Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANALISIS WACANA

HAKIKAT, CIRI-CIRI, DAN PERBEDAAN WACANA DAN TEKS

Dosen Pengampu:

Dra. Ngudining Rahayu, M.Hum.

Disusun Oleh kelompok 1 :

Deriksya Adica P (A1A017052)

Samuel Simanjuntak (A1A017053)

Risna Andriani (A1A017063)

Nurhalima (A1A017066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan keteguhan hati kepada penulis untuk menyelesaikan makalah  ini. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah limpahan kepada nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan para
umat manusia yang merindukan keindahan syurga.
Penulis menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui tentang “HAKIKAT,
CIRI-CIRI, DAN PERBEDAAN WACANA DAN TEKS”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Analisis Wacana yang diampu oleh Ibu Dra.Ngudining
Rahayu, M.Hum. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kesungguhan dalam
menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa
yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta
berdayaguna di masa yang akan datang. Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat
sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Bengkulu, Januari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Hakikat Wacana....................................................................................................................2
B. Ciri-Ciri wacana....................................................................................................................4
C. Hakikat Teks.........................................................................................................................5
D. Ciri Teks...............................................................................................................................7
E. Perbedaan teks dan wacana..................................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. artinya manusia tidak dapat hidup sendiri , akan selalu
membutuhkan orang lain. Kodratnya manusia itu hidup bersama. Karna itu dalam
kehidupannya ,manusia selalu berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan lainnya.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam
kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau interaksi sosial.
Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Wacana dikatakan
terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya serta ditunjang oleh situasi pemakaian
dalam masyarakat. Istilah wacana dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Wacana adalah pembahasan bahasa dan
tuturan yang harus dalam satu rangkaian kesatuan situasi atau makna suatu bahasa berada dalam
rangkaian konteks dan situasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana hakikat wacana dan teks?
2. Apa saja ciri yang ada pada wacana dan teks ?
3. Bagaimana perbedaan wacana dan teks?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat wacana dan teks.
2. Untuk mengetahui ciri yang ada pada wacana dan teks.
3. Untuk mengetahui perbedaan wacana dan teks.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Wacana

Secara etimologis istilah "wacana" berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang
bermakna "ucapan atau tuturan". Kata tersebut kemudian mengalami perubahan atau
perkembangan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah suatu akhiran, yang
berfungsi membedakan. Jadi, kata wacana dapat diartikan seperti yang kita sebutkan sebelumnya
"perkataan" atau "tuturan". Wacana dalam bahasa Inggris discourse dan dalam bahasa Prancis 
le discours. Sedangkan dalam bahasa Yunani discursus yang bermakna "berlari ke sana ke mari"
(Sudaryat,2009:110).

Menurut kamus bahasa kontemporer, kata wacana itu mempunyai tiga arti. Pertama,
percakapan; ucapan; tuturan. Kedua, keseluruhan cakapan yang merupakan satu kesatuan.
Ketiga, satuan bahasa terbesar yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh.
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap diatas kalimat dan satuan gramatikal yang
tertinggi dalam hierarki gramatikal. Sebagai satuan bahasa yang terlengkap, wacana mempunyai
konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang dapat dipahami oleh pembaca dan pendengar. Sebagai
satuan gramatikal yang tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnnya. Persyaratan gramatikal dalam
wacana ialah adanya wacana harus kohesif dan koherens. Kohesif artinya terdapat keserasian
hubungan unsur-unsur dalam wacana. Sedangkan koheren artinya wacana tersebut terpadu
sehingga mengandung pengertian yang apik dan benar.

Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini,
sebelumnya aliran-aliran linguistik hanya membatasi penganalisaannya pada sosial kalimat saja,
namun belakangan ini barulah para ahli bahasa memalingkan perhatiannya pada penganalisaan
wacana.

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah
mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Melalui analisis wacana, kita tidak hanya
mengetahui isi teks yang terdapat pada suatu wacana, tetapi juga mengetahui pesan yang ingin
disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan-pesan itu tersusun, dan
dipahami. Analisis Wacana akan memungkinkan untuk memperlihatkan motivasi yang
tersembunyi di belakang sebuah teks atau di belakang pilihan metode penelitian tertentu untuk
menafsirkan teks.

Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang
digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks maupun lisan. Jadi objek kajian atau penelitian
analisis wacana adalah unit bahasa diatas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan
konteks yang eksis dikehidupan sehari-hari, misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang
telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya, dan pembahasan wacana
pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat
dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antara ujaran
(utterances) yang membentuk wacana.

B. Pengertian wacana menurut para ahli

1. Menurut Alwi
wacana adalah rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna
yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.

2. Menurut Kridalaksana dalam Zaimar dan Harahap (2009:11)


Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, dsb), paragraf atau kata yang
membawa amanat yang lengkap.

3. Menurut Dictionnaire de Linguistique (1973:156)


Wacana atau le discours diartikan sebagai kesatuan yang tatarannya lebih
tinggi atau sama dengan kalimat, terdiri atas rangkaian yang membentuk pesan,
memiliki awal dan akhir.

4. Menurut Carlson dalam Tarigan (2009:22)


wacana merupakan rentangan ujaran yang berkesinambungan.
5. Menurut Samsuri dalam Moeliono (2007)
Menurut Samsuri, wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang
peristiwa komunikasi.

C. Ciri-Ciri wacana
1. Satuan gramatikal 
2.      Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap 
3.      Untaian kalimat-kalimat 
4.      Memiliki hubungan proposisi 
5.      Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan 
6.      Memiliki hubungan koherensi 
7.      Memiliki hubungan kohesi 
8.      Medium bisa lisan maupun tulis 
9. Wacana Bersifat Kontekstual
Menurut Maingueneau (1998:38-41) terdapat 8 (delapan) ciri-ciri penting wacana, yaitu:

1. Wacana dapat dipahami sebagai sebuah satuan bahasa tertinggi dan berada
pada tingkatan di atas kalimat.
2. Wacana merupakan satuan bahasa yang terarah.
3. Wacana melibatkan topik tunggal karena ia merupakan sebuah urutan yang linier
atau urutan yang lurus.
4. Wacana merupakan salah satu bentuk tindakan, yaitu tindakan komunikasi.
5. Wacana adalah interaktif, disebut interaktif karena melibatkan dua pihak.
6. Wacana bersifat kontekstual. Sebuah ujaran yang sama namun memiliki konteks
yang berbeda akan menghasilkan dua wacana yang berbeda.
7. Wacana didukung oleh subjek, hal ini berati bahwa wacana selalu berkaitan
dengan subjek.
8. Sebuah wacana berkaitan dengan wacana lainnya, sehingga wacana merupakan
bagian dari interdiskursus. Interdiskursus merupakan fungsi reintegratif, yaitu
bergabungnya diskursus-diskursus yang ada.

Menurut Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri wacana sebagai berikut:

a. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak
tutur
b. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
c. Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
d. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
e. Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental.

D. Hakikat Teks

Halliday (1978: 40) menyatakan bahwa teks adalah sesuatu pilihan semantis (semantic
choice) data konteks sosial, yaitu suatu cara pengungkapan makna melalui bahsa lisan atau
tulisan. Dengan demikian, semua bahasa hidup yang mengambil bagian tertentu dalam konteks
situasi dapat disebut teks.

Dalam salah satu tulisannya. McKee (2003:4) memberikan pengertian mengenai teks sebagai
berikut:

" whenever we produce an interpretation of something meaning a book, televisIon programme,


film, magazine, T-sHirt or kilt, piece of furniture or ornament - Treat it as a text. A text Is
something that we make meanmg from."

Batasan McKee seperti dikutip di atas menunjuk kapada konsep teks sebagai segala sesuatu apa
saja yang inderawi tentunya) yang menghasilkan makna. Dalam pengertian mi teks merangkum
bukan hanya produk bahasa (seperti buku, program televisi, dan film). melainkan juga produk
non bahasa seperti ornamen gambar-gambar atauSalukisan, furniture, demikian juga T-shirt.
Kita simak misalnya utan ringkas Lehtonen (2003:72) Lehtonen memberikan batasan mengenai
teks seperti yang dikutip berikut ini.

"Texts are surcly plysical beings, but they exist in such forms in
order to be semiotic beings. Conversely, texts can be semiotic
beings only when they have some physical form. texts can be in
the form of writing, speech, pictures, music or any other symbol"
Teks dalam batasan Lehtonen mencakup dua aspek yang sama dengan lainya tidak dapat
dipisahkan, yakni aspek physical beings dan aspek semiotic beings. Aspek fisik merangkum
beberapa hal sebagaimana yang dimaksudkan McKee, seperti gambar awan lukisan, warna dan
rupa, juga bunyi atau perpaduan rupa dan bunyi; sementara aspek yang semiotik menunjuk
kepada makna dari beberapa hal fisik itu yakni suatu pengertian atau konsep yang ditunjuk oleh
yang fisik. Dalam pengertian Lehtonen ini terangkum apa yang biasa kita kenal dengan istilah
tanda (sign) untuk teks. Teks adalah sebuah tanda dan dengan demikian bermakna. Teks
merangkum dan merupakan satu kesatuan aspek penanda (yang menandai) dan petanda (yang
ditandai arti, pengertian, konsep yang ditunjuknya).
Menurut Fairclough memberikan penekanan ‘in use’ dalam batasan yang dibuatnya atas
apa yang dinyatakannya sebagai teks. Teks terdiri dari dua aspek yang satu dan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan, yaitu wujud dan isi atau wujud dan makna, dengan kata lain yang fisik
dan yang semiotic.yang pertama mengacu pada wujud yang lahiriah yang inderawi, sesuatu yang
dapat dilihat indera dan yang kedua mengacu pada kandungan atau isi atau maknanya, bahwa
wujud teks bisa lisan dan juga bisa tulis.bisa bahasa atau nonbahasa.

Kridalaksana (2011:238) dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah (1)
satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang
membentuk ujaran, (3)  ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Berdasarkan tiga
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian teks adalah satuan bahasa yang berupa
bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi
manusia.

Contoh teks tulis


Mata Kuliah Sintaksis merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh dalam program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. mata kuliah ini, membahas tentang seluk beluk
pembentukan kalimat.

Contoh teks lisan.

“Bang bakso 2 gak pakek kubis dan kuahnya dikit aja”

E. Ciri/kriteria Teks
Selanjutnya, marilah kita simak dan cermati secara lebih mendalam mengenai ciri teks,
klususnya teks bahasa. Robert de Beaugrande dan Wolfgang Dressler (sebagaimana dikutip
Titscher et al 2000:35-39) merumuskan tujuh kriteria suatu teks bahasa. Ketujuh ciri itu adalah
kohesi, koherensi. intensionalitas, akseptabilitas, informativitas, situasionalitas, dan
intertekstualitas.

1. Kohesi

berkaitan dengan komponen dan permukaan tekstual, keterhubungan 'sintaktik teks'.


Kohesi merupakan penerapan secara berfungsi komponen sintaktik untuk menciptakan hubungan
di antara unsur-unsur permukaan tekstual. Dalam kaitan ini, kohesi mencakupi perulangan.
anafora-katafora, elipsis, dan konjungsi atau kata penghubung. Melalui pengulangan unsur-unsur
leksikal, komponen kalimat, dan unsur linguistik lainnya terbentuklah struktur-struktur teks.

2. Koherensi

(disebut juga dengan sebutan semantik tekstual) menyusun sebuah makna teks, mengacu
kepada unsur teks yang tidak senantiasa memerlukan realisasi linguistik, melainkan bersifat
tersirat. Koherensi bertalian dengan tautan makna yang membangun teks. Jika kita cermat
membaca contoh teks di atas, kita akan mendapatkan dan menemukan bahwa kalimat-kalimat
dalam kutipan tersebut bertautan secara semantik, bertautan maknanya, sedemikian sehingga teks
itu bermakna utuh

3. Intensionalitas

Yaitu sikap dan tujuan produser teks, apa yang diinginkan dan dimaksudkan dengan teks
oleh pembuat teks'. Dalam pengertian ini, mengigau tidak akan diangap sebagai teks, sebaliknya
buku telepon atau catatan harian bisa dipandang sebagai teks. Artinya, sebuah 'ujaran atau tulisan
disebut teks jika mengandung sikap dan tujuan si pembicara atau si penulis.

Perhatikan contoh:

(1) HARAP TENANG ADA UJIAN


(2) BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA
(3) KAWASAN BEBAS ASAP ROKOK
(4) KANTIN KEJUJURAN
4. Akseptabilitas
Yaitu Sebuah teks harus diakui oleh penerimanya dalam sebuah situasi tertentu. Suatu
teks yang dikirimkan atau disampaikan atau dibuat oleh 'pembuatnya harus dapat diterima oleh
penerima teks itu (bisa pembaca atau pendengar Kriteria akseptabilitas teks bertalian dengan
konvensionalitas; berkaitandengan tingkat kesiapan pendengar atau pembaca untuk
mengharapkan sesuatu yang berguna atau yang relevan. Misalnya, sebuah teks ternyata tidak bisa
diterima atau tidak bisa dipahami atau dipertanyakan akseptabilitasnya oleh pendengar atau
pembacanya, meski intensionalitasnya terekspresikan secara jelas. Dalam kaitan ini terdapat
kesenjangan antara pengirim teks dan penerima teks.Kesenjangan itu mungkin disebabkan oleh
perbedaan latar usia, pendidikan, pengalaman, atau latar budaya.

5. Situasionalitas

Situasionalitas berarti bahwa konstelasi-pembicaraan dan situasi tuturan memainkan


peranan penting dalam pemroduksian teks. Hanya ragam atau tipe teks dan gaya tuturan atau
bentuk sapaan tertentu saja yang secara situasional dan kultural bersesuaian atau memenuhi
kriteria dan berterima sebagai sebuah teks. Meskipun ringkas dan sederhana, percakapan yang
dikutip di bawah ini mengandung elemen situasionalitas dan oleh sebab itu berterima secara
timbal balik antara penutur dan lawan tutur.

A : "Teleponnya, Bu"

B : "Saya di kamar mandi".

A : "O, ya sudah"

6. Intertekstualitas
Yaitu mengandung dua jenis makna. Di satu sisi, intertekstualitas menyatakan bahwa suatu
teks hampir selalu terkait dengan wacana sebelumnya atau wacana yang muncul secara
bersamaan dan, di lain sisi, intertekstualitas juga menyiratkan adanya kriteria formal yang
menghubungkan teks-teks tertentu dengan teks-teks lain.

F. Perbedaan teks dan wacana


Teks dapat berupa bahasa (lisan maupun tulisan) dan juga dapat berupa nonbahasa atau
gabungan dari keduanya (ada elemen bahasa dan ada elemen nonbahasa dalam satu kesatuan
tampilan maupun teks). Dalam cara pandang formal teks dipandang sebagai suatu kesatuan
sintaktik dan semantic berdasarkan kriteria kohesi dan koherensi yang bersifat internal. Dalam
pengertian ini, teks dipandang dan diperlakukan secara otonom atau mandiri, terisolasi, bebas
dari elemen-elemen diluar yang bersifat eksternal. Makna teks dengan demikian ditentukan
berdasarkan kriteria kohesi dan koherensinya,berbasis ada elemen sintaktik berbasis pada elemen
sintaktik semantik.

Wacana atau discourse adalah teks dalam konteks. Yaitu teks bersamaan dengan dan
dalam lingkungannya. Wacana adalah teks yang berfungsi, teks dalam kerangka komunikasi,
interaksi, dan tindakan-tindakan sosial mencakupi proses produksi teks dan distribusi teks karena
wacana kehadirannya bersamaan dengan dan dalam lingkungannya , maka dalam wacana
terkandung identitas-identitas dan relasi-relasi sosial wacana merupakan teks dalam cara
pandang fungsional. Wacana dapat berupa bahasa seperti percakapan tetapi bisa juga berupa
tulisan seperti novel atau dokumen sejarah atau karya ilmiah, wacana bisa juga berupa perpaduan
antara elemen bahasa dan elemen nonbahasa seperti film, alat peraga kampanye (gambar,foto,
dan ada elemen bahasanya), iklan televisi (mengandung elemen bahasa dan nonbahasa) makna
suatu wacana tidak hanya didasarkan kriteria semantik melainkan juga berdasarkan kriteria
pragmatik.

perbedaan wacana dengan teks dalam tulisannya yang berjudul Wacana, Teks, dan
Kalimat, B. H. Hoed membedakan wacana dengan teks. Dalam tulisan tersebut dibedakan bahwa
wacana merupakan langue, sedangkan teks merupakan parole. Sebagai langue, wacana dikaji
dalam kaitan dengan kerangka acuan tertentu karena sifatnya terbuka. Maksud dari kerangka
acuan tertentu adalah mengacu pada sistem atau struktur wacana (suprastruktur). Misalnya saja
kerangka acuan dalam berita adalah 5 W+1H. Lain halnya dengan wacana, teks berada dalam
tataran parole, yaitu realisasi sebuah wacana. Dengan kata lain, teks merupakan perwujudan
wacana. Jika tadi kita sedikit menyinggung masalah sistem dan struktur (suprastruktur) berita
sebagai wacana, teks dari wacana tersebut adalahperwujudan dari wacana tersebut, misalnya
berita kebakaran yang dimuat di koran. Dari berita kebakaran yang dimuat di koran tersebut,
dapat kita peroleh sistem dan struktur berita tersebut. Contoh: Kebakaran Menghanguskan Duren
Sawit What(Apa) : Kebakaran ,Where(Dimana) : Duren Sawit, When(Kapan) : 7 Januari 2010,
pukul 03.00 Why(Kenapa) : terjadi arus pendek listrik, Who(Siapa) : 25 orang luka-luka, 5 orang
tewas, How(Bagaimana) : Saat hari masih pagi dan orang-orang masih terlelap tidur terjadi
sebuah arus pendek listrik di salah satu rumah warga. Karena angin yang cukup kencang, api
cepat merambat ke rumah warga yang lain.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pengertian mengenai teks dan wacana (discourse), sebagai berikut. Teks dapat berupa
bahasa (lisan maupun tulis) dan juga dapat berupa non-bahasa atau gabungan dan keduanya ada
elemen bahasa dan ada elemen non bahasa dalam satu kesatuan tampilan wuujud teks). Teks
dipandang dalam cara pandang formal, sebagai satu kesatuan sintaktik dan semantic berdasarkan
kriteria kohesi dan koherensi yang bersifat internal. Wacana atau discourse adalah teks dalam
konteks, yaitu teks bersamaan dengan dan dalam lingkungannya; wacana adalah teks yang
berfungsi, teks dalam kerangka komunikasi, interaksi, dan tindakan-tindakan sosial; mencakupi
proses produksi teks dan distribusi teks. Karena wacana kehadirannya bersamaan dengan dan
dalam lingkungannya, maka dalam wacana terkandung indentitas-identitas dan relasi-relasi
sosial. Wacana dapat berupa bahasa, seperti percakapan; tetapi bisa juga berupa tulisan seperti
novel dan karya ilmiah. Serta terdapat beberapa ciri teks yaitu kohesi, koherensi. intensionalitas,
akseptabilitas, informativitas, situasionalitas, dan intertekstualitas. Dalam tulisan tersebut dapat
dibedakan bahwa wacana merupakan langue, sedangkan teks merupakan parole.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan materi diatas diharapkan kepada penulis dan pembaca dapat
menambah wawasan mengenai teks dan wacana serta perbedaan dari keduanya.
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, D. Y. (2009). Analisis Wacana Kritis. Bandung: Penerbitan Yrama Widya Bandung.
haruna, a. a. (2015, april). https://adeliahayuharuna.blogspot.com/2015/04/pengertian-teks-
koteks-dan-konteks.html .
https://www.materibindo.com/2018/07/wacana-pengertian-ciri-jenis-contoh.htmlPENGERTIAN
. (2018, Juli).
Ngudining, R. (2019). Wacana Bahasa Indonesia. Bengkulu: Unit Penerbitan dan Publikasi
FKIP Univ. Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai