Oleh;
Raodhatul Jannah
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Amrah kasim, M.A
Dr. Hj. Darmawati, S.Ag., M.Pd
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu bentuk yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah milik masyarakat
yang telah melekatkan diri pada pemiliknya. Sebagai milik manusia, bahasa selalu
muncul dalam segala bentuknya dan dalam tindakan manusia. Tidak ada satu aktivitas
manusia pun yang tidak melibatkan kehadiran bahasa. Jadi ketika ada yang bertanya
mana bahasa itu digunakan. Jawaban seperti bahasa adalah alat penyampaian gagasan,
bahasa adalah alat interaksi, bahasa adalah alat ekspresi diri, dan bahasa adalah alat
pendengar melalui satu atau lebih ucapan. Proses berbahasa dikatakan berjalan dengan
baik apabila makna yang disampaikan oleh penutur dapat diterima oleh pendengar
persis seperti yang dimaksudkan oleh penutur. Sebaliknya, proses berbahasa dikatakan
salah ketika pendengar menerima atau memahami makna yang disampaikan oleh
pembicara dengan cara yang tidak diinginkan oleh pembicara. Perbedaan itu mungkin
karena penutur tidak pandai menghasilkan ujaran, mungkin juga karena pendengar
tidak mampu menangkap ujaran tersebut, atau mungkin karena faktor lingkungan saat
1
tuturan berpindah dari mulut pembicara ke mulut telinga. pendengar telah berpindah.
organ pendengaran kita merasakan suara yang berbeda, proses, kemudahan atau
kesulitan yang tidak kita sadari. Suara yang direkam juga bervariasi, ada yang
bermakna, ada yang tidak berarti, ada yang ditangkap sepenuhnya dan ada yang hanya
yang mudah. Manusia harus mulai mencerna suara-suara ini sebelum mereka dapat
kemudian dikonsep secara sempurna dalam otak manusia. Selain itu, ini
memanifestasikan dirinya dalam bentuk suara yang dipahami oleh lawan bicara
tertentu.1 Terkadang orang tidak menyadari bahwa ucapan, yang berbentuk suara di
udara, sebenarnya merupakan proses yang rumit. Pada dasarnya, ucapan adalah suara
murni (ucapan), langsung dari pembicara. Jadi, ujaran dapat berupa kata, frasa, atau
gagasan yang keluar dari mulut orang dan memiliki makna. Keberadaan pernyataan
1
Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia Feldman, P.O. 2009), h. 49.
2
Baron. R, Psikologi Sosial (edisi X: Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2011), h. 108.
2
Kombinasi fitur-fitur ini (koherensi) adalah fungsi utama dari persepsi ucapan.
Persepsi ucapan tidak hanya mencakup fonologi dan fonetik dari bahasa yang
dirasakan, tetapi juga aspek sintaksis dan semantik dari pesan yang diucapkan.
Hal ini menjadi salah satu bahan kajian yang sangat menarik, sehingga
penulis membuat sebuah makalah yang berjudul “Persepsi dan Produksi Ujaran.
faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi bahasa yang dihasilkan, perbedaan model
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan persepsi ujaran?
2. Apa yang dimaksud dengan pproduksi ujaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi ujaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi sebuah ujaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Ucapan
Persepsi ucapan adalah peristiwa di mana telinga menangkap suara, yang bisa
berupa nada lepas, kata atau kalimat.3 Tentu saja, jika Anda tidak dapat mendengar
suara dengan jelas, Anda tidak akan mengerti artinya, apalagi jika suara tersebut
berbentuk kalimat dan orang tersebut tidak mengerti bahasa yang digunakan dalam
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu organ pendengaran yang tidak sempurna dan
bunyi yang didengar, terutama bila berupa kalimat. Menurut Dardjowidjojo, persepsi
bahasa bukanlah hal yang sederhana bagi manusia, karena bahasa adalah aktivitas
verbal yang meluncur bolak-balik antara satu kata dengan kata lain tanpa batas waktu
yang jelas. 4
Kalimat adalah murni bunyi (tuturan), langsung dari penuturnya, jadi tuturan
adalah sesuatu yang berupa kata, kalimat, gagasan yang keluar dari mulut orang dan
3
Su’udi, “Pengantar Psikolinguistik bagi Pembelajar Bahasa Perancis” (Semarang: Widya Karya,
2011), h. 19.
4
Soenjono Dardjowidjojo,” Psikolinguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia” (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 49.
4
pragmatis. Persepsi adalah proses dimana seorang individu mengatur dan
mereka. Persepsi ucapan tidak mudah bagi manusia, karena ucapan adalah aktivitas
verbal yang meluncur dari satu kata ke kata lain tanpa batas waktu yang jelas. Ketika
suara yang satu dengan yang lainnya. Indra pendengaran dapat mempersepsi dan
memahami urutan huruf vokal dan konsonan yang membentuk tuturan, kecepatan
tuturan dan bunyi ujaran yang dihasilkan oleh penutur. Berdasarkan uraian di atas,
persepsi bunyi ujaran yang dihasilkan oleh organ vokal dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
Dalam linguistik, vokal dan konsonan yang kita dengar disebut bunyi
segmental. Bunyi ujaran yang cepat, lambat, tonal, tegang, dan nyaring disebut bunyi
a) Bukan angka, b) Buka nangka c) Bukan nangka. Meskipun ketiga ujaran ini berbeda
maknanya satu dari yang lain , dalam pengucapannya ketiga bentuk ujaran ini bisa
sama [bukanahka].
Selain itu, bunyinya tidak diucapkan persis sama setiap kali muncul.
Pengucapan suatu bunyi dipengaruhi oleh lingkungan tempat bunyi itu berada.
Misalnya bunyi [b] pada kata Buru tidak sama persis dengan bunyi [b] pada kata biru.
Pada kata Buru, bunyi /b/ dipengaruhi oleh bunyi /u/ yang mengikutinya, sehingga
5
bibir sedikit banyak membulat saat mengeluarkan bunyi tersebut. Sebaliknya, bunyi
yang sama diucapkan dengan bibir terentang pada kata biru, karena bunyi /i/ adalah
vokal depan dengan bibir terentang. Namun, seseorang masih mempersepsikan bunyi
bahasanya sendiri dengan baik. Secara alami, pengamatan seperti itu terjadi pada
tahap-tahap tertentu.
Menurut Clark dan Clark, pada dasarnya ada tiga tahapan dalam pengolahan
a. Tahap Auditori
Pada titik ini orang mulai berbicara sedikit demi sedikit. Ujaran ini kemudian
jenis artikulasi, kekhasan dan VOT (Voice Onset Time) waktu antara aliran udara yang
disebabkan oleh pengucapan konsonan dan getaran pita suara vokal selanjutnya)
sangat berguna di sini karena peristiwa semacam itu membedakan satu bunyi dari
bunyi lainnya. Kami menyimpan suara bahasa kami dalam memori pendengaran
kami.
b. Tahap Fonetik
Lalu kami mengenali suara-suara itu. Dalam proses mental kita, kita melihat,
misalnya, apakah bunyi itu [konsonan], [bisa], [nasal] dll. Hal yang sama berlaku
untuk lingkungan suara: apakah suara diikuti oleh vokal atau konsonan. Jika dengan
5
Soenjono Dardjowidjojo,” Psikolinguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia”, h. 49-52.
6
suara, jenis apa - suara depan, suara belakang, suara tinggi, suara rendah, dll. Jika
ucapannya bukan nangka, kami terlebih dahulu menganalisis bunyi /b/ secara mental
dan menentukan bunyi mana yang kami dengar. memperhatikan hal-hal seperti titik
artikulasi, cara artikulasi dan kekhasannya. Kemudian suara juga berharga, karena
suaralah yang menentukan kapan pita suara bergetar. Kami kemudian menyimpan
bagian suara ini dalam memori fonetik. Perbedaan antara memori pendengaran dan
memori fonetik adalah bahwa dalam memori pendengaran kita menyimpan semua
variasi alofonik dari suara itu, sedangkan dalam memori fonetik kita hanya menyimpan
ciri-ciri fonetik. Misalnya, ketika kita mendengar bunyi [b] dari jalan buntu, memori
pendengaran kita tidak hanya menyimpan fonem /b/, tetapi juga tempat artikulasi, cara
artikulasi dan kekhasannya, serta efek dari mengikuti bunyi /u/. Jadi [b] kurang lebih
Dalam memori fonetik, hal-hal seperti itu tidak lagi diperlukan, karena ketika
kita mempersepsikan bunyi sebagai /b/, detailnya tidak lagi penting. Artinya apakah
/b/ diikuti dengan bibir bulat atau tidak, bunyinya tetap /b/. Analisis mental lainnya
adalah dengan melihat bagaimana bunyi disusun, karena urutan bunyi pada akhirnya
menentukan apa kata itu. Bunyi /a/, /k/ dan /n/ dapat membentuk kata yang berbeda
jika urutannya berbeda. Jika /k/ berbunyi terlebih dahulu, maka /a/ dan /n/, kemudian
/kan/ berbunyi; jika /n/ adalah yang pertama, bunyinya seperti /nak/.
7
a. Tahap Fonologis
Pada tingkat ini, kita secara mental menerapkan aturan fonologis pada
rangkaian bunyi yang kita dengar untuk menentukan apakah bunyi tersebut mengikuti
aturan fonotaktik bahasa kita. Dalam bahasa Inggris, bunyi /h/ tidak boleh dimulai
dengan suku kata. Itu sebabnya penutur bahasa Inggris tidak terlalu mengaitkannya
dengan vokal.
Jika suara ini bersambung dengan suara berikutnya, dia akan menempatkan
suara itu dengan wajah, bukan di belakangnya. Jadi, baris bunyi /b/, /Ə/, /h/, /i/ dan /s/
sudah pasti dipersepsi sebagai Beng dan is, tidak mungkin be dan ngis.
Mungkin saja orang Indonesia yang mendengar susunan fonetis /m/ dan /b/,
melihatnya sebagai /mb/ karena secara fonotaktik bahasa kita membolehkan susunan
seperti pada kata mbak dan mbok, meskipun keduanya dipinjam dari bahasa Jawa. Di
sisi lain, penutur bahasa Inggris pasti memisahkan kedua bunyi ini menjadi dua suku
kata yang terpisah, dan kombinasi bunyi yang tidak diperbolehkan oleh aturan
fonologis bahasa tersebut ditolak. Kombinasi /kt/, /fp/ atau /pk/ tidak dapat memulai
suku kata, jadi jika ada rangkaian bunyi /anaktuhgal/, tidak mungkin secara mental
dapat merasakannya saat melalui /ana/ dan /ktuhgal/ secara bersamaan waktu. waktu
proses Kemudian bunyi /k/ dst. Dengan demikian, semua bunyi dalam ucapan
akhirnya dianalisis. Ne-nangkat, no number, dan buah Buka yak dibedakan dengan
referensi silang yang ada antara satu kata dengan kata lainnya.
8
2. Model Persepsi Ujaran
model yang hanya berfokus pada produksi atau persepsi ucapan, dan ada model lain
yang menggabungkan produksi dan persepsi ucapan. Model pertama diproduksi dan
menentukan model persepsi yang tepat untuk proses persepsi wicara. Hal ini dapat
Proses top down atau proses bottom up. Dalam pemrosesan top-down,
kumpulan kata tersebut untuk membentuk kata tersebut.6 dan menentukan makna.
Kedua proses tersebut harus dipertimbangkan saat merancang model persepsi ucapan.
Berikut adalah beberapa model persepsi ucapan berdasarkan tahun teori tersebut
diajukan.
Model ini dikembangkan pada tahun 1967 oleh Liberman et al. Prinsip utama
model ini adalah menghasilkan suara di saluran suara speaker. Teori ini menyatakan
6
John Field, “Psycholinguistics“ (Psychology Press, 2003), h. 143.
9
Dalam model ini, posisi fonetik mewakili kontraksi saluran vokal pembicara selama
produksi bunyi ujaran. Setiap gerakan suara dibuat secara terpisah di saluran suara.
Berbagai situs pembuatan token memungkinkan penutur membuat fonem yang penting
bagi pendengar. Dalam teorinya, Goldstone menyatakan bahwa ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu hubungan gerak dan artikulasi sendi. Hubungan dagang adalah
sebuah konsep yang tidak setiap gerakan fonetis dapat langsung diterjemahkan dan
didefinisikan secara akustik. Jadi harus ada langkah lain dalam interpretasi gerakan
vokal. Konsep koartikulasi adalah adanya variasi artikulasi gerakan vokal yang
dihasilkan oleh penutur. Gerakan yang sama dapat dibuat di lebih dari satu tempat.
dikategorikan setelah diproduksi. Pidato terdiri dari tempat artikulasi dan waktu
munculnya suara. Beberapa gerakan vokal hanya dapat terjadi dengan satu jenis
artikulasi. Gerakan yang berbeda memiliki sendi yang berbeda.7 Artinya, suara yang
sama dapat dihasilkan dari satu titik saluran ucapan atau dari beberapa titik saluran
membantu menentukan suara (tipe fonem) setelah diproduksi. Gerakan vokal yang
7
Irham, I. (2019). Persepsi Ujaran Dalam Konteks Psikolinguistik. Guiding World: Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 2(1), 1-12.
10
berbeda menyebabkan not dimulai pada waktu yang berbeda tergantung pada not mana
yang sedang dibuat. Misalnya, /b/ memulai bunyi yang berbeda dari /p/, tetapi
keduanya muncul di tempat yang sama di saluran vokal. Memisahkan artikulasi dan
menyatakan bahwa pendengar memiliki sistem produksi yang dapat mensintesis suara
Indonesia mendengar rangkaian nada /pola/, ujaran tersebut terlebih dahulu dianalisis
akhirnya ditemukan garis yang sama persis yaitu /pola/. Hanya pada saat itulah baris
Perception) merupakan temuan baru karena model teori motorik dianggap lemah.
Menurut Massaro, kognisi kategoris bukanlah tanda bahwa otak kita memiliki modus
khusus dalam hal pengelompokan fonem. Ini karena persepsi ucapan sebenarnya
8
Fadhlullah, M., & Atmaji, C. PEMODELAN HARMONIK UNTUK PELAFALAN MAKHRAJ
HURUF HIJAIAH. IJEIS (Indonesian Journal of Electronics and Instrumentation Systems), 12(1).
11
dibentuk oleh tiga proses: Evaluasi fitur, integrasi fitur, dan penutupan .9
Dalam model ini, setiap nilai ideal dalam sebuah kata dapat memiliki bentuk
prototipikal, termasuk sifat spesifiknya. Informasi dari semua fungsi yang masuk
memori kita. Setelah menanggapi, ditentukan apakah masukan sesuai dengan isi
prototipe.
Saat kita mendengar bunyi /ba/, kita mengasosiasikannya dengan suku kata
ideal dari suku kata tersebut, yaitu. dengan semua ciri pada konsonan /b/ dan vokal /a/.
Evaluasi ini dilakukan secara terpadu dan kemudian disimpulkan bahwa suku kata /ba/
yang kita dengar sama (atau tidak sama) dengan suku kata prototipe kita. Model ini
disebut fuzzy karena bunyi suku kata atau kata yang kita dengar mungkin tidak 100%
cocok dengan prototipe kita. Orang yang mengunyah sambil mengucapkan /baraɳ/
d. Cohort Model
Model ini diusulkan oleh Marslen-Wilson pada tahun 1980-an. Model kohort
individual adalah kamus kesehatan mental seseorang. Menurut sebuah penelitian, rata-
rata orang memiliki sekitar 45.000 hingga 60.000 kata Titik awal model kohort adalah
pendengar mencocokkan kata-kata baru dengan kosakata yang ada dalam kamus
9
Arifuddin, A., & Irham, I. (2022). PERSEPSI UJARAN DALAM KONTEKS
PSIKOLINGUISTIK. Edu Sociata: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 5(1), 46-57.
12
kesehatan mental mereka. Setiap bagian pidato dapat dibagi menjadi beberapa bagian.
Semakin banyak bagian yang dia dengar, semakin banyak kata yang tidak memiliki
menjelaskan model kohort dalam hal tahap di mana informasi tentang bunyi fonetik
dan akustik dari kata-kata yang kita dengar mendorong ingatan kita untuk
Saat kita mendengar kata /peduli/, semua kata yang diawali dengan /p/ menjadi
aktif:
perbedaan, ibadah, priyayi, kata pengantar, dll. Kata-kata yang muncul disebut
kohort. Kemudian kata-kata yang tidak mirip dengan objek (pahala, pemujaan)
dihilangkan. Kemudian kata /priyayi/ dan /kata pengantar/ juga dihilangkan, tidak ada
e. TRACE Model
Model ini ditemukan oleh James McCleland & Jeffrey Elman (McClelland dan
Elman). Teori ini menyatakan bahwa pendengar menghadapi beberapa masalah setelah
mendengar suara:
tumpang tindih, 2) pengucapan nada dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu. nada sebelum
10
. Pangesti, F. (2019). Senyapan dan kilir lidah berdampingan dalam produksi ujaran. Hasta
Wiyata, 2(1), 8-17.
13
atau sesudah nada, 3) variasi pengucapan nada karena aksen individu, kedaerahan. atau
kebisingan sekitar tempat ujaran terdengar. Satu atau lebih dari hal-hal ini
menyebabkan bunyi pertama dari kata itu terdengar, semua kata dengan huruf pertama
yang sama dengan kata itu diaktifkan dalam memori, kata itu kemudian bersaing untuk
Menurut teori ini, persepsi nada atau urutan nada melewati proses berikut:
1) ketika Anda mendengar suara awal, misalnya sebuah kata, semua kata
dengan huruf awal yang sama dengan kata tersebut diaktifkan dalam memori, 2) kata
akhirnya makna yang dimaksud adalah ditangkap jika jika semua kata terdengar, itu
Di atas Anda dapat melihat bagaimana orang memproses bahasa yang kita
dengar secara individual. Namun pada kenyataannya, sebuah suara tidak diucapkan
secara independen dari suara lainnya. Bunyi-bunyi itu selalu diucapkan silih berganti
bunyi. Pengucapan suatu bunyi yang diucapkan secara berurutan dengan bunyi lainnya
tidak sama dengan pengucapan bunyi yang diucapkan secara terpisah. Bunyi /p/ yang
11
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar pemahaman bahasa manusia. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2003.
14
diucapkan sebelum bunyi /i/ (seperti pada kata pikir) berbeda dengan bunyi /p/ yang
diucapkan sebelum bunyi /u/ (seperti pada kata pukat). Pada episode pertama, bunyi
/i/ mempengaruhi bunyi /p/, sehingga tuturan /p/ sedikit banyak diwarnai oleh
pengaruh bunyi /i/, yaitu. kedua bibir mulai melebar saat Loud. /p/ diucapkan.
Sebaliknya, bunyi /p/ /pu/ diucapkan membulat dengan kedua bibir, tidak melebar
seperti /pi/.
Namun, sebagai pendengar kita masih dapat menyimpulkan bahwa dua bunyi
/p/ yang berbeda secara fonetis adalah bunyi yang sama secara fonetis. Oleh karena
itu, tidak peduli seberapa berbeda pengucapannya, suatu suara tetap dianggap sama
oleh pendengar jika perbedaan tersebut merupakan hasil dari beberapa manipulasi
suara lainnya. Dengan kata lain, alofon fonem masih dianggap fonem yang sama.
Kecepatan bicara juga dapat memengaruhi persepsi suara dalam rentang suara. Suara
yang diucapkan bersama dengan suara lain mengubah pengucapannya lebih atau
kurang cepat. Namun, sebagai pendengar, kita masih bisa mencari tahu dan akhirnya
memutuskan. Pengetahuan kita sebagai penutur bahasa membantu kita dalam proses
persepsi.
Faktor lain yang membantu kita memahami ucapan adalah pengetahuan kita
tentang sintaksis dan semantik bahasa kita. Bunyi yang diucapkan secara tidak jelas
dapat ditebak dari bentuk kalimat di mana bunyi itu terjadi. Jadi, jika ketika kita
mengatakan bahwa dia sakit, kita batuk ketika kita hendak mengucapkan kata sakit,
sehingga bunyinya seperti /keakit/, pendengar kita dapat menebak dari konteks bahwa
kata batuk itu sakit. kata apa yang digunakan atau perkiraan arti yang dimaksudkan
15
pembicara.
hal ini psikolinguistik) terhadap persepsi bahasa sangat besar. Dari sintaks kita tahu
bahwa urutan kata ganti, progresif dan kata sifat sudah benar. Dari semantik juga ada
korespondensi antara ketiga kata tersebut. Dari konteksnya, ketiga kata ini
Kata produksi berarti tindakan atau proses dimana sesuatu diproduksi secara
alami. Padahal yang dimaksud dengan tuturan menurut KBBI adalah kalimat atau
bagian dari kalimat yang diucapkan. Produksi bahasa adalah kebalikan dari
pemahaman bahasa, meskipun kedua proses tersebut tidak melibatkan mekanisme yang
Produksi bahasa dapat dibagi menjadi empat tingkat, yaitu tingkat pesan, di mana pesan
dipilih dan kemudian diberikan peran dan fungsi sintaksis, tingkat posisional, di mana
konstituen dan imbuhan dibentuk, disajikan dan tingkat fonologis. , di mana struktur
12
APRILDA, Novia Miftakhul Mimma; KUNTARTOA, Eko; KUSMANA, Ade. Pengaruh afasia
pada produksi ujaran dalam proses berbahasa. Jurnal Genre (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya),
2021, 3.1: 10-17.
16
1. Tingkat pesan, di mana pesan yang akan disampaikan diproses
Pada tingkat pesan, penutur mengumpulkan gagasan tentang makna yang ingin
disampaikan. Misalnya pada kalimat Tutik menyuapi anaknya. pesan yang ada dalam
pikiran pembicara:
a. Adanya seseorang
b. Orang tersebut wanita
c. Dia sudah menikah
d. Dia mempunyai anak
e. Dia sedang melakukan suatu perbuatan
f. Perbuatan itu adalah memberi makan pada anaknya.
2. Tingkat fungsional, di mana bentuk leksikal dipilih lalu diberi peran dan fungsi
sintaktik,
Pada tingkat fungsional, dua masalah dibahas. Yang pertama adalah memilih
kosakata dan informasi tata bahasa untuk masing-masing bentuk leksikal yang sesuai
dengan pesan yang akan dikirim. Dalam kalimat itu, Tutik menyuapi anaknya. Kata
Tutik adalah nama perempuan yang akrab digunakan sebagai pelaku perbuatan,
perbuatan itu dilakukan dengan kata kerja menyogok, anaknya adalah penerima.
Proses lainnya adalah menetapkan fungsi ke kata-kata yang dipilih. Proses ini
melibatkan hubungan sintaksis atau fungsi gramatikal. Kata Tutik menjadi fungsi
17
3. Tingkat posisional di mana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan
Pada tingkat pemrosesan lokal, ini adalah perintah perintah dalam bentuk
leksikal. Susunan ini tidak didasarkan pada deret linier tetapi pada unit makna hirarkis
dalam contoh kalimat Tuti memberi makan anaknya. Kata itu terkait dengan nutrisi.
Begitu juga hubungannya dengan anak-anak. Setelah kesepakatan dibuat, sufiks yang
relevan akan diproses, mis. misalnya akhiran -i harus ditambahkan ke kata kerja untuk
menyuap.
Pada tataran terakhir, yakni tataran fonologis, diterapkan kaidah fonetik bahasa
ini. Perkataan Tutik mengikuti kaidah fonetik bahasa Indonesia. Tapi Ketuiek tidak
melakukan itu. Proses fonologis ini tidak sederhana karena melibatkan proses biologis
dan neurologis.13
1. Proses pengujaran
melengkung, mulut dan hidung. Dalam perjalanannya melalui mulut atau hidung,
sesuatu di mulut kita terkadang dapat menghalangi udara sebelum dapat dikeluarkan.
bawah ini.
13
Wangsadanureja, M., Wahidin, U., & Saputri, R. D. (2021). Pengaruh Kenampakan Benda
Konkrit Terhadap Produksi Ujaran Pada Balita (Observasi Psikolinguistik pada Batita Berusia 15
Bulan). Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 15-23.
18
Gambar 1: Organ produksi suara manusia
Udara yang dihembuskan dari paru-paru keluar melalui area yang disebut area
glotal. Udara ini kemudian melewati lorong yang disebut annulus atau faring. Faring
yang pertama melalui hidung dan yang kedua melalui rongga mulut. Semua suara
yang dibuat oleh udara yang mengalir melalui rongga hidung disebut suara hidung.
Pada saat yang sama, suara yang keluar dari udara melalui rongga mulut disebut
bolak-balik. Bagian atas mulut tidak bergerak dan disebut area artikulasi. Bagian
1. Bibir: bibir atas dan bibir bawah. Kedua bibir ini dapat disatukan untuk
membentuk bunyi yang disebut double lip, yang berarti dua bibir yang
menyatu. Bunyi seperti [p], [b] dan [m] adalah bunyi bilabial.
19
2. Gigi: dalam ucapan di mana hanya gigi atas yang berperan. Gigi ini dapat
gigi labial. Contoh bunyi tersebut adalah [f] dan [v]. Gigi juga dapat
didekatkan ke ujung lidah untuk menghasilkan bunyi gigi seperti [t] dan [d]
3. Gusi atau alveolar: area ini tepat di belakang pangkal gigi atas. Ujung lidah
4. Lelangit keras: regio ini terletak di rongga mulut bagian atas, di belakang
regio alveolar. Di daerah itu, bagian depan lidah dapat menyatu membentuk
lunak, bagian belakang lidah dapat menyatu membentuk bunyi yang disebut
6. Uvula: di ujung rahang atas terdapat tenggorokan yang disebut uvula. Uvula
dapat digerakkan untuk menutup atau membuka saluran hidung. Jika uvula
tidak menempel pada bagian atas laring, udara keluar melalui hidung. Bunyi
ini disebut bunyi sengau. Di sisi lain, ketika uvula dekat dengan dinding
20
laring, udara diarahkan melalui mulut dan menghasilkan suara yang disebut
suara mulut.14
a. Lidah
Selain bibir dan gigi, rahang bawah juga memiliki lidah. Lidah adalah
b) bilah lidah adalah bagian yang terletak tepat di belakang ujung lidah,
c) Lidah bagian depan adalah bagian tengah lidah yang sedikit di depan,
b. Pita suara adalah sepasang selaput yang terletak di laring. Selaput ini
dapat ditutup, direntangkan dan dibuka lebar. Letak pita suara juga
c. Tenggorokan:
d. Rongga hidung:
14
JANNAH, Raodhatul. Produksi Organ Bicara Bahasa Arab. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Islam, 2019, 17.1: 71-84.
21
Rongga untuk suara hidung seperti /m/ dan /n/.
e. rongga mulut:
untuk suara mulut seperti /p/, /b/, /a/ dan /i/ .15
tindak tutur dalam kuliah yang ia berikan di Universitas Harvard pada tahun 1955.
Kuliah ini kemudian diterbitkan pada tahun 1962 setelah kematiannya sebagai buku
How to Do Things with Words. Kemudian lebih jauh dengan muridnya dari Amerika
J.R. Searle.
Searle membagi tindak tutur menjadi lima kategori, yaitu representatif, direktif,
(pernyataan) tentang situasi dunia. Dari sudut pandang penutur, apa yang dikatakan
mengandung kebenaran.16
Dalam tindak tutur direktif, penutur melakukan tindak tutur dengan tujuan agar
pendengar bertindak. Bentuk tuturan ini bisa berupa pernyataan, permintaan yang
sangat lembut, perintah kecil, atau sangat langsung dan kasar. Tuturan komisi
sebenarnya dapat dipandang setara dengan tindak tutur direktif, hanya saja arahnya
15
JANNAH, Raodhatul. Produksi Organ Bicara Bahasa Arab. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Islam, 2019, 17.1: 71-84.
16
SAVITRI, Hani Eria; SUDIYANA, Benedictus; SAPTOMO, Sri Wahono. Fungsi-Fungsi
Komunikatif dalam Struktur Teks Artikel Ilmiah Bidang Kebahasaan. JBSI: Jurnal Bahasa dan Sastra
Indonesia, 2022, 2.01: 79-88.
22
tindak tutur komisif, perintah ditujukan kepada penutur itu sendiri, oleh karena itu ada
konsonan dan vokal. Perbedaan antara kedua jenis suara ini terletak pada cara
pembuatannya.
produksi konsonan.
Bunyi dibuat oleh bagian-bagian mulut seperti lidah, bibir, dan gigi. Bagian ini
atau didekatkan. Saat bibir atas dan bawah disatukan, nada bilabial tercipta. Dalam
bahasa Melayu dan banyak bahasa lainnya, bunyi bilabial terdiri dari bunyi [p], [b]
dan [m]. Perbedaan antara dua bunyi pertama dan bunyi ketiga terletak pada
[p] dan [b] melewati mulut dan karenanya disebut bunyi lisan, sedangkan [m]
17
NABABAN, M. R., et al. ANALISIS JENIS TINDAK TUTUR YANG MENGAKOMODASI
PERISTIWA VERBAL BULLYING PADA SUBTITLE FILM BERJUDUL SEX EDUCATION
SEASON 1 DAN 2. In: Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, Seni, dan Pendidikan Dasar
(SENSASEDA). 2022. p. 280-294.
23
Faktor lain dalam produksi bunyi konsonan adalah cara mengartikulasikan kita
melepaskan udara dari paru-paru. Jika kita menahan udara di dalam rongga mulut
suara seperti ledakan. Itulah mengapa suara ini disebut ledakan atau ledakan.
Mari kita lihat lagi bunyi [p] dan [b]. lalu kita rasakan bibir kita tertutup sambil
mengeluarkan suara ini untuk menahan udara yang keluar dari paru-paru. Udara
udara. Hal yang sama berlaku untuk nada [t] dan [d]. Satu-satunya perbedaan
adalah artikulator penahan udara bukanlah bibir atas dan bawah, melainkan ujung
lidah dan gigi atas. Udara untuk bunyi [k] dan [g] dipegang oleh bagian belakang
lidah, yang dekat dengan langit-langit lunak. Udara ini kemudian dilepaskan
secara bersamaan.
Berbeda dengan konsonan, kriteria pembentukan vokal adalah (1) tinggi lidah, (2)
posisi lidah, (3) tegangan lidah, dan (4) bentuk bibir. Karena lidahnya lentur, bisa
ukuran rongga mulut. Saat lidah dalam posisi tinggi, ruang yang dilalui udara dari
paru-paru menyempit. Nada yang dihasilkan juga berfrekuensi tinggi. Saat lidah
24
diturunkan, rongga mulut mengembang; Semakin dalam lidah, semakin lebar
Berkat kelenturannya, lidah juga bisa ditekuk ke depan atau ke belakang. Posisi
kombinasi dengan bagian atas dan bawah lidah, vokal tertentu terbentuk. Selain
kedua faktor di atas, vokal juga ditentukan oleh tegang tidaknya saraf kita saat
mengucapkannya. Saat kita mengucapkan bunyi /i/ seperti dalam kata bahasa
Inggris beat, kita bisa merasakan ketegangan saraf di sisi tenggorokan, tetapi kita
18
JANNAH, Raodhatul. Produksi Organ Bicara Bahasa Arab. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Islam, 2019, 17.1: 71-84.
25
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi bahasa dapat dibagi menjadi empat tingkat, yaitu tingkat pesan, di
mana pesan yang akan disampaikan diproses, tingkat fungsional, di mana bentuk
leksikal dipilih dan kemudian diberi peran dan fungsi sintaksis, tingkat posisional, di
Menurut Clark & Clark dalam Dardjowidjojo pada dasarnya ada tiga tahap
dalam pemrosesan persepsi bunyi, yaitu sebagai berikut: 1) Tahap Auditori. 2) Tahap
26
DAFTAR PUSTAKA
27
SAVIRI, Hani Eria; SUDIYANA, Benedictus; SAPTOMO, Sri Wahono. Fungsi-
Fungsi Komunikatif dalam Struktur Teks Artikel Ilmiah Bidang
Kebahasaan. JBSI: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, 2022, 2.01: 79-88.
28