Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KAJIAN KEBAHASAAN

“WACANA’’

Dosen Pengampu :
Dr. Chandra, M.Pd

Disusun Oleh :
Yasika Fitria (23129401)
Delfizi Aginda (23129305)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Padang, 10 November 2023

Kelompok 1

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………i


DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................... ……………………...1


A. Latar Belakang ......................................................... ……………………...1
B. Rumusan Masalah ................................................... ……………………...1
C. Tujuan Penulisan ..................................................... ……………………...1

BAB II PEMBAHASAN .................................................... ……………………..2


A. Konsep Dasar Wacana ............................................ ……………………..2
B. Jenis Wacana ........................................................... ……………………..4
C. Struktur Wacana ....................................................... ……………………..6
D. Analisis Wacana ...................................................... ……………………..7
E. Kohesi dan Koherensi Wacana ............................... ……………………..8

BAB III PENUTUP ............................................................ ………………………


A. Kesimpulan ............................................................. ………………………
B. Saran ........................................................................ ………………………

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... …………………….11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana adalah suatu unit komunikasi yang terdiri dari kumpulan
kalimat atau ucapan yang membentuk satu kesatuan berdasarkan isi,
tujuan, atau konteksnya. Latar belakang wacana Merujuk pada informasi,
situasi, atau konteks yang menjadi landasan atau dasar dari wacana
tersebut. Latar belakang ini mencakup pemahaman tentang siapa
pembicara atau penulis, kepada siapa pesan yang dituju, kapan dan di
mana wacana tersebut terjadi, serta peristiwa atau topik yang menjadi
fokusnya. Dengan memahami latar belakang wacana, kita dapat
menginterpretasikan pesan dengan lebih baik dan mengenali makna yang
terkandung dalam teks atau tuturan tersebut.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Konsep Dasar Wacana
B. Apa Saja Jenis Wacana
C. Apa Saja Struktur Wacana
D. Apa Itu Pengertian Analisis Wacana
E. Apa Pengertian Kohesi dan Koherensi Wacana

C. Tujuan Penulisan
A. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Konsep Dasar Wacana
B. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis Wacana
C. Untuk Mengetahui Apa Saja Struktur Wacana
D. Untuk Mengetahui Apa Itu Pengertian Analisis Wacana
E. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Kohesi dan Koherensi Wacana

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Wacana


Wacana adalah satuan bahasa lengkap yang di dalamnya terdapat konsep,
gagasan, pikiran, dan ide yang utuh. Wacana harus dapat dipahami oleh
pembaca (apabila berbentuk wacana tulis) dan pendengar (apabila
berbentuk wacana lisan). Wacana dibentuk dari satu kalimat atau lebih yang
telah memenuhi syarat gramatikal.

a. Pengertian wacana menurut para ahli :


1. Wacana Menurut Cook (1989)
Wacana adalah suatu pengunaan bahasa dalam komunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan.
2. Wacana Menurut Deese (1984: 72)
Wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan
untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi
penyimak atau pembaca.
3. Wacana Menurut Syamsudin (1992: 5)
Wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,
sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh
unsure segmental maupun nonsegmental.
4. Wacana Menurut Anton Moeliono (1995: 407)
Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga
terbentuklah makna serasi di antara kalimat itu.
5. Wacana Menurut Carlson (1983)
Wacana adalah rentangan ujaran yang berkesinambungan
(urutan kalimat-kalimat individual). Wacana tidak hanya terdiri
dari untaian ujaran atau kalimat yang secara gramatikal tersusun
secara rapi.

b. Fungsi Wacana:
1. Wacana Informasional
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan
atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa.
2. Wacana Estetik
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan
dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
3. Wacana Ekspresif
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu bersumber pada
gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti
wacana pidato.

2
3

4. Wacana Fatis
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu bersumber pada
saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana
perkenalan pada pesta.
5. Wacana Direktif
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu diarahkan pada
tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti
wacana khotbah.

c. Ciri-ciri wacana
Wacana memiliki sejumlah ciri, yaitu:
1. Satuan gramatikal
Wacana merupakan satuan gramatikal, yaitu tata bahasa yang
telah ditentukan.
2. Satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap
Wacana termasuk dalam satuan terbesar, tertinggi atau
terlengkap dalam sebuah kajian linguistik atau kebahasaan.
3. Punya hubungan proposisi
Proposisi merupakan ungkapan yang dapat dipercaya atau
dibuktikan kebenarannya. Berarti, wacana harus bisa dibuktikan
kebenarannya atau dapat dipercaya.
4. Bisa dalam bentuk lisan ataupun tulisan
Cara penyampaian wacana bisa dalam bentuk tulisan (teks)
ataupun lisan (ujaran).
5. Membahas topik atau hal tertentu
Wacana berisikan pembahasan tentang topik atau hal tertentu
yang ingin disampaikan.
6. Memiliki hubungan kontinuitas
Artinya wacana disusun secara berkelanjutan atau
berkesinambungan.
7. Memiliki hubungan kohensi dan koherensi
Artinya wacana memiliki keterikatan antar unsur dalam suatu
teks, serta memiliki hubungan logis antar kalimat dalam suatu
paragraf.

d. Syarat-Syarat Wacana:
1. Topik
Topik merupakan hal yang dibicarakan dalam sebuah wacana
dan dapat dinyatakan sebagai redaksi. Topiklah yang
menyebabkan lahirnya wacana dan berfungsinya wacana dalam
proses komunikasi.
2. Tuturan Pengungkap Topik
Topik perlu dijabarkan sehingga makna yang disusun dari
beberapa kalimat menjadi utuh karena wujud konkret tuturan

3
4

itu adalah hubungan paragraf dengan paragraf lain yang


membentuk teks. Tuturan teks bisa tulisan maupun lisan.
3. Kohesi dan Koherensi
Dalam kata kohesi terkandung pengertian kepaduan, keutuhan.
Sementara itu, pada koherensi, terkandung pengertian
hubungan. Kohesi mengacu pada aspek bentuk, sedangkan
koherensi mengacu pada makna. Dengan kata lain, kohesi dan
koherensi menentukan tingkat keterbacaan dan keterpahaman
sebuah wacana.

B. Jenis-Jenis Wacana

a. Berdasarkan Sarana Penyampaian


1. Wacana Tulis
Wacana tulis ditampilkan dalam bentuk teks, biasanya lebih
panjang, unit-unit kebahasaannya lengkap, dan mengikuti aturan
bahasa. Terkadang, wacana tulis berisi keterangan-keterangan
yang memperjelas pesan dan menghindari kesalahan tafsiran
makna oleh pembaca.
Umumnya, wacana tulis menggunakan bentuk-bentuk bahasa
baku, kecuali disengaja oleh penulisnya untuk mendapatkan
efek-efek tertentu, seperti drama, novel, dll.
2. Wacana Lisan
Wacana lisan berbentuk komunikasi verbal antarpersona. Dalam
mengutarakan maksud, diperlukan daya simak yang tinggi dari
partisipan lainnya agar penyampaiannya tidak terputus. Selain
menggunakan lisan itu sendiri atau unsur bahasa, wacana ini
juga menggunakan bahasa tubuh yang turut memberi makna itu.
Kelemahan dari wacana lisan yaitu kesulitan dalam mengulang
wacana yang sama seperti pertama kali disampaikan. Kelemahan
ini mengakibatkan wacana lisan memiliki kedudukan yang lebih
lemah dibandingkan dengan wacana tulis.

b. Berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya, terdapat 2 jenis wacana, yakni sebagai berikut:
1. Wacana Fiksi
Wacana fiksi merupakan wacana yang isi dan bentuknya
didasarkan pada imajinasi. Wacana ini biasanya menggunakan
bahasa konotatif, analogis, dan memiliki makna ganda. Isinya
juga dikemas secara estetis.
Wacana fiksi dapat dibagi ke dalam 3 bagian, yakni wacana
drama, prosa, dan puisi.
- Wacana Drama

4
5

Wacana drama adalah wacana yang dituturkan dalam bentuk


drama. Wacana ini berbentuk dialog atau percakapan,
sehingga harus dilakukan oleh lebih dari 1 orang dan
biasanya berbentuk lisan.
- Wacana Prosa
Wacana prosa adalah wacana yang dituturkan dalam bentuk
prosa, baik lisan maupun tulisan. Beberapa contoh wacana
prosa adalah artikel, cerpen, makalah, novel, laporan,
skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
- Wacana Puisi
Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam
bentuk puisi, baik lisan maupun tulisan. Contoh wacana puisi
adalah syair dan puisi, entah tertulis maupun yang
dinyanyikan atau dideklamasikan.
2. Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah wacana yang berisi fakta-fakta ilmiah.
Isi dari wacana ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
melalui fakta-fakta yang jelas. Wacana ini tidak lagi
memperhatikan aspek estetika di dalamnya. Contoh wacana
nonfiksi adalah laporan penelitian, skripsi, tetis, disertasi, dan
lain-lain.

c. Berdasarkan Penuturannya
1. Wacana Monolog
Wacana monolog adalah wacana yang dituturkan oleh satu orang
dan tidak menghendaki adanya respon orang lain. Contohnya
seperti khotbah, pidato, orasi, dan ceramah.
2. Wacana Dialog
Wacana dialog melibatkan dua orang, yakni pembaca dan
pendengar maupun penulis dengan pembaca. Karena itu,
pembicara di dalam wacana dialog harus menyimak tanggapan
verbal orang yang diajaknya berbicara agar keterkaitan dalam
pasangan berdampingan betul-betul diperhatikan.
3. Wacana Polilog
Wacana polilog adalah wacana yang terbentuk oleh lebih dari
dua orang penutur. Contohnya seperti diskusi mahasiswa,
drama, atau berbicara santai (mengobrol).

d. Berdasarkan Pemaparannya
1. Wacana Narasi
Wacana narasi bertujuan untuk memaparkan terjadinya suatu
peristiwa, baik peristiwa rekaan maupun kenyataan. Berkenaan
dengan peristiwa itu, penjelasannya menggunakan 5W + 1H.

5
6

Wacana narasi dapat bersifat faktual maupun imajinatif, seperti


dongeng, novel, biografi, anekdot, dll.
2. Wacana Eksposisi
Wacana ini berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-
bagiannya diikat secara logis. Wacana eksposisi fokus
menjelaskan tentang sesuatu dan tidak mementingkan waktu dan
pelaku.
3. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau
gagasan, lengkap dengan data-data sebagai bukti yang bertujuan
untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasan
penulis.
4. Wacana Persuasif
Wacana persuasif adalah wacana yang bersifat ajakan atau
nasihat, ringkas dan menarik, serta bertujuan mempengaruhi
secara kuat agar pembaca melakukan nasihat atau ajakan
tersebut.
5. Wacana Deskriptif
Wacana deskriptif adalah wacana yang memuat menyampaikan
kesan utama kepada pembaca terhadap suatu objek, gagasan,
tempat, peristiwa, dsb oleh disampaikan penulis.

C. Struktur Wacana
Struktur wacana adalah organisasi elemen-elemen dalam teks yang
membentuk kesatuan makna. Beberapa aspek penting dari struktur wacana
dalam kajian kebahasaan meliputi:
1. Topik
Topik adalah ide utama atau pokok bahasan yang menjadi fokus dalam
wacana. Identifikasi topik membantu pembaca atau pendengar
menentukan makna umum dan kepentingan teks.
2. Tema
Tema adalah gagasan atau pesan yang diusung oleh wacana. Tema
memberikan sudut pandang atau perspektif mengenai topik yang
dibahas.
3. Alur
Alur adalah urutan peristiwa atau ide yang terkandung dalam wacana.
Alur membantu pembaca atau pendengar mengikuti perkembangan teks
secara logis dan koheren.
4. Transisi
Transisi adalah kata, frasa, atau kalimat yang menghubungkan ide-ide
atau bagian-bagian dalam wacana. Transisi membantu menjaga
kelancaran dan koherensi teks.

6
7

5. Paragraf dan kalimat


Paragraf dan kalimat merupakan bagian dasar dari teks. Struktur
paragraf dan kalimat yang baik membantu teks menjadi lebih mudah
dibaca dan dipahami.
6. Pola organisasi
Pola organisasi adalah cara penulis menyusun ide-ide dalam suatu teks.
Beberapa pola organisasi umum meliputi eksposisi, narasi, deskripsi,
argumentasi, dan sebagainya. Pilihan pola organisasi dapat
mempengaruhi efektivitas wacana dalam menyampaikan informasi atau
pesan.
Dalam kajian kebahasaan, peneliti mungkin akan memfokuskan analisis
pada struktur wacana untuk memahami bagaimana penulis atau pembicara
mengorganisir dan menyampaikan ide-ide mereka, serta bagaimana hal
tersebut mempengaruhi pemahaman dan interpretasi pembaca atau
pendengar. Memahami struktur wacana penting untuk mengembangkan
keterampilan berkomunikasi yang efektif dan efisien.

D. Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini. Analisis wacana menjadi studi tentang struktur pesan dalam
komunikasi.
Berikut beberapa analisis wacana menurut para ahli, yakni:

a. Menurut Cook
Analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana,
sedangkan wacana adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.

b. Menurut Stubbs
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk
tulisan maupun lisan. Stubbs juga menambahkan bahwa analisis wacana
menekan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya
interaksi antar penutur.

c. Menurut Kartomihardjo
Analisis wacana adalah cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk
menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalmat, sering
disebut wacana. Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis
sama atau paling tida sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh
pembicara dalam wacana lisan atau penulis dalam wacana tulis.

d. Menurut Sobur
Analisis wacana sebagai studi tentang struktur pesan pada dalam
komunikasi. Lebih tepatnya lagi mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.

7
8

Pendekatan analisis wacana


Dilansir dari buku Analisis Framing: Komunikasi, Ideologi dan Politik
Media (2012) karya Eriyanto, terdapat tiga pendekatan atau pandangan,
yakni:

a. Pandangan positivisme-empiris

Dalam aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan
obyek diluar dirinya.Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat
secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada
kendala atau distorsi.

b. Pandangan konstruktivisme

Aliran ini merupakan kebalikan dan menolak pandangan positivisme-


empiris. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas
obyektif dan yang dipisahkan dari subyek sebagai penyampai pernyataan.
Konstruktivisme menganggap subyek sebagai faktor sentral dalam kegiatan
wacana serta hubungan- hubungan sosialnya.
Bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan yang bertujuan. Analisis
wacana dalam paradigma ini dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud dan makna tertentu.

c. Pandangan kritis

Dalam paradigma ini, analisis wacana menekankan pada konstelasi


kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Analisis
wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana
bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat.

E. Kohesi dan Koherensi Wacana


1. Konsep Dasar Kohesi dan Koherensi
Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang
apik atau koheren. "Halliday dan Hasan mengungkapkan bahwa penentu
utama untuk menentukan apakah seperangkat kalimat itu merupakan
suatu teks sangat bergantung pada hubungan-hubungan kohesif yang
ada di dalam dan di antara kalimat- kalimat itu yang dapat membentuk
suatu jaringan atau tekstur (texture). Suatu teks itu mempunyai jaringan
dan inilah yang membedakannya dengan yang bukan teks. Jaringan ini
dibuat oleh hubungan yang padu (cohesive relation). Profil wacana yang
kohesif ditunjukkan oleh: penanda formal yang menghubungkan apa
yang telah dikatakan dengan apa yang segera akan dikatakan."

8
9

(1) Annelies dan ibunya harus berpisah karena ia akan pergi ke


Belanda.

Kalimat (1) tidaklah kohesif karena kata ia tidak jelas mengacu kepada
siapa-Annelies atau ibunya. Oleh karena itu, pengertian yang dibangun oleh
konstruksi kalimat (1) tidaklah utuh. Akan berbeda halnya jika kalimat (1)
diubah menjadi kalimat (2) atau (3) berikut ini.

(2) Annelies dan ibunya harus berpisah karena Annelies akan pergi ke
Belanda.

(3) Annelies dan ibunya harus berpisah karena ibunya akan pergi ke
Belanda.

Dengan demikian kalimat (2) dan (3) memberikan pemahaman yang utuh
atau koheren kepada pembaca. Hal ini disebabkan oleh piranti kohesi yang
dipakai dalam struktur kalimat (2) dan (3) yaitu berupa pengulangan kata.

Untuk mendapatkan pemahaman yang koheren utuh atau memang tidak


selalu digunakan piranti kohesi. Jalinan makna dalam konteks yang jelas
juga dapat menjadikan suatu wacana itu koheren. Wacana (4) berikut ini
menyatakan akan hal itu.

(4) a. Arai: Kal, ada telepon dari Universitas Sorbonne.


b. Ikal: Saya masih mandi.

Apa yang dikemukakan oleh Ikal memang hanya alasan mengapa ia tidak
dapat menerima telepon dari Universitas Sorbonne. Meskipun tidak ada
piranti kohesi antara kalimat (4.a) dan (4.b) tetapi jalinan arti yang
terungkap tidak akan membingungkan atau tidak diragukan sama sekali.

2. Piranti Kohesi dalam Wacana

Piranti kohesi dalam ditandai dengan wacana penggunaan piranti


formal yang berupa bentuk linguistik yang berfungsi sebagai sarana
penghubung. Menurut Halliday dan Hasan unsur kohesi itu terdiri atas dua
macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal. Hubungan gramatikal itu dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa yang digunakan. Hubungan
gramatikal selanjutnya dibedakan menjadi referensi, substitusi, dan elips.
Sedangkan hubungan leksikal dapat diciptakan dengan menggunakan
bentuk-bentuk leksikal reiterasi dan kolokasi." seperti reiterasi dan kolokasi.

Taksonomi penanda hubungan - hubungan konjungtif yang eksplisit


meliputi beberapa macam jenis seperti dikemukakan oleh Brown dan Yule
di bawah ini:

9
10

(a) penambahan: dan, atau. selanjutnya, senada, dan lagi,


(b) adversatif: tetapi, namun, di satu sisi, meskipun demikian,
(c) kausal: sehingga, akibatnya, untuk itu, berangkat dari hal itu,
(d) temporal: kemudian, setelah itu, beberapa jam kemudian, akhirnya, pada
akhirnya.

3. Piranti Koherensi

Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu


wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemarkah
penghubung kalimat yang digunakan.

Dengan kata lain, koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak pada
adanya sebuah piranti kohesi. Di samping piranti kohesi, masih banyak
faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi itu, antara lain latar
belakang pemakai bahasa atas bidang permasalahan.

Syarat lain untuk tercapainya koherensi adalah proposisi itu harus


positif. Di samping itu, pada koherensi juga dapat diciptakan penerapan
praanggapan yang logis, pemahaman akan variasi ujaran dalam situasi yang
berbeda. Penguraian sumber variasi menghendaki sejumlah persyaratan,
misalnya kita harus melihat peranan partisipan tutur, hubungan
antarpartisipan: apakah mereka itu sahabat, orang asing, muda, tua, berasal
dari status yang sama, dan seterusnya.

10
BAB 111
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau berarti terdapat
konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang biasa dipahami oleh
pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan).
Sebagai satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar, wacana itu
dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya (Chaer, 2007: 267).

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan
dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan
kalimat. Dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati, eti dan Roosi rusmawati. 2019.Analisis Wacana:Konsep, teori, dan


Aplikasi. Malang: UB Press.

https://www.liputan6.com/hot/read/5142374/wacana-adalah-keilmuan-bahasa-
atau-linguistik-ketahui-fungsi-dan-jenis-jenisnya?page=3

https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/06/130026269/wacana-definisi-ciri-
jenis-dan-syaratnya

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6435821/wacana-jenis-ciri-syarat-dan-
contohnya

https://www.detik.com/bali/berita/d-6451820/wacana-adalah-ciri-fungsi-dan-
macamnya

https://amp.kompas.com/skola/read/2022/05/10/150000869/analisis-wacana-dan-
pendekatannya-

http://repository.iainmadura.ac.id/883/1/2012.%20Kohesi%20dan%20Koherensi
%20dalam%20Wacana.pdf

Analisis Wacana dan Pendekatannya Halaman all - Kompas.com


https://amp.kompas.com/skola/read/2022/05/10/150000869/analisis-wacana-dan-
pendekatannya-

12

Anda mungkin juga menyukai