Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Fatimah

Nim : 200505502001

Kelas : PBSD-B
 Kesimpulan Persepsi Ujaran, Kelompok 3 (Tiga

Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia
karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu
yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain. Persepsi ujaran juga ternyata tidaklah
sesederhana yang kita pikirkan, di dalamnya terdapat proses atau tahapan bagaimana
suatu persepsi terhadap suatu ujaran itu terjadi. Melalui tahapan-tahapan tersebut kita
sebagai pendengar dapat menafsirkan bunyi yang diujarkan oleh penutur dan
memahaminya secara tepat dan sesuai dengan maksud si penutur.
Persepsi ujaran mempunyai beberapa model, di mana pada masing-masing model
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana sebuah persepsi ujaran itu
terbentuk seperti keadaan lingkungan, keadaan psikologis si penutur, dan juga
kemampuan bahasa si pendengar atau yang memberikan persepsi. Masalah utama dalam
menentukan model persepsi ujaran adalah menentukan model persepsi yang tepat dari
sebuah proses persepsi ujaran.
Persepsi terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi bisa pula dipengaruhi oleh
kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan dengan bunyi-bunyi yang lain secara cepat
akan sedikit banyak berubah lafalnya. Akan tetapi, sebagai pendengar kita tetap saja dapat
memilah-milihnya dan akhirnya menentukannya. Pengetahuan kita sebagai penutur
bahasa membantu kita dalam proses persepsi. Faktor lain yang membantu kita dalam
mempersepsi suatu ujaran adalah pengetahuan kita tentang sintaksis maupun semantik
bahasa kita. Suatu bunyi yang terucap dengan tidak jelas dapat diterka dari wujud kalimat
di mana bunyi itu.

 Yang member pertanyaan, jawaban, tanggapan, dan tambahan.


 SESI PERTAMA
1. Jelaskan apa pengaruh konteks psikolinguistik dalam persepsi ujaran? (Abdul
Basri dari Kelompok 13)
Jawaban:
- Ummul Nurul Syuhada dari kelompok penyaji
Persepsi Ujaran dalam Konteks Psikolinguistik Manusia memproses
ujaran yang di dengar secara satu per satu. Akan tetapi, dalam
kenyataannya bunyi itu tidak diujarkan secara terlepas dari bunyi
yang lain. Bunyi selalu diujarkan secara berurutan dengan bunyi yang
lain sehingga bunyi-bunyi itu membentuk semacam deretan bunyi.
Lafal bunyi yang diujarkan secara berurutan dengan bunyi yang lain
tidak sama dengan lafal bunyi itu bila dilafalkan secara sendiri-
sendiri. Bunyi /p/ yang diujarkan sebelum bunyi /i/ (seperti kata pikir)
akan berbeda dengan bunyi /p/ yang diujarkan sebelum bunyi /u/
(seperti pada kata pukat).
 Tambahan Jawaban :
- Nuraliyah Syamsurya dari kelompok penyaji
Bunyi selalu diujarkan secara berurutan dengan bunyi yang lain,
sehingga bunyi tersebut membentuk semacam deretan bunyi. Persepsi
terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi bisa dipengaruhi oleh
kecepatan ujaran. Bunyi yang diucapkan dengan bunyi yang lain
secara cepat akan sedikit banyak berubah lafalnya. Akan tetapi
sebagai pendengar kita tetap saja dapat memilah dan akhirnya
menentukan bunyi. Pengetahuan kita sebagai penutur bahasa dapat
membantu dalam proses presepsi ujaran. Faktor lain yang membantu
kita dalam mempresepsi suatu ujaran adalah pengetahuan kita tentang
sintaksis maupun semantik bahasa kita. Pengaruh konteks (dalam hal
ini psikolinguistik) dalam persepsi ujaran sangatlah besar, dimana
Psikolinguistik adalah studi tentang aspek mental bahasa dan ucapan
atau suatu ilmu yang meneliti bagaimana pemakai suatu bahasa
membangun dan memahami kalimat- kalimat bahasa tersebut. Dari
sintaksisnya kita tahu bahwa urutan pronomina, kala progsesif, dan
adjektiva adalah urutan yang benar. Dari semantiknya terdapat pula
kecocokan antara ketiga kata ini. Dari konteksnya ketiga kata ini
memberikan makna yang layak.
- Andini makhdi dari kelompok 10
Yaitu Faktor lain yang membantu kita dalam mempersepsi suatu
ujaran adalah pengetahuan kita tentang sintaksis maupun semantik
bahasa kita. Suatu bunyi yang terucap dengan tidak jelas dapat diterka
dari wujud kalimat di mana bunyi itu terdapat. Bila dalam
mengucapkan kalimat Dia sedang sakit kita terbatuk persis pada saat
kita akan mengucapkan kata sakit, sehingga kata ini kedengaran
/keakit/, pendengar kita akan dapat menerka bahwa kata yang
terbatukkan itu adalah sakit dari konteks di mana kata itu dipakai atau
dari perkiraan makna yang dimaksud oleh pembicara.
Berdasarkan gambaran ini dapatlah dikatakan bahwa pengaruh
konteks (dalam hal ini psikolinguistik) dalam persepsi ujaran
sangatlah besar. Dari sintaksisnya kita tahu bahwa urutan pronomina,
kala progsesif, dan adjektiva adalah urutan yang benar. Dari
semantiknya terdapat pula kecocokan antara ketiga kata ini. Dari
konteksnya ketiga kata ini memberikan makna yang layak.
- Hamrina Dwijaya Saputri dari kelompok 1
Berdasarkan apa yang diuraikan, dapat dikatakan bahwa pengaruh
konteks (dalam hal ini psikolinguistik) dalam persepsi ujaran
sangatlah besar. Dari sintaksisnya kita tahu bahwa urutan pronomina,
kala progsesif, dan adjektiva adalah urutan yang benar. Dari
semantiknya terdapat pula kecocokan antara ketiga kata ini. Dari
konteksnya ketiga kata ini memberikan makna yang layak.Terima
kasih.
2. Ingin bertanya kepada kelompok penyaji yaitu coba jelaskan dan berikan
alasannya mengapa persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah
dilakukan manusia? (Risma Nurfadillah dari kelompok 1)
Jawaban:
- Nuraliyah Syamsurya dari kelompok penyaji
Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan
oleh manusia, karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang
meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan
kata yang lain. Persepsi ujaran tidaklah sesederhana yang kita
pikirkan, di dalamnya terdapat proses atau tahapan bagaimana suatu
persepsi terhadap suatu ujaran itu terjadi. Melalui tahapan-tahapan
tersebut kita sebagai pendengar dapat menafsirkan bunyi yang
diujarkan oleh penutur dan memahaminya secara tepat dan sesuai
dengan maksud si penutur. Persepsi ujaran mempunyai beberapa
model, di mana pada masing-masing model terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi bagaimana sebuah persepsi ujaran itu terbentuk
seperti keadaan lingkungan, keadaan psikologis si penutur, dan juga
kemampuan bahasa si pendengar atau yang memberikan persepsi.
- Syarifah Ramdana
Hal ini dikarenakan persepsi ujaran tidak hanya semata-mata
diujarkan dan diucapkan tetapi juga melibatkan tiga proses yang
meliputi: pendengaran, penafsiran dan pemahaman terhadap semua
suara yang dihasilkan oleh penutur. Kombinasi fitur-fitur tersebut
(secara runtut) merupakan fungsi utama persepsi ujaran. Persepsi
ujaran menggabungkan tidak hanya fonologi dan fonetik dari tuturan
yang akan dirasakan, tetapi juga aspek sintakmatik dan semantik dari
pesan lisan tersebut. Proses pengujaran juga sebuah perwujudan dari
proses artikulasi dan kemudian terkonsep dalam otak manusia secara
sempurna. Makanya persepsi ujaran tidak mudah.
 Tanggapan Jawaban :
- Risma Nurfadillah
Bagaimana cara agara mudah dilakukan manusia?
Jawaban :
- Nuraliyah Syamsurya dari kelompok penyaji
Tidak ada cara mudah yang dapat dilakukan manusia dalam persepsi
ujaran, karena dalam persepsi ujaran harus melalui berbagai proses.
Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang meliputi, pendengaran,
penafsiran dan pemahaman terhadap semua suara yang dihasilkan
oleh penutur. Seperti yang telah di jelaskan tadi bahwa persepsi
terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh
manusia, karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang
meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan
kata yang lain. Persepsi ujaran tidaklah sesederhana yang kita
pikirkan, di dalamnya terdapat proses atau tahapan bagaimana suatu
persepsi terhadap suatu ujaran itu terjadi. Melalui tahapan-tahapan
tersebut kita sebagai pendengar dapat menafsirkan bunyi yang
diujarkan oleh penutur dan memahaminya secara tepat dan sesuai
dengan maksud si penutur.
3. Ingin mengajukan pertanyaan. yaitu, coba jelaskan tahapan pemerosesan
ujaran melalui tahap auditori dan fonetik. Serta berikan contohnya. (Nita
Purwanti dari kelompok 9)
Jawaban:
- Khairunnisa dari kelompok penyaji
Yaitu
1.Tahap Auditori
Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong.
Ujaran ini kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya. Konsep-
konsep seperti titik artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtif, dan VOT
(Voice Onset Time: Waktu antara lepasnya udara untuk pengucapan
suatu konsonan dengan getaran pita suara untuk bunyi vokal yang
mengikutinya) sangat bermanfaat di sini karena ihwal seperti inilah
yang memisahkan satu bunyi dari bunyi yang lain. Bunyi-bunyi dalam
ujaran itu di simpan dalam memori auditori manusia.
2. Tahap Fonetik
Bunyi-bunyi itu kemudian kita identifikasi. Dalam proses mental kita,
kita lihat,
misalnya apakah bunyi tersebut [+konsonantal], [+vois], [+nasal], dst.
Begitu pula lingkungan bunyi itu : Apakah bunyi tadi diikuti oleh
vokal atau oleh konsonan. Kalau oleh vokal, vokal macam apa –
vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal rendah, dsb.
Seandainya ujaran itu adalah Bukan nangka, maka mental kita
menganalisis bunyi /b/ terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa
yang kita dengar itu dengan memperhatikan hal-hal seperti titik
artikulasi, cara artikulasi, dan fitur distingtifnya. Kemudian VOTnya
juga diperhatikan karena VOT inilah yang akan menetukan kapan
getaran pada pita suara itu terjadi. Segmen-segmen bunyi ini
kemudian kita simpan di memori fonetik.
Adapaun Contoh Dari kedua Tahap Tersebut Adalah Contoh Dari
Kedua tahapan Auditori dan Tahap Fonetik adalah Apabila kita
mendengar bunyi [b] dari kata buntu maka yang kita simpan pada
memori auditori bukan fonem /b/ dan bukan hanya titik artikulasi,
cara artikulasi, dan fitur-fitur distingtifnya saja tetapi juga pengaruh
bunyi /u/ yang mengikutinya. Dengan demikian maka [b] ini sedikit
banyak diikuti oleh bundaran bibir (lip – rounding) . Pada memori
fonetik, hal-hal seperti ini sudah tidak diperlukan lagi karena begitu
kita tangkap bunyi itu sebagai bunyi /b/ maka detailnya sudah tidak
signifikan lagi yang artinya, apakah /b/ itu diikuti oleh bundaran bibir
atau tidak, tetap saja bunyi itu adalah bunyi /b/. Analisis mental yang
lain adalah untuk melihat bagaimana bunyi-bunyi itu diurutkan karena
urutan bunyi inilah yang nantinya menentukan kata itu kata apa.
Bunyi /a/, /k/, dan /n/ bisa membentuk kata yang berbeda bila
urutannya berbeda. Bila /k/ didengar terlebih dahulu, kemudian /a/
dan /n/ maka akan terdengarlah bunyi /kan/; bila /n/ yang lebih
dahulu, maka terdengarlah bunyi /nak/.

4. Ingin mengajukan pertanyaan kepada kelompok penyaj. Pertanyaan saya,


apakah ada faktor lain yang dapat membantu kita dalam mempersepsi suatu
ujaran dalam konteks psikolinguistik? (Nurhikma dari kelompok 2)
Jawaban:
- Ummul Nurul Syuhada dari kelompok pemateri
Faktor lain yang membantu kita dalam mempersepsi suatu ujaran
adalah pengetahuan kita tentang sintaksis maupun semantik bahasa
kita. Suatu bunyi yang terucap dengan tidak jelas dapat diterka dari
wujud kalimat di mana bunyi itu terdapat. Contohnya seperti, ketika
mengucapkan kalimat "Dia sedang sakit" kita terbatuk persis pada
saat kita akan mengucapkan kata sakit, sehingga kata ini kedengaran
/keakit/, pendengar kita akan dapat menerka bahwa kata yang
terbatukkan itu adalah sakit dari konteks di mana kata itu dipakai atau
dari perkiraan makna yang dimaksud oleh pembicara.
 Tambahan Jawaban :
- Fitriana syam.
Persepsi ujaran adalah proses di mana sebuah ujaran pemanfaatan.
Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang meliputi, pendengaran,
pemantauan dan pemahaman terhadap semua suara yang dihasilkan
oleh penuturan. Kombinasi fitur-fitur tersebut (secara runtut) adalah
fungsi utama persepsi ujaran. Persepsi ujaran kombinasi tidak hanya
fonologi dan fonetik dari tuturan yang akan dirasakan, tetapi juga
aspek sintakmatik dan semantik dari pesan lisan tersebut. Artikel ini
akan diuraikan persepsi terhadap ujaran dalam konteks
psikolinguistik; bagaimana proses atau tahapan dari suatu persepsi
terhadap suatu ujaran itu terjadi, apa saja faktor yang mempengaruhi
sebuah persepsi ujaran itu terbentuk, beberapa model persepsi ujaran,
dan persepsi ujaran dalam konteks psikolinguistik.
- Ine Febrianty dari kelompok 2
Yaitu. Jadi, faktor yang dapat membantu kita dalam mempersepsi
suatu ujaran adalah pengetahuan kita mengenai sintaksis maupun
semantik bahasa kita. Sintaksis dan semantik penting agar kita bisa
mengetahui tatabentuk kalimat yang merupakan kesatuan bahasa
terkecil yang lengkap. Di mana berhubungan dengan unsur bahasa
lain yang ada keterkaitannya dengan unsur pembentuk kalimat. Selain
itu, dengan adanya semantik kita dapat menggunakan kata dengan
makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada
masyarakat. Selain semantik dan sintaksis, faktor yang dapat
memudahkan kita dalam meresepsi suatu ujaran yakni dengan
mengetahui banyak kosa kata dapat memudahkan dalam
berkomunikasi maupun dalam menyampaikan pendapat yang ingin
anda sampaikan kepada orang tertentu.
- Husnul Reskiyani
Iya seperti Fisiologis Informasi masuk melalui alat indera selanjutnya
informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi
usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya.
Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda
sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
- Asrianti
Faktor lain yang membantu kita dalam mempersepsi suatu ujaran
adalah pengetahuan kita tentang sintaksis mahupun semantik bahasa
kita. pengaruh konteks dalam persepsi ujaran sangatlah besar. Dari
sintaksisnya kita tahu bahawa urutan pronomina, kala progresif, dan
adjektiva adalah urutan yang benar. Dari semantiknya terdapat pula
kecocokan antara ketiga-tiga perkataan ini. Daripada konteksnya
ketiga-tiga perkataan ini memberikan makna yang layak.Persepsi
terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi boleh pula dipengaruhi oleh
kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan dengan bunyi-bunyi
yang lain secara cepat akan sedikit banyak berubah lafalnya.
 SESI KEDUA
1. Berdasarkan makalah yang saya baca, pada halaman 10 terdapat penjelasan
Trading relations adalah konsep yang menyatakan bahwa tidak setiap gerakan
fonetik dapat diterjemahkan secara langsung dan didefinisikan dalam istilah
akustik. Ini berarti bahwa harus ada langkah lain untuk menafsirkan gerakan
vokal. Nah, pertanyaan saya, langkah lain seperti apa yang harus dilakukan
untuk menafsirkan gerakan vokal tersebut? (Hamrina Dwijaya Saputri dari
kelompok 1)
Jawaban;
- Nuraliyah Syamsurya dari kelompok penyaji.
Trading relations adalah konsep yang menyatakan bahwa tidak setiap
gerakan fonetik dapat diterjemahkan secara langsung dan
didefinisikan dalam istilah akustik. Ini berarti bahwa harus ada
langkah lain untuk menafsirkan gerakan vokal. Langkah lain yang
dilakukan untuk menafsirkan gerakan vokal tersebut, yaitu dengan
menggunakan konsep coarticulation, dimana bahwa ada variasi di
daerah artikulasi gerakan vokal yang dihasilkan oleh penutur.
Gerakan yang sama mungkin dapat diproduksi di lebih dari satu
tempat. Fonem yang dipahami oleh pendengar berdasarkan pada
kemampuan si pendengar itu untuk mengidentifikasi semua variasi
ujaran. Kemampuan untuk menentukan di mana suara tertentu
diproduksi akan membantu dalam menentukan suara (jenis fonem)
setelah diproduksi.

Anda mungkin juga menyukai