, 20 September 2020

Penulis
Daftar Isi

JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri-Ciri Wacana....................................................................2
B. Kriteria Wacana yang Baik.............................................................................3
C. Jenis-Jenis Wacana..........................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering kali kita mendengar orang mengatakan seperti, “Pemilihan presiden di
Indonesia merupakan wacana  yang menarik saat ini”. Pada kesempatan yang
lain, ada orang yang secara lantang mengatakan, “Ah, itu kan hanya
sekadar wacana”. Meskipun tidak ada konteks yang menyertai kedua kalimat
tersebut, terasa jelas bagi kita bahwa wacana  dalam kalimat tersebut
bernuansa. Wacana yang disebutkan dalam kalimat pertama cenderung bebas dari
nilai rasa (konotasi), sedangkan yang kedua bernilai rasa (berkonotasi) negatif.
Jika dinyatakan secara pasti, wacana dalam pemakaian pertama bermakna “topik
pembicaraan”, topik diskusi, atau bahasan. Sedangkan dalam pemakaian kedua
cenderung bermakna “topik atau bahasan yang ringan, sepele, yang tidak penting.
Lalu apakah kata wacana memiliki banyak makna?.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyadari betapa pentingnya


memahami wacana supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian dan
makna dari wacana. Untuk mengenal wacana secara lebih dalam maka perlu
diketahui jenis-jenis atau klasifikasi dari wacana, sehingga akan tergambar
dengan jelas apa sebenarnya yang disebut dengan wacana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri dari wacana?
2. Apa saja kriteria wacana yang baik?
3. Apa saja jenis-jenis wacana dan contohnya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan ciri-ciri wacana
2. Memahami kriteria wacana yang baik
3. Mengetahui jenis-jenis wacana dan contohnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Wacana


1. Pengertian Wacana
Wacana ialah suatu deretan kalimat yang saling berhubungan satu sama lain
serta menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya di dalam kesatuan
makna yang semantis antar bagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana juga
merupakan kesatuan bahasa yang lengkap serta sangat utuh sebab tiap-tiap bagian
wacana berhubungan.

Wacana ini menempati hierarki teratas di dalam tingkatan kebahasaan sebab


wacana ini merupakan satuan gramatikal tertinggi serta terbesar. Dan wacana ini
juga dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau juga karangan yang sangat utuh
serta lebih besar, seperti artikel atau pun buku. Kata-kata yang sering ini
digunakan didalam wacana berpotensi ialah sebagai kalimat, bukan kata yang
keluar dari konteks. Wacana ini sangat bergantung pada keutuhan serta keaslian
unsur makna dan juga konteks yang melengkapinya.
Berikut ini adalah pengertian wacana menurut para ahli:
- Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat
itu.
- Menurut Tarigan (dalam DJajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan
bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa
dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berksinambungan, yang mampu
mempunyai awal dan akhir yang nyata.
- Menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya
adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan
yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan
isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan
bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah
satuan bahasa yang terstruktur secara lengkap yang disajikan secara teratur dan
membentuk suatu makna yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara
tertulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penulis.

2. Ciri-Ciri Wacana
Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut :
- Terdapat tema
- Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
- Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
- Memiliki hubungan koherensi
- Memiliki hubungan kohesi
- Medium bisa lisan maupun tulisan
- Sesuai dengan konteks

B. Syarat dan Kriteria Pembangunan Wacana yang Baik


Sebuah wacana dapat digolongkan pada wacana yang baik apabila wacana
tersebut memenuhi kriteria wacana yang baik. Kriteria tersebut adalah wacana
tersebut harus kohesif dan koheren. Bila wacana tersebut kohesif dan koheren, akan
terciptalah wacana yang memiliki kepaduan, kesatuan, kelengkapan.
1. Kepaduan Wacana
Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah
kemampuan merangkai kalimat dan paragraf sehingga bertalian secara logis dan
padu. Untuk mempertahankan kalimat dan paragraf agar tetap logis kita harus
menggunakan kata hubung. Terdapat dua jenis kata hubung yaitu kata
penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kata penghubung
intrakalimat adalah kata yang menghubungkan antara anak kalimat dengan induk
kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Contoh kata
penghubung intrakalimat yaitu karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika,
maka dan lain-lain. Contoh kata penghubung antarkalimat yakni oleh karena itu,
jadi, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan dan lain-lain.

2. Kesatuan Wacana
Selain kepaduan, persyaratan penulisan wacana yang baik adalah prinsip
kesatuan. Yang dimaksud dengan prinsip kesatuan wacana adalah tiap paragraf-
paragraf sebagai penyusun wacana memiliki keterkaitan yang
dibahas.Keterkaitan tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan menggunakan
pola pengembangan khusus ke umum. Dengan pengembangan cara ini kita
mampu menjeaskan sesuatu dengan secara umum terlebih dahulu.

3. Kelengkapan Wacana
Sebuah wacana dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat paragraf-
paragraf yang menjadi inti dari suatu pembahasan yang diangkat dalam wacana
tersebut secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran. Ciri-ciri paragraf penjelas
yaitu berisi penjelasan-penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dan lain-
lain. Paragraf penjelas juga memerlukan kata penghubung, baik kata
penghhubung antarkalimat maupun intrakalimat.

C. Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan jenis dan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi 5, yaitu :
1. Wacana Narasi
Narasi merupakan sebuah rangkaian cerita yang di dasarkan pada urutan
suatu peristiwa atau kejadian. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian
kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmahnya
dari cerita itu.

Wacana narasi berisi fakta-fakta yang benar terjadi atau pula berupa
khayalan. Wacana narasi yang berupa fakta misalnya otobiografi seorang tokoh
terkenal dan sebaliknya wacana yang berbentuk novel, cerpen, roman, hikayat,
drama, dan lain-lain digolongkan dalam wacana yang fiktif. Unsur-unsur dari
narasi ialah tokoh, alur, kejadian, konflik, serta latar dan juga waktu, suasana dan
tempat.
Contoh wacana narasi :

Putri Natasha dan Putri Andine


Suatu hari disebuah kerajaan besar lahirlah seorang putri cantik yang bernama
Putri Natasha. Wajahnya sangat cantik dan lucu. Putri Natasha lahir dari pasangan
Raja Anthum dan Ratu Aurora. Semua orang sangat bahagia saat kelahiran Putri yang
telah ditunggu-tunggu itu. Tepat dihari kelahiran Putri Natasha, didepan pintu gerbang
istana terdapat seorang bayi kecil yang tergeletak tak berdaya. Akhirnya karena pihak
istana tak tega untuk menyingkirkannya, bayi tersebut kemudian diasuh oleh pihak
istana dan diberi nama Putri Andine
Dua tahun telah berlalu, Putri Natasha dan Putri Andine telah berubah menjadi
putri-putri yang lucu, mereka telah menjadi seperti saudara kandung sendidri. Raja
dan ratu pun senang melihatkeakraban mereka, meskipun mereka belum
memberitahukan bahwa Putri Andine bukanlah anak kandung mereka.
Saat menginjak usia 12 tahun, Putri Natasha terlihat lebih cantik daripada Putri
Andine. Dan juga Putri Natasha lebih mirip Ratu Aurora. Putri Andine yang ketika itu
menyadari bahwa Putri Natasha lebih cantik darinya dan lebih mirip kepada sang
Ratu, mempunyai niat tak baik kepada Putri Natasha.
Suatu hari Putri Andine yang telah beniat jahat kepada Putri Natasha mencoba
membuat wajah Putri Natasha menjadi buruk rupa dengan menyiramkan air panaas
kepada Putri Natasha. Namun sebelum sempat ia mencoba melakukannyaa, niat
jahatnyaa telah diketahui oleh Ratu Aurora.
Akhirnya sang Ratu menceritakan mengapa ia tak mirip dengan Ratu Aurora.
Putri Andine akhirnyamenyadari dan kembali menjadi baik kepada Putri Natasha.
Dan sekarang mereka menjadi putri-putri yang paling dikagumi dinegeri tersebut.

2. Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau
menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca
karangan itu. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur,
logis, dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah,
masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab-akibat, dan sebagainya.
Wacana eksposisi ini digunakan untuk karya ilmiah seperti misalnya untuk
seminar, simposium , makalah-makalah, artikel ilmiah, atau juga penataran.
Contoh wacana eksposisi :

Memelihara Ikan
Ikan merupakan salah satu binatang yang biasa diprlihara oleh manusia. Ikan
sangat beragam mulai dari warna, jenis juga harganya. Dengan memelihara ikan, akan
memberikan ketenangan,kesegaran bagi pemiliknya begitu juga orang melihatnya.
Dalam memelihara ikan kita harus berhati-hati, karena jika perawatannya tidak sesuai
maka ikan air tawar, jenis dan warna ikan air laut juga lebih beragam.
Untuk memelihara ikan, hal pertama yang harus disiapkan yaitu akuarium.
Akuarium harus ditata seindah mungkin dan sesuai dengan keadaan sebenarnya,
dengan begitu ikan-ikan akan merasa betah. Setelah akuarium diisi dengan air,
selanjutnya ikan dimasukan ke akuarium tersebut. Dalam memilih ikan sebaiknya
yang masih segar, dan kondisinya baik tanpa ada cacat ataupun goresan.
Dalam memberi makan ikan harus teratur,jangan terlalu banyak karena akan
membuat air keruh, oleh dan ikan akan mati. Memberi makanikan sebaiknya
dilakukan tiga atau sampai empat kali sehari, pilihlah makanan ikan yang sesuai dan
bergizi.
Air untuk ikan air tawar makin lama makin keruh, oleh karena itu harus diganti
minimal sekali dalam seminggu. Ketika mengganti air akuarium, ikan-ikan harus
dipindahkan terlebih dahulu ke dalam ember yang berisi air bersih.
Hati-hati dalam memilih jenis ikan, jangan sampai ikan yang besar disatukan
dengan ikan kecil, bisa-bisa ikan besar tersebut memangsa ikan kecil. Akuarium juga
dapat diletakan diruang tamu, hal ini dapat memberikan nilai tambahyaitu membuat
asri suasana dan juga memberikan kesegaran bagi orang yang melihatnya. Kesegaran
yang diberikan oleh pemandangan di akuarium dapat membuat orang yang stress
menjadibugar,dan bersemangat kembali.tak heranlah banyak orang yang mempunyai
hobi memelihara ikan, baik ikan air tawar maupun ikan air laut.

3. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berusaha memberikan alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Wacana ini
termasuk wacana yang paling sulit bila dibandingkan dengan wacana-wacana lain
yang telah diuraikan terdahulu. Kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya
alasan dan bukti yang dapat menyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan
membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinannya.
Penulis argumen harus berpikir kritis dan logis serta mau menerima pendapat
orang lain sebagai bahan pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi,
penulis argumentasi harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas
tentang apa yang dibicarakan itu. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap, dan
keluasaan pandangan memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi orang
lain. Ini semua merupakan persyaratan yang diperlukan untuk menyusun wacana
argumentasi.
Contoh Wacana Argumentasi :

Ada yang Bertindak Membabi Buta


Sekarang ini kita lihat ada yang bertindak membabi buta. Jauh dari semangat
reformasi. Di dalam tubuh bangsa ini banyak orang yang bukan minta maaf dalam
berbuat dosa dan kesalahan, tetapi malah justru meningkatkan perbuatan dosanya itu
dengan berlipat ganda dari waktu ke waktu.
Keadaan semakin gawat dan semakin tertutup sulit dideteksi. Tindakan mereka
itu menunjukkan kalau mereka semakin merasa tidak berdosa untuk berbuat
kedhaliman yang luar biasa jahatnya. Kata-kata saya ini merujuk pada orang yang
menjadi dalang kerusuhan-kerusuhan yang tidak pernah kapok menumpahkan darah
anak-anak bangsanya sendiri di berbagai wilayah dan daerah di negara kita. Ini betul-
betul sebuah kemunduran yang sangat serius dari sifat kemanusiaan bangsa kita
sebagai sebuah bangsa besar, bangsa Indonesia.
Beberapa waktu ini saya pergi ke Jakarta di Wisma Ahmad Yani di dekat Taman
Suropati. Di sana dikumpulkan tokoh-tokoh Nasional. Karena saya memang pernah
mengatakan kala ada sebuah usulan yang bagus, inisiatif yang baik, darimanapun
datangnya maka seperti ajaran Muhammadiyah kita harus mendatangiya. Nah
pertemuan malam itu namanya pertemuan tokoh Ciganjur Plus yang terdiri dari Sri
Sultan HB X, Abdurrahman Wahid, Megawati, Amin Rais, Jenderal Wiranto,
Setiawan Jodi, Jenderal SB Yudhoyono, Nurcholis Majid dan lain-lain.
Saya mengatakan kepada Jenderal Wiranto bahwa saya ini sebagai anggota
masyarakat yang awam dan tidak ahli dalam bidang intelijen, bukan ahli asalah
hankam, tetapi sebagai orang awam pun sayan prihatin melihat seluruh kejadian
kerusuhan dan seluruh ledakan sosial yang terjadi di negeri ini yang telah
menumpahkan banyak darah sesama anak bangsa. Modus operandinya lebih kurang
sama dan selalu mirip. Saya katakan pada Pak Wiranto bahwa kejadian di
Banyuwangi berlanjut ke Semanggi ke Ketapang.
Ke Kupang kembali ke Lohksumawe Aceh, ke Krawang kemudian sekarang di
Ambon Maluku dan nanti entah di mana lagi itu jelas ada pemegang skenarionya ada
barisan provokatornya, ada barisan pelakunya, ada dalang-dalangnya dan lain-lain.
Kemudian saya katakan ini bukan pekerjaan orang biasa. Bukan pekerjaan orang-
orang kampong yang buta huruf atau orang-orang tidak terdidik. Tetapi, semua ini
dilakukan orang-orang terlatih dengan baik yang terorganisir dengan baik dan
terkondisi dengan baik pula dan ada pendanaan yang baik pula. Bukan dilakukan oleh
Paijo dan Paijem yang buta huruf itu. Tetapi ini jelas dilakukan dalam scenario yang
sistematik.

4. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai
dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat melihat, mendengar,
mencium, dan merasakan apa yang dipahaminya itu sesuai dengan pikiran
penulisnya. Wacana ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu,
dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang dilukisnya.
Wacana deskripsi ini ada dua macam, yaitu wacana deskripsi yang faktawi
dan wacana deskripsi yang khayali. Wacana deskripsi yang pertama merupakan
wacana yang berusaha menjelaskan bangun, ukuran, susunan, warna, bahan
sesuatu menurut kenyataan, dengan tujuan untuk memberitahu/memberi
informasi saja.
Wacana deskripsi yang kedua merupakan wacana deskripsi yang berusaha
menjelaskan ciri-ciri fisik, cara-cara berlaku, sikap-sikap seseorang, keadaan
suatu tempat menurut khayalan penulisnya. Hal ini bertujuan membangun alur
cerita agar lebih mampu memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik
keingintahuan pembaca.
Contoh Wacana Deskripsi :

Apotek
Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotek milikku yang
baru saja dibuka. Apotek ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi dulu.
Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik
di kota kelahiranku.
Apotek ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi
dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang dikelompokkan menurut
farmakologinya dan disusun alfabetis. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok
ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis
Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO.
Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula.
buku ini adalah buku pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu. Aku memandang lagi
secara keseluruhan apotek ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja
kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara terasa sejuk di bulan Mei yang
panas ini.
5. Wacana Persuasi
Persuasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh orang untuk
menyakinkan orang lain agar orang tersebut mau melakukan apa yang yang
dikehendaki penulis baik masa sekarang atau masa yang akan datang. Dengan
demikian, wacana persuasi adalah wacana yang disusun penulis dengan tujuan
akhir agar pembaca mau melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis
dalam wacana tersebut.
Untuk itu, wacana semacam ini erat kaitannya upaya penulis untuk
mempengaruhi cara-cara pengambilan keputusan pembaca. Keberhasilan penulis
menyusun wacana persuasi akan mengakibatkan keputusan-keputusan pembaca
merupakan keputusan yang disasarkan atas kesadarannya sendiri, dilakukan
secara bijak, dan benar.
Contoh wacana persuasi :

Sistem Pendidikan Indonesia


Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum
memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV
SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina,
Thailand, Singapura, dan Hongkong.
Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin
menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan.
Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana
pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita
menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis.
Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak
hanya dari pemerintah sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih
penting adalah kesadaran dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut
dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Wacana ialah suatu deretan kalimat yang saling berhubungan satu sama lain serta
menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya di dalam kesatuan makna
yang semantis antar bagian di dalam suatu bangun bahasa.
Sebuah wacana dapat digolongkan pada wacana yang baik apabila wacana
tersebut memenuhi kriteria wacana yang baik. Kriteria tersebut adalah wacana
tersebut harus kohesif dan koheren. Bila wacana tersebut kohesif dan koheren, akan
terciptalah wacana yang memiliki kepaduan, kesatuan, kelengkapan.
Berdasarkan jenis dan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi 5, yaitu :
wacana narasi, wacana deskripsi, wacana persuasi, wacana eksposisi, dan wacana
argumentasi.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Harapan kami, para pembaca sudah dapat lebih mengetahui dam memahami
mengenai wacana di dalam bahasa Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan
makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.
Daftar Pustaka

Anonim. 2015. 5 Macam Wacana Beserta Contoh.


http://blogworks24.blogspot.com/2015/03/5-macam-wacana-beserta-contoh.html.
(diakses tanggal 20 September 2020).

Ibeng, Parta. 2020. Pengertian Wacana, Jenis, Bentuk, Keutuhan, dan Contohnya.
https://pendidikan.co.id/pengertian-wacana-jenis-bentuk-keutuhan-dan-contohnya/.
(diakses tanggal 20 September 2020).

Setiawan, Parta. 2020. Wacana Adalah – Pengertian, Ciri, Syarat, Jenis, Komunikasi,
Pelibatnya, Pemaparan, Narasi, Eksposisi, Contoh.
https://www.gurupendidikan.co.id/wacana-adalah/ (diakses tanggal 20 September
2020)

Anonim. 2015. Wacana Bahasa Indonesia.


http://shareforgoodpeople.blogspot.com/2015/03/wacana-bahasa-indonesia.html
(diakses tanggal 20 September 2020)

Anda mungkin juga menyukai