Disusun oleh
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..3
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
A. Latar belakang……………………………………………………………..4
B. Rumusan masalah………………………………………………………….4
C. Tujuan pembahasan………………………………………………………...5
BAB II
ISI………………………………………………………………………………………6
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………11
A. Kesimpulan………………………………………………………………..11
B. Saran………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..12
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karna berkat rahmatnya kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “PEBELAJAR YANG MEMPUNYAI
PENGECUALIAN” ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada banginda Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.
1. Bapak Rijal Firdaos, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Terakhir, kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna secara keseluruhan.
Maka dari itu kami sangat terbuka kepada kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini
tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami
bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah
dalam mengembangkannya.
Sehubungan dengan itu proses belajar haruslah mengetahui dan menyesuaikan sesuai
dengan kebutuhan setiap individu, karena setiap individu memiliki kemampuan dan
keterbatasan yang berbeda-beda. Sehingga dikenal dengan Pebelajar yang mempunyai
pengecualian. Ketidakmampuan melakukan tugas akademis secara memadai karena setiap
alas an yang melekat dalam diri pebelajar mengakibatkan pebelajar tersebut mempunyai
pengecualian. Ketidakmampuan adalah keterbatasan fungsi yang mengganggu kemampuan
mental, fisik, atau indera seseorang. Sistem penggolongan pebelajar mempunyai
pengecualian sering sewenang-wenang dan dapat diperdebatkan, dan penggunaan julukan
dapat mengakibatkan perlakuan yang tidak tepat atau merusak konsep diri siswa.
Contoh pebelajar yang mempunyai pengecualian adalah siswa yang menyandang
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan emosi, gangguan perilaku, dan kehilangan penglihatan atau pendengaran.
Siswa yang berbakat dan bertalenta juga dianggap sebagai pengecualian dan mungkin
saja memenuhi syarat untuk memperoleh program percepatan atau pengayaan khusus.
Identifikasi yang jelas pebelajar yang mempunyai pengecualian dan penyesuaian pengajaran
untuk memenuhi kebutuhan mereka senantiasa menjadi tantangan tersendiri. Dengan
demikian diperlukan suatu cara untuk mengetahui jenis, karakteristik dan bentuik dari
pebelajar yang mempunyai pengecualian serta bagaimana cara mengatasi permasalahan
tersebut.
B. Rumusan masalah
4
1. Bagaimana pelajar yang mempunyai pengecualian?
C. Tujuan pembahasan
5
BAB II
ISI
6
Ketidakmampuan belajar (LD-Learning Disabilities menurut National Joint Committe on
Learning Disabilities adalah istilah umum untuk berbagai kelompok gangguan yang dicirikan
kesulitan besar dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan mendengar, berbicara,
membaca, menulis, bernalar atau menghitung gangguan ini berasa, dari orang tersebut dan
dapat terjadi sepanjang hidup.
3. Siswa yang Menyandang Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas
Siswa yang menyandang gangguan emosi dan perilaku (emotional and behavior
disorder) telah didefenisikan sebagai orang yang kinerja pendidikannya terganggu dengan
parah dalam jangka waktu yang lama dengan kadar yang menyolok oleh salah satu kondisi
berikut:
A. Ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual indera atau
kesehatan
B. Ketidakmampuan membina atau mempertahankan hubungan antarpribadi yang
memuaskan dengan teman sebaya dan guru.
C. Tipe perilaku atau perasaan yang tidak pantas dalam lingkungan normal
D. Suasana hati ketidakbahagiaan atau depresi mendalam yang umum
E. Kecenderungan mengalami gejala fisik rasa sakit atau ketakutan yang terkait dengan
masalah pribadi atau sekolah.
6. Siswa yang Mempunyai Perilaku Menarik Diri dan Tidak Matang
7
Anak-anak yang menarik diri, tidak matang, rendah harga diri, atau murung biasanya
mempunyai sedikit teman atau bermain dengan anak-anak yang jauh daripada mereka
sendiri. Mereka sering punya fantasi atau angan-angan yang panjang dan harga diri yang
sangat buru atau megah. Beberapa siswa memperlihatkan fobia sekolah dengan menolak
untuk datang ke sekolah atau melarikan diri dari sekolah.
7. Siswa yang Menyandang Autisme
Departemen pendidikan AS. mendefenisikan autisme (autism) sebagai ketidakmampuan
perkembangan yang sangat mempengaruhi interaksi sosial dan komunikasi verbal serta non
verbal. Siswa yang menyandang autisme biasanya sangat menarik diri dan mengalami
kesulitan yang begitu parah dan dengan bahasa sehingga mereka mungkin saja sama sekali
bisu. Istilah gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) kini digunakan untuk
menjelaskan rentang tingkat keparahan yang luas, termasuk bentuk autisme ringan yang
disebut sindrome Asperger
8. Siswa yang Menyandang Kelemahan Indera Fisik dan Kesehatan
Kelemahan indera (seoncory impairment) adalah masalah pada kemampuan melihat,
mendengar atau menerima informasi melalui indera tubuh. Gangguan fisik meliputi keadaan
seperti kerusakan otak (cerebral palsy), cedera punggung (spina bifida), cedera saraf tulang
punggung dan kerusakan otot. Gangguan kesehatan, meliputi, misalnya AIDS (Aquired
Immune Deficiency Syndrome); gangguan kejang, diabetes; cystic fibrosis; anemia selasabit
(untuk siswa keturunan Afrika) dan kerusakan tubuh akibat kecanduan zat kimia, pelecehan
anak atau percobaan bunuh diri
9. Siswa yang Berbakat dan Bertalenta
Bakat (giftedness) pernah didefenisikan hampir seluruhnya dari segi IQ atau kemampuan
yang lebih unggul yang diperlihatkan, seperti kinerja yang luar biasa dalam matematika atau
catur, tetapi defenisi itu sekarang meliputi siswa yang mempunyai kemampuan yang unggul
dalam berbagai jenis kegiatan, termasuk seni. IQ tinggi masih dianggap sebagai bagian dari
defenisi orang yang berbakat atau bertalenta dan kebanyakan siswa yang dikategorikan
demikian mempunyai IQ diatas 130.
Karakteristik Siswa yang Berbakat dan Bertalenta. Siswa yang mempunyai bakat
intelektual biasanya memiliki motivasi yang kuat. Mereka juga bekerja unggul secara
akademis biasanya mereka belajar membaca lebih awal dan pada umumnya menyelesaikan
pekerjaan dengan sangat baik dalam kebanyakan bidang sekolah. Siswa berbakat juga
mempunyai konsep diri yang tinggi, walaupun mereka dapat menderita perfeksionisme.
8
B. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus (special education) adalah setiap program yang diberikan bagi
siswa yang mempunyai ketidakmampuan dan bukan atau selain program pendidikan umum di
ruang kelas. Undang-undang pendidikan federal sangat berperan penting dalam menetapkan
standar layanan pendidikan khusus yang diberikan oleh negara bagian dan distrik lokal.
Istilah pendidikan khusus digunakan dalam undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang
pendidikan nasional. pasal 32 undang – undang tersebut menggariskan bahwa “ Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.
1. Konsultasi dan dukungan langsung atau tidak langsung untuk guru pendidikan umum
4. Pendidikan khusus lebih dari 3 jam per hari; pendidikan khusus yang berdiri sendiri
7. Rumah/rumah sakit.
9
proses pembelajaran kepada individu atau peserta didik agar dapat memiliki pemahaman
terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.
Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah mengembangkan potensi dan
mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan tujuan ini, diharapkan mereka yang
memiliki pendidikan dengan baik dapat memiliki kreativitas, pengetahuan, kepribadian,
mandiri dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelajar dengan pengecualian adalah setiap orang yang kinerja fisik, mental atau
perilakunya begitu berbeda dari yang biasa-lebih tinggi atau lebih rendah-sehingga pelayanan
tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Ketidakmampuan
melakukan tugas-tugas akademis yang sesuai karena setiap alasan yang melekat dalam diri
pelajar tersebut mengakibatkan pelajar itu mempunyai pengecualian. Berbagai jenis
pelayanan tersedia bagi siswa yang mempunyai pengecualian sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik dari pengecualian tersebut, termasuk dukungan guru pendidikan umum dan guru
pendidikan khusus sehingga mereka juga dapat merasakan dan memperoleh pendidikan
sebagaimana mestinya.
B. Saran
Sebagai calon tenaga yang memberikan pelayanan pendidikan, kita harus mampu
menciptakan dan memenuhi pelayanan sesuai dengan kebutuhan pebelajar. Karena setiap
pebelajar pasti mempunyai tingkat perbedaaan antara pebelajar yang satu dengan pebelajar
lainnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan yang tepat berkaitan dengan pemberian
pendidikan sesuai dengan karakteristik pebelajar yang bersangkutan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, E, Robert . 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Jilid 1. Jakarta: indeks
2016. Pendidikan luar biasa, pendidikan khusus, atau pendidikan kebutuhan khusus
12