Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Lughah An-Nafsi
1442/2021
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan
pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan
kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran
bahasa.
Berbahasa adalah proses menyampaikan makna oleh penutur kepada pendengar melalui
satu atau serangkaian ujaran. Suatu proses berbahasa dikatakan berjalan baik apabila makna
yang dikirimkan penutur dapat diresapi oleh pendengar persis seperti yang dimaksudkan oleh
penutur. Sebaliknya, suatu proses berbahasa dikatakan tidak berjalan dengan baik apabila
makna yang dikirim penutur diresapi atau dipahami pendengar tidak sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh penutur. Ketidaksesuaian ini bisa disebabkan oleh faktor penutur yang
kurang pandai dalam memproduksi ujaran, bisa juga disebabkan oleh faktor pendengar yang
kurang mampu meresapi ujaran tersebut.
Proses pengujaran adalah sebuah perwujudan dari proses artikulasi dan kemudian
terkonsep dalam otak manusia secara sempurna. Selanjutnya hal tersebut diwujudkan dalam
bentuk bunyi yang akan dimengerti oleh interlokutor tertentu (Darjowidjojo, 2005:49).
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa ujaran yang diwujudkan dalam bentuk bunyi
yang melewati udara itu ternyata sebuah proses yang kompleks. Pada dasarnya ujaran adalah
suara murni (tuturan) langsung dari sosok yang berbicara, ujaran dapat berupa kata, kalimat,
atau gagasan yang keluar dari mulut manusia yang mempunyai arti. Dengan adanya ujaran ini
akan muncul makna sintaksis, semantik dan pragmantik.
PEMBAHASAN
1. Produksi Ujaran
A. Pengertian Produksi Ujaran
Produksi ujaran adalah cara manusia dalam mengemukakan gagasannya.
Menurut Herman dalam Saputra dan Kuntarto (2018) produksi ujaran adalah
bagaimana manusia merencanakan pengungkapan bahasa secara lisan maupun
tulisan atau produksi ujaran merupakan perencanaan pengungkapan bahasa
secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan kapasitasnya setiap orang memiliki
karakteristik masing-masing dalam hal produksi ujaran, karakteristik tersebut
dapat berupa pilihan kata, kompleksitas, dan gaya bahasa. Kapasitas berbahasa
tersebut dipengaruhi oleh kemampuan berfikir, keadaan mental, pendidikan,
maupun pengalaman yang telah dialami oleh orang tersebut.
B. Proses Produksi Ujaran
Secara umum langkah dalam memproduksi ujaran seperti yang
dikemukakan oleh Dardjowidjojo (2012:117) dapat dibagi menjadi empat
tingkat: (1) tingkat pesan, dimana pesan yang akan disampaikan diproses, (2)
tingkat fungsional, dimana bentuk leksikal dipilih kemudian diberi peran dan
fungsi sintaktik, (3) tingkat posisional, dimana konstituen dibentuk dan
afiksasi dilakukan, (4) tingkat fiologi, dimana struktur fonologi ujaran itu
diwujudkan. Selanjutnya, proses produksi ujaran diawali oleh tindakan
perencanaan dan pelaksanaan, pada tindak perencanaan hal-hal yang diolah
adalah wacana, kalimat, dan konstituen, kemudian pada tindak pelaksanaan
hal-hal yang diolah adalah program artikulasi dan artikulasi.
1) Pada tingkat pesan, pembicara mengumpulkan nosi-nosi dari makna
yang ingin disampaikan.
2) Pada tingkat fungsional, yang diproses ada dua hal. Pertama, memilih
bentuk leksikal yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan dan
informasi gramatikal untuk masing-masing yang telah dikenal. Proses
kedua pada tingkat fungsional adalah proses memberikan fungsi pada
kata yang telah dipilih. Proses dalam hal ini menyangkut hubungan
sintaktik gramatikal atau fungsi gramatikal.
3) Pada tingkat pemprosesan posisional, diurutkan bentuk leksikal untuk
ujaran yang akan dikeluarkan, pengurutan ini bukan berdasarkan pada
jejeran yang linear tetapi pada kesatuan makna hierarkis.
4) Setelah pengurutan selesai, diproseslah afikasi yang relevan. Hasil dari
pemprosesan posisional ini dikirim ke tingkat fonologi untuk
diwujudkan dalam bentuk bunyi.
2. Persepsi Ujaran
A. Pengertian Persepsi Ujaran
Persepsi ujaran adalah peristiwa ketika telinga menangkap sebuah bunyi
yang dapat berupa bunyi lepas, kata, atau kalimat ( Su’udi, 2011:19).
Ketidakmampuan menangkap bunyi yang didengar bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, yang pertama bisa disebabkan oleh ketidaksempurnaan organ
dengar dan yang kedua dapat berasal dari materi yang didengar,
ketidaksempurnaan persepsi bunyi antara lain disebabkan oleh kecepatan
bunyi yang didengar, khususnya kalau berupa kalimat. Menurut Dardjowidjojo
(2005:49) persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah untuk
dilakukan oleh manusia karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang
meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang
lain.
Ketika seseorang berbicara atau bernyanyi, indera pendengaran kita
mampu membedakan ciri bunyi yang satu dengan yang lainnya. Indera
pendengaran mampu menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan
konsonan yang membentuk sebuah tuturan, cepat-lambat tuturan, dan nada
tuturan yang dihasilkan oleh seorang penutur. Berdasarkan uraian diatas,
persepsi terhadap bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara dikelompokan
menjadi dua, yakni:
1) Persepsi terhadap bunyi yang berupa satuan struktural, yaitu berupa
vokal dan konsonan.
2) Persepsi terhadap bunyi yang berupa cepat-lambat, yaitu kelantangan,
tekanan, dan nada.
B. Proses Tahapan Persepsi Ujaran
Menurut clark dalam Dardjowidjojo ( 2008: 49) pada dasarnya ada tiga
tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap Auditori
Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong,
ujaran ini kemudian ditanggapi dari segi fitur akuistiknya. Konsep-
konsep seperti titik artikulasi, cara artikulasi, fitur distingfir, dan VOT
sangat bermanfaat disini karena ihwal inilah yang memisahkan satu
bunyi dari bunyi yang lain. Bunyi-bunyi dalam ujaran ini disimpan
dalam memori auditori kita.
2) Tahap Fonetik
Bunyi-bunyi itu kemudian diidentifikasi. Dalam proses mental
dapat dilihat, misalnya apakah bunyi tersebut [+konsonantal], [+vois],
[+nasal], dst. Begitu pula lingkungan bunyi itu, apakah bunyi tadi
diikuti oleh vokal atau konsonan. Kalau ada vokal, vokal macam apa
misal, vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal rendah dsb.
Kemudian VOT-nya juga diperhatikan karena VOT inilah yang akan
menentukan kapan getaran pada pita suara itu terjadi.
3) Tahap Fonologis
Pada tahap ini mental menerapkan aturan fonologis pada deretan
bunyi yang didengar untuk menentukan apakah bunyi-buyi tadi sudah
mengikuti aturan fonotaktik yang ada pada bahasa kita. Untuk bahasa
Inggris, bunyi /h/ tidak mungkin memulai suatu suku kata. Karena itu,
penutur Inggris pasti tidak akan menggabungkannya dengan vokal.
C. Model Persepsi Ujaran
Untuk menjelaskan bunyi bahasa dipersepsi dan terbentuk pemahaman,
beberapa ahli psikolinguistik mengemukakan model-model teoritis, yaitu
sebagai berikut:
1) Model teori motor
Model teori motor atau theory of speech perception digunakan
oleh Alvin Liberman, dan kawan-kawan. Model teori ini menjelaskan
bahwa manusia mempersepsi ujaran dengan menggunakan acuan
ketika ia memproduksi ujaran seperti diketahui bahwa dalam tuturan
sebuah bunyi dipengaruhi oleh bunyi-bunyi lainnya.
Sebagai contoh bunyi (s) dipersepsi sebagai fonem yang sama
pada kata saku dan suka, penentuan status suatu bunyi berpatokan pada
bagaimana penutur memproduksi suatu bunyi dengan membayangkan
pengartikulasian bunyi tersebut ketika ia sendiri mengujarkannya.
2) Model analisis dengan sintesis
Model analisis dengan sintesis ( analysis by synthesis) model ini
dikembangkan oleh Steven dan Halle, model ini menyatakan bahwa
pendengar mempunyai sistem produksi yang dapat mensistesiskan
bunyi sesuai dengan mekanisme yang ada padanya. Ketika seseorang
mendengar deretan bunyi mula-mula ia menganalisis setiap segmen
bunyi tersebut dengan mengidentifikasi ciri distingtifnya. Setelah itu,
ia mensistesiskan bunyi-bunyi tersebut, kemudian hasil sintesis ia akan
memunculkan bentuk-bentuk mirip. Terakhir ia membandingkan
bentuk-bentuk mirip tersebut dengan ujaran yang baru saja ia dengar.
Jika ujaran yang disintesiskan cocok, maka terbentuklah persepsi yang
tepat.
3) Model Cohort
Model ini dikembangkan oleh Marslen-Wilson dan Welsh (1978
dalam Dardjowidjojo, 2005:53). Model ini awalnya digunakan untuk
pengenalan kata, tetapi kemudian digunakan pula untuk pengenalan
prosodi. Menurut model ini, persepsi ujaran melalui dua tahap, tahap
pertama adalah tahap fonetik, pada tahap ini misalnya kita mendengar
sebuah kata /baju/, kata baju yang kita dengar akan mengaktifkan kata-
kata lain yang mirip dengan ingatan kita, misalnya bara, batik, bata,
dll. Tahap selanjutnya kata-kata tersebut mengalami proses eliminasi
karena pendengar mencocokkan fitur bunyi kata yang ia dengar dengan
ingatan yang ia miliki.
4) Model Jejak
Model jejak ( Trace Model) model ini dikembangkan oleh Elman
dan Mclelland (1986) dengan inspirasi dari model Cohort. Model ini
beranalogikan pada model jaringan saraf yang terdiri atas simpul-
simpul ( nodes) yang satu sama lain terhubung. Hubungan antar simpul
pada tataran yang berbeda bersifat saling dorong, tetapi hubungan
simpul dalam tataran sama bersifat saling tahan.
5) Fuzzy logical model
Model ini dikembangkan oleh Dominif Massaro. Menurut model
ini pendengar dilengkapi oleh seperangkat prototipe yang tersimpan
dalam memorinya, prototipe adalah yang memiliki karakteristik ideal.
Model ini menyatakan bahwa persepsi ujaran terdiri atas proses
evaluasi fitur, integrasi fitur dan kesimpulan.
3. Pemahaman Ujaran
A. Pengertian Pemahaman Ujaran
Bagaimana manusia dapat memahami kata ,frasa , klausa , kalimat atau
wacana yang mereka dengar. Dengan kata lain,bagaimana komprehensi dapat
terbentuk ? untuk membahas persoalan berikut perlu untuk memahami terlebih
dahulu macam serta definisi berikut.
Dari sudut pandang psikolinguistik, ada dua macam kemperhensi ( Clark
dan Clark 1977). Pertama, komprehensi yang berkaitan dengan pemahaman
atas ujaran yang kita dengar. Kedua, komprehensi yang berkaitan dengan
tindakan yang perlu dilakukan setelah pemahaman itu terjadi.
Untuk macam yang pertama, komprehensi dapat didefinisiskan sebagai
suatu proses mental dimana pendengar mempresepsi bunyi yang dikeluarkan
oleh seorang pembicara dan memakai bunyi-bunyi itu untuk membentuk suatu
interpretasi tentang apa yang dia perkirakan dimaksud oleh pembicara. Secara
mudah dapat dikatakan bahwa komprehensi adalah pembentukan makna dari
bunyi.
Setelah pemahaman atas ujaran terjadi, pendengar menetukan apakah ada
Tindakan yang perlua dilakukan sesuai denga napa yang dia fahami. Prose
mental ini dinamakan pelaksanaan kalimat( utilization of sentences).
B. Struktur batin dan struktur lahir
Dalam banyak hal makna suatu ujaran dapat di fahami dari urutan kata
yang terdapat pada ujaran tersebut, atau ciri-ciri tertentu masing-masing kata
yang dipakai. Seperti pada contoh:
Dapat difahami cukup dari urutan kata-kata yang terdengar atau terlihat
oleh kita. Siapa pun yang mendengar kalimat ini akan memberikan interpretasi
makna yang sama, yakni, adanya seorang lelaki, lelaki itu tua, dia dari dulu
samapai sekarang bermain sesuatu, dan sesuatu itu adalah tenis.
Pada kasus yang lain, tidak mustahil bahwa suatu kalimat yang tampaknya
sederhana ternyta memiliki makna yang rumit. Dalam kalimat (2), misalnya,
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik perilaku yang
tampak maupun tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan bahasa dan pemroduksian
bahasa serta proses yang terjadi didalamnya. Produksi ujaran adalah cara manusia dalam
mengemukakan gagasannya, sedangkan persepsi ujaran adalah peristiwa ketika telinga
menangkap sebuah bunyi yang dapat berupa bunyi lepas, kata, atau kalimat.
Secara umum langkah dalam memproduksi ujaran dapat dibagi menjadi empat tingkat:
(1) tingkat pesan, dimana pesan yang akan disampaikan diproses, (2) tingkat fungsional,
dimana bentuk leksikal dipilih kemudian diberi peran dan fungsi sintaktik, (3) tingkat
posisional, dimana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan, (4) tingkat fiologi, dimana
struktur fonologi ujaran itu diwujudkan. Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang
mudah dilakukan oleh manusia karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang
meluncur tanpa adanya batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain.
Saputra, Herly Octa and Eko Kuntarto. 2018. “ Produksi Ujaran” Repository.Unja.Ac.Id.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.rijalakbar.id/2020/0
6/produksi-ujaran-pengertian-dan-
proses.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwjP2a6RxMDvAhWbIbcAHe1WCGoQFjAHegQID
RAC&usg=AOvVaw2C7bAM_FMkjR5rwTRFCU9W