Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KAJIAN WACANA

STUKTUR WACANA
Dosen Pengampu : Dr. Marsin

Disusun Oleh :
Nurwijayanti 20197170008
Fitriati 20197170127
Yuli Setiawati 20197170049

FAKULTAS PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2020

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wacana ..................................................................................... 5


B. Jenis – Jenis Wacana .................................................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 11
B. Saran ......................................................................................................... 11

Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar
seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-
kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang
disebut wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis,
banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-kalimat yang ada
disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang tidak mandiri. Kalimat-
kalimat itu tidak mempunyai makna dalam kesendiriannya. Mereka baru
mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat yang
berada disekitarnya.
Kalau kalimat itu adalah unsur  pembentuk wacana, maka persoalan kita
sekarang apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau
bagaimana pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana telah
dibuat orang. Namun , dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada
dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap.
Sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh
pembaca( dalam wacana tulis) atau pendengar( dalam wacana lisan), tanpa
keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti
wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana stuktur wacana itu?
2. Apa saja  jenis wacana itu?

3
C.  Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini ada pun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui
pengertian wacana, memahami jenis wacana dan mengetahui persyaratan
terbentuknya wacana. Tujuan penulisan ini juga untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada pembaca. Serta untuk malunasi tugas yg diberikan Ibu
dosen itu sendiri dan mendapatkan ilmu.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya antara lain
”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.”
Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang
resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur
menurut urut-urutan yang semestinya atau logis.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan
bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan,
pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana
tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang
memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina
kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada
dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan.
Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam
komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat,
frase, kata dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata.
Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat.
Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana.
Berikut ini adalah pengertian wacana menurut beberapa ahli          
a. Hawthorn (1992) mengemukakan pengertian wacana merupakan
komunikasi yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara
dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya
ditentukan oleh tujuan sosialnya.
b. Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi
lisan dan tulisan yang di lihat dari titik pandang kepercayaan,dan nilai.

5
c. Alwi dkk (2003) wacana adalah rentetan kalimat yang menghubungkan
proposisi satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan.

B. Jenis-jenis wacana
1. Jenis wacan berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi
dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari
wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal),
penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat
kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya
wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak,
menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-
predikat.
2. Jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam
komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog.
Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan
langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut
monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai
pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian
peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang
dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua
orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut
polilog.
3. Jenis wacan jika dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan tambahan dari sumber
yang lain yakni, wacana persuasi.

a) Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian
atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragrafi/riwayat) seseorang,
otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah
pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa

6
juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada
cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
1) Kejadian
2) Tokoh
3) Konflik
4) Alur/plot.
5) latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian
secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan
waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau
setahun kemudian kerap dipergunakan.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.


 Menentukan tema cerita
 Menentukan tujuan
 Mendaftarkan topik atau gagasan pokok
 Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau
urutan     waktu.
 Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Contoh wacana narasi:


“Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu
perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-orang
hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan
sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia
di pundaku”.

7
b) Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang
berarti  gambaran, Perincian atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang
menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan
pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau
citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga
seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek
tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek
dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut:
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah Deskripsi yang  menggambarkan 
objek  benda  sesuai  kesan/imajinasi si 
penulis.
Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
“Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan
sekelompok orang yang sama sekali belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap
tembakau memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami
semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan
ruangan diskusi. Semua tampak duduktenang, semua kelihatan sedang menulis,
dan tidak seorang punyang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”
b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek
berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda
pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu
itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan
pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your
Massage!  Pada note book itu kubaca pesan untukku, ”Masuk saja, Rat, kunci
dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:

8
1. Menetukan obyek pengamatan
2. Menentukan tujuan
3. Mengadakab pengamatan dan pengumpulan data
4. Menyusun kerangka karangan
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

c) Eksposisi
Kata eksposisi  berasal dari bahasa Latin exponere yang
berarti: memamerkan, menjelaskan atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah
karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan)
sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan
kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya
ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau
penataran.

d) Argumentasi
Karangan  argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi
dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan
memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
a) Menentukan tema atau topik permasalahan,
b) Merumuskan tujuan penulisan,
c) Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan
yang mendukung,
d) Menyusun kerangka karangan, 
Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.

9
1. Sebab-akibat
a. Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut
topik/gagasan yang menjadi akibat.
2. Akibat-sebab
a. Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibatdan dilanjutkan
dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
3. Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkanmasalah kemudian
mengarah pada pemecahan masalah.

Contoh wacana argumentasi adalah :


“Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis
vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka
yang memiliki kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan
bahwa multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan
suplemen vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola
makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam
dosis tinggi dalam jangka waktu panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit
tertentu. (Reader’s Digest Indonesia, Oktober 2004).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wacana adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang
semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsur-unsurnya harus memiliki
kesatuan dan kepaduan. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, Wacana dibedakan
menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
a. Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
b. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan
hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya.
c. Eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara
terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
d. Argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian
terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-
pernyataan yang logis.
B. SARAN
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa
Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam
pembuatan suatu wacana, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur
yang menyangkut tentang wacana.

11
Daftar Pustaka

http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kajian-wacana-bahasa-indonesia/
http://wiwiklistiawati.blogspot.com/2011/06/wacana-bahasa-indonesia.html
http://dahlanbersabar.blogspot.com/2011/02/makalah-wacana-bahasa-
inodonesia.html
http://rajul-al.blogspot.com/2012/01/makalah-wacana-sastra-bahasa-
indonesia.html
http://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/10/pengertian-wacana-dan-
macam-macamnya.html
http://satrianiallahuakbar.blogspot.com/2011/11/makalah-bahasa-indonesia-
wacana.html
Alwi, hasan dkk 1988 tata bahasa bakau BAHASA INDONESIA, Jakarta.  balai
pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai