Anda di halaman 1dari 10

PAPER OF PSYCHOLINGUISTIK

“BERBICARA DAN PERMASALAHANYA”

Supporting Lecture: Dr. Tatu Siti Rohbiah, M.Hum

Arranged by:

(Group 10)

Juhrotul Aini 201230085

Farhan Chalid Shezada 201230084

Asri Humairoh 201230089

ENGLISH EDUCATION DEPARTEMENT

FACULTY OF EDUCATION AND TEACHER TRAINING STATE ISLAMIC

UNIVERSITY SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2023
Name : Juhrotul Aini

NIM : 201230085

Class : TBI 6C

A. Hakikat Berbicara dan Ujaran


Berbicara sebagai produk manusia yang khas adalah proses yang kompleks.
Seorang pembicara berbicara untuk mempengaruhi audiensnya Seseorang berbicara
karena mereka ingin menginformasikan, memerintahkan, berdebat atau bahkan
mempengaruhi audiens. Ujaran adalah bentuk yang jauh lebih kompleks dan rumit
daripada pemahaman yang berasal dari pengalaman sehari-hari. Faktanya,
kebanyakan orang tahu lebih banyak tentang pemahaman bahasa daripada produksi
bahasa. Hal ini karena biasanya lebih mudah mempelajari materi yang berkaitan
dengan pemahaman daripada membatasi produksi bahasa mata pelajaran tersebut.
Menurut sudut pandang teori linguistik, produksi bahasa tidak dapat dianggap alami
karena memiliki tujuan tertentu, seperti bersosialisasi, memengaruhi orang lain,
berbagi informasi, dll. 
Bahasa adalah fenomena individual. Ini mengacu pada deskripsi dan pemaparan
bahasa sebagai bagian dari kebiasaan manusia. Seseorang dapat berbicara dan menulis
serta memahami arti dari bahasa. Selain memproduksi bahasa, seseorang juga belajar
berbicara, meskipun perkembangan masing-masing bahasa tidak sama. Misalnya, jika
seseorang mengalami gangguan tertentu dalam produksi ujaran, maka perkembangan
bahasanya juga ikut terganggu. Jadi dapat dikatakan bahwa produksi bahasa berkaitan
erat dengan psikologi kebiasaan. 
1. Karakteristik Ujaran
Kosakata aktif bahasa dewasa sekitar 30.000. Pembicara dapat memilih kata
yang tepat atau tidak sama sekali dari 30.000 kata. Namun, jika ujaran diucapkan
secara konsisten 2-5 kali per detik dengan ragu-ragu, kecepatannya dapat
meningkat sedikit tanpa kehilangan banyak kata. Garnham (1985) menemukan
191 kesalahan kilir lidah dalam kumpulan teks 200.000 kata, sekitar satu
kesalahan kilir per 1000 kata.
Berdasarkan uraian di atas, tampaknya pernyataan-pernyataan tersebut
bukanlah tindakan yang runtut tanpa henti. Ujaran adalah tindak tutur yang
kadang ragu-ragu, kadang cepat, kadang tegang dan kadang salah. Ujaran juga
bukan merupakan Tindakan monogaya, melainkan muncul dalam berbagai bentuk,
mulai dari monolog, dialog, hingga berbagai bentuk diskusi, seperti seminar. dan
simposium. 
Tahap produksi ujaran melibatkan dua hal. Pertama, produksi ujaran yang
independen dan dapat berinteraksi dengan kognisi umum dan faktor motorik
kontrol. Hal ini dapat dipahami dengan fakta bahwa seseorang tidak dapat
mengucapkan artikulasi ucapan orang asing yang dituju meskipun sistem kontrol
motoriknya sama. Kedua, setiap bahasa memiliki ciri khas yang menunjukkan
keunikannya masing-masing. Kesalahan ujaran menunjukkan tingkat pemrosesan
bahasa. 
2. Tipe-tipe Ujaran
a. Ujaran lancar berkelanjutan merupakan pembicaraan yang menggunakan
beberapa frase fonologi yang dihasilkan tanpa jeda.
b. Ujaran lancar tidak berkelanjutan merupakan pembicaraan yang di dalamnya
terdiri dari beberapa frase fonologi, dan terjadi adanya jeda antarfrase tapi
serupa dengan klausa. Contoh "Output data statistik dikeluarkan komputer
(jeda) setelah input data diproses”
c. Ujaran tidak lancar, yang menimbulkan jeda seperti adanya keraguan yang
muncul bersamaan dengan frase fonologi Hal ini sering terjadi pada ujaran
kata asing.
3. Berbicara dan Produksi Ujaran
Aktivitas berbicara dimotori oleh hemisfer kiri (Area Broca). Berbicara
meliputi 4 tahap, yaitu :
a. Tahap Konseptualisasi, yaitu terdapat pesan secara umum dan dikendalikan
oleh respon lawan bicara
b. Formulasi, yaitu menyambungkan pesan yang disampaikan dengan dukungan
memori jangka Panjang yang memiliki keterkaitan dengan gramatikal dan
fonologi.
c. Perancanaan fonologi, yaitu seseorang biasanya merencanakan pengucapan
kata yang diucapkan dengan tepat.
d. Artikulasi, yaitu pembicaraan yang diucapkan secara jelas, kemudian proses
penerimaan oleh pendengar berupa ucapan-ucapan yang diterima oleh system
komprehensi pembicaraan dan diuraikan oleh penerima pembicaraan.
B. Proses Berbicara
Berbicara sebagai sebuah tindak yang dibagi ke dalam dua tipe, yakni
perencanaan dan eksekusi. Sebelum berbicara, seseorang terlebih dahulu
merencanakan apa yang akan dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan apa yang
ingin didapatkannya dari pendengar Pembicara lalu membuat rencana bagaimana
melakukan eksekusi, mengucapkan segmen-segmen, kata-kata, frase, dan kalimat,
lalu merealisasikannya.
Berikut proses berbicara yang disarikan dari Clark & Clark (1977 224-225):
Pembicara memilih jenis wacana seperti bercerita, bercakap-cakap, memberikan
instruksi, mendeskripsikan peristiwa, atau membuat janji pada tahap perencanaan
wacana. Setelah memilih jenis wacana, pembicara memilih jenis tindak tutur dan
subjeknya serta memutuskan apakah pesan akan disampaikan secara literal atau
nonliteral, langsung atau ironi, meremehkan atau perangkat retorika tak langsung pada
tahap perencanaan kalimat. Pada tahap perencanaan konstituen, pembicara
merencanakan kata, frase, atau idiom untuk mengisi konstituennya dalam kalimat
yang telah direncanakan sebelumnya. Program artikulatori menahan semua kata yang
telah direncanakan untuk sebuah konstituen, berisi representasi segmen-segmen
fonetik tekanan, dan pola intonasi. Pada tahap artikulasi, program artikulatori
dieksekusi dan artikulasi dilaksanakan melalui mekanisme urut waktu: program
artikulator memberikan tugas kepada otot artikulatori, dan bunyi ujaran dilahirkan.
Menurut Clark & Clark (1977), Perencanaan ujaran mempertimbangkan lima
hal terkait pendengar, prinsip kerjasama, prinsip realitas, konteks sosial, dan alat
linguistik yang tersedia. Pada tahap perencanaan wacana, pembicara
mempertimbangkan alih peran, pasangan berdekatan, membuka dan menutup
pembicaraan. Pada tahap perencanaan kalimat, pembicara mempertimbangkan isi
proposisi, isi ilokusi, dan struktur tematik. Garrett membagi produksi ujaran ke dalam
tiga tahap: representasi tingkat pesan, tingkat kalimat, dan tingkat fonologi. Tahap
representasi tingkat pesan adalah abstraksi gagasan atau ide yang menandalan
pembicara ingin berkomunikasi. Tahap representasi tingkat kalimat melibatkan
pemilihan bentuk leksikal dan informasi gramatikal. Tahap representasi fonologi
merupakan representasi akhir dengan instruksi untuk mengartikulasikan kata-kata
dalam urutan kalimat yang benar
Nama : Farhan Chalid Shezada

NIM : 201230084

Class : TBI-6C

1) Kesenyapan
Kecepatan berbicara maupun kecepatan artikulasi dalam mewujudkan sebuah ujaran,
dipengaruhi antara lain oleh proses senyap atau kesenyapan.
Terjadinya senyapan karena, ketika seorang pembicara lupa pada kata yang ingin
digunakan, atau mencari kata-kata yang paling tepat untuk mengganti kata yang
terlupakan itu, bisa juga dikarenakan takut, sedang tidak enak badan, capek, tidak
berkonsentrasi dengan baik.
Contoh senyapan
(1) Ujaran: Maksudnya tuh…. Teman-teman nanti pergi duluan… baru saya nyusul.
Kalimat (1) menunjukkan bagaimana terjadi senyapan antara kata maksudnya tuh dan
kata teman-teman.
(2) Ujaran: Waktu itu kalau tidak salah ada….apa namanya… harimau yang masuk ke
desa.
Kalimat (2) menunjukkan bagaimana terjadi senyapan antara kata ada dan harimau
dimana senyapan tersebut diisi oleh frasa apa namanya.
2) Hesitasi
Hesitasi adalah keragu-raguan, atau kondisi bimbang yang terjadi pada saat berbicara.
Keragu-raguan biasanya muncul akibat perencanaan produksi ujaran yang kurang
matang.
Ada 3 sumber keraguan yakni
Sumber konseptual
Bentuk sintaksis
Pilihan leksikal
Sumber konseptual dimana permintaan perencanaan konseptual yang berlebihan.
Bentuk sintaksis pembicara sedang membangun bingkai pembicaraan .
Pilihan leksikal sedang mebentuk bingkaian kata demi kata.
Kata hesitasi itu sendiri sering dikaitkan dengan kata maybe, atau kata yang dilebih-
lebihkan tanpa adanya senyapan kata.
3) Kesalahan pesan
Menurut garret (via Gaman, 2000; 391) sebelum berbicara, pembicara sudah melewati
rangkaian perencanaan yang cukup rumit. Sebagai buktinya adalah munculnya
berbagai jenis kesalahan ketika berbicara. Sebagai contoh, suara atau kata-kata dari
akhir kalimat menyusup le bagian awal kalimat.
4) Kesalahan fonologis
Kesalahan fonologi yang sering terjadi dibagi dalam 3 bentuk
 Segment exchange error (kesalahan penempatan segmen) terjadi karena
pertukaran segmen fonologi
Contoh sibbalus-syllabus
Produser-prosedur
 Perseveration Error (kesalahan pengulangan ujaran) kata yang dipengaruhi
oleh kata sebelumnya
Contoh I dreamt he droke both of his arms
Kemunculan kata droke dipengaruhi oleh kata sebelumnya yang sama-sama
berawal dari kata /d/
 Anticipation Error (kesalahan antisipasi)
Kesalahan yang terjadi pada awal kalimat.
Contoh Bake my bike
Leading list
5) Kesalahan kalimat
Kesalahan yang memiliki unsur-unsur tata bahasa yang sama.
Contohnya seperti bolpoint-pensil.
Name : Asri Humairoh

NIM : 201230089

Class : TBI 6C

6. Permasalahan Retrivasi Leksikal

Berdasarkan fakta – fakta yang telah ditemukan, dasar penyimpana dan tretrival
didalam otak tidak hanya berada pada satu atau dua area, tetapi pada suatu jaringan. Terdapat
beberapa hal yang memengaruhi retrivasi (mendapatkan kembali) suatu kata, yaitu:

a. Kata tersebut sering digunakan dalam berkomunikasi. Dalam bahasa Indonesia, kata
“meninggal” dan “mati” lebih sering digunakan daripada kata “wafat”.
b. Kategori sintaktik kata juga memengaruhi proses meretrivasi suatu morfem.
c. Pembagian kata berdasarkan kata utama dan kata fungsi juga memiliki pengaruh
terhadap proses penyimpanan dan retrivasi kata.
d. Kata – kata konkret lebih mudah diingat daripada kata – kata abstrak.
e. Kriteria terakhir adalah kemiripan bunyi.

7. Permasalahan Interpetasi

Kesalahan ujaran memberikan bukti bahwa terdapat tahapan – tahapan pengolahan


ujaran dalam berbicara. Permasalahan interpetasi disebabkan oleh hal – hal berikut.

a. Identifikasi atau generasi makna


b. Pemilihan struktur sintaksis
c. Generasi kontur intonasi
d. Penyisipan kata – kata konten
e. Pembentukan afiks dan kata – kata fungsi
f. Spesifikasi segmen fonetik.

8. Kilir Lidah

Kilir lidah (slips of tongue) adalah kekeliruan ucap yang tidak disengaja. Berikut
berbagai macam tingkatan dalam proses berbicara terkait dengan kata berikutnya yang telah
dipersiapkan untuk diucapkan (Field, 2003: 78).

a. Kesalahan Disebabkan Kata yang Mirip


Such fantastic acrobats ~ such antastic apricot
Kalimat diatas mengindikasikan bahwa pembicara melakukan kekeliruan pada
kata yang diucapkan tetapi masih mirip dengan kata yang ingin diucapkan. Hal ini
diseabkan adanya kemiripan kata yang ingin diucapkan dengan kata yang salah yang dan
telah diucapkan.

b. Kesalahan Semantik
Can you wriggle your ankles ~ Can you wriggle your elbows?

Kalimat diatas mengindikasikan bahwa pembicara mengalami kesalahan pada


kata yang diucapkan, akan tetapi masih memiliki hubungan semantic dengan kata
yang ingin diucapkan. Contoh dalam bahasa Indonesia: “Nanti tolong beli kangkung
ya Tin, eh, maksud saya sawi”. Dalam contoh tersebut semantiknya adalah sayur –
sayuran.

c. Kesalahan Semantik dan Sintaktik


Does it sound diferent ~ Does it hear different?
Berdasarkan contoh kekeliruan tersebut diperoleh beberapa kesimpulan pada
bentuk pembicaraan, sebagai berikut :
- Adanya tahap ketika pencarian makna leksikon yang akan diucapkan.
- Adanya tahap dimana kata – kata akan diberikan sebagai bentuk fonologi.
- Adanya tahap ketika struktur sintaktik telah dibentuk.
d. Kekeliruan pada Peletakan
Take my bike ~ Bake my bike
Kata “take” menjadi “bake”. Hal ini terjadi karena seorang pembicara
mengantisipasi bunyi huruf berikutnya, yakni “bike”. Bunyi /b/ pada “bake” karena
seorang pembicara mengantisipasi munculnya bunyi /b/, sehingga kata “take” menjadi
“bake”.
e. Kesalahan – kesalahan yang Lebih Kompleks
I love to dance ~ I dance to love
Pada kalimat diatas, terjadi pemindahan kata sehingga kalimat tersebut tidak
sesuai dengan kalimat yang ingin diucapkan.
D. MONITORING DIRI SELAMA BERBICARA

Pemantauan atau self monitoring dalam proses berbicara dilakukan pembicara selama
berbicara. Pemantauan dilakukan berdasarkan Sembilan pertanyaan berikut (Field, 2006:
190-195)

1. Untuk apa seorang pembicara perlu melakukan pemantauan?


Ketika pembicara dapat mengikuti berbagai macam aspek kegiatan yang sedang
mereka lakukan, maka hal ini merupakan fakta dari macam – macam spontanitas yang
dibuat oleh pembicara. Beberapa sasaran utama pemantauan yang sedang berlangsung
akan tampak menjadi jawabannya.
2. Inikah pesan atau konsep yang ingin saya ekspresikan sekarang?
Pembicara dapat memantau secara langsung pesan yang disiapkan untuk
diekspresikan, dan pembicara mungkin menggagalkan sebuah pesan sebelum atau
sesudah dimulainya perumusan.
3. Inikah salah satu cara untuk mengatakan hal itu?
Sama halnya jika seorang pembicara telah yakin tentang informasi yang akan
disampaikan. Ia mungkin berpikir dua kali mengenai cara yang akan digunakan untuk
diekspresikan, diberikan wacana terkait, diberikan topik dan isi wacana sebelumnya,
diberikan kata secara harfiah untuk dikatakan lebih awal, dan seterusnya.
4. Apakah ketika berbicara, saya keluar dari standar keadaan social?
Ketika seseorang memutuskan untuk berkata “policeman” bukan “cop”, hal ini
merupakan pilihan dari daftar kata yang ada.
5. Apakah saya sedang membuat kesalahan leksikal?
Pesan pembicara mungkin memiliki maksud dan konteks yang tepat. Meski demikian,
kekurangan – kekurangan dari perumusan mungkin saja muncul. Kesalahan yang
paling sering ditangkap adalah kesalahan leksikal.
6. Apakah susunan dan bentuk kata yang saya gunakan benar?
Seringkali pembicara mengetahui penyimpangan susunan kata atau morologi secara
jelas dari perbaikan yang telah dilakukan. Contoh, “Why it is – why is it that nobody
makes a decent toilet seat?” Kalimat tersebut menggambarkan sebuah pengalihan
kesalahan.
7. Apakah saya sedang membuat bentuk suara yang salah?
Kesalahan pada pengkodean fonologi sering diakui oleh pembicara. Hal ini terlihat
dari perbaikan secara spontanitas.
8. Apakah saya memiliki artikulasi kecepatan yang tepat, kenyaringan, ketepatan
kata, kefasihan yang tepat pula?
Permasalahan ini adalah hal biasa bagi pembicara untuk secara spontan mengulangi
sebuah kata dengan lebiih tepat, lebih lambat atau lebih keras. Koreksi tersebut
biasanya disebabkan oleh teman yang berkata “Apa?” sebagai sinyal bahwa proses
pembicaraan tidak maksimal.
9. Hal apa yang perlu diperhatikan dalam pemantauan berbicara?
Masalah produksi dan menentukan aspek ujaran mana yang akan diberikan
pemantauan oleh pembicara.

Menurut Field (2006: 192) dari kesalahan berbicara 75% tercatat kesalahan
fonologi dan 53% kesalahan leksikal yang diperbaiki oleh pembicara. Hal ini
membuktikan secara langsung bahwa pembicara dapat mendeteksi semua kesalahan
tapi masih tidak peduli untuk memperbaiki masing – masing kesalahan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai