Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu: Rijal Firdaos, M.Pd

PEBELAJAR YANG MEMPUNYAI PENGECUALIAN

Disusun oleh

1. Asri Humairoh (201230089)

2. Nur Azizah Amalia Ramadhani (201230106)

3. Hanifah Amaliah (201230097)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTA TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASNUDDIN BANTEN
TAHUN 2020 M / 1442 H

Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec.


Serang, Kota Serang, Banten 42118

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..3

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4

A. Latar belakang……………………………………………………………..4
B. Rumusan masalah………………………………………………………….4
C. Tujuan pembahasan………………………………………………………...5

BAB II

ISI………………………………………………………………………………………6

A. Pebelajar yang mempunyai pengecualian………….……………………….6


B. Pengertian pendidikan khusus……………………………………………...9
C. Tujuan pendidikan khusus………..………………………………………...9

BAB III

PENUTUP……………………………………………………………………………11

A. Kesimpulan………………………………………………………………..11
B. Saran………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..12

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karna berkat rahmatnya kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “PEBELAJAR YANG MEMPUNYAI
PENGECUALIAN” ini tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada banginda Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas PSIKOLOGI


PENDIDIKAN dari dosen mata kuliah. Dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak Rijal Firdaos, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Terakhir, kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna secara keseluruhan.
Maka dari itu kami sangat terbuka kepada kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini
tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami
bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah
dalam mengembangkannya.

Sehubungan dengan itu proses belajar haruslah mengetahui dan menyesuaikan sesuai
dengan kebutuhan setiap individu, karena setiap individu memiliki kemampuan dan
keterbatasan yang berbeda-beda. Sehingga dikenal dengan Pebelajar yang mempunyai
pengecualian. Ketidakmampuan melakukan tugas akademis secara memadai karena setiap
alas an yang melekat dalam diri pebelajar mengakibatkan pebelajar tersebut mempunyai
pengecualian. Ketidakmampuan adalah keterbatasan fungsi yang mengganggu kemampuan
mental, fisik, atau indera seseorang. Sistem penggolongan pebelajar mempunyai
pengecualian sering sewenang-wenang dan dapat diperdebatkan, dan penggunaan julukan
dapat mengakibatkan perlakuan yang tidak tepat atau merusak konsep diri siswa.
Contoh pebelajar yang mempunyai pengecualian adalah siswa yang menyandang
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan emosi, gangguan perilaku, dan kehilangan penglihatan atau pendengaran.
Siswa yang berbakat dan bertalenta juga dianggap sebagai pengecualian dan mungkin
saja memenuhi syarat untuk memperoleh program percepatan atau pengayaan khusus.
Identifikasi yang jelas pebelajar yang mempunyai pengecualian dan penyesuaian pengajaran
untuk memenuhi kebutuhan mereka senantiasa menjadi tantangan tersendiri. Dengan
demikian diperlukan suatu cara untuk mengetahui jenis, karakteristik dan bentuik dari
pebelajar yang mempunyai pengecualian serta bagaimana cara mengatasi permasalahan
tersebut.

B. Rumusan masalah

4
1. Bagaimana pelajar yang mempunyai pengecualian?

2. Apa pengertian pendidikan khusus?

3. Apa tujuan pendidikan khusus?

C. Tujuan pembahasan

1. Mengetahui pebelajar yang mempunyai pengecualian

2.Memahami arti pendidikan khusus

3. Mengetahui tujuan pendidikan khusus

5
BAB II

ISI

A. Pebelajar yang mempunyai pengecualian

Istilah pebelajar yang mempunyai pengecualian (Leaners With Exceptionalities) dapat


digunakan untuk menjelaskan setiap orang yang kinerja fisik, mental, atau perilakuunya
tampak begitu berbeda dari yang biasa-lebih tinggi atau lebih rendah- sehingga diperlukan
layanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut.

Beberapa pengecualian seperti kehilangan penglihatan dan pendengaran, relatif


mudah didefenisikan dan diukur. Yang lain seperti keterbelakangan mental ketidakmampuan
belajar dan gangguan emosi jauh lebih sulit didefenisikan dan defenisi berkembang dari
waktu ke waktu. Bahkan dalam beberapa dasawarsa belakangan ini terjadi perubahan besar-
besaran dalam kategori ini. Berikut adalah jenis – jenis pebelajar yang mempunyai
pengecualian:

1. Siswa yang Menyandang Keterbelakangan Mental

Keterbelakangan mental adalah ketidakmampuan yang dicirikan oleh keterbatasan


penting fungsi intelelektual maupun perilaku adaptasi yang terungkap ke dalam kemampuan
menyesuaikan diri secara konseptual, sosial, dan praktis. Ketidakmampuan ini tellihat
sebelum usia 18 tahun
Defenisi ini berarti bahwa orang yang menyandang keterbelakangan mental mempunyai
nilai rendah dalam ujian kecerdasan dan juga memperlihatkan kesulitan mempertahankan
standar kebebasan pribadi dan tanggung jawab sosial yang mestinya diharapkan untuk usia
mereka. Selain itu, kelemahan kecerdasan dan perilaku adaptasi ini tampak jelas pada waktu
antara kehamilan dan usia 18 tahun. Penyebab keterbelakangan mental. Diantaranya berupa
warisan genetik, kelainan kromosam, seperti Sindroma Down penyakit yang di tularkan
antara ibu dan janin dalam rahim, seperti Rubella (campak Jerman) dan sifilis, sindroma
ketergantungan kimia janin yang disebabkan penyalahgunaan alkohol atau kokain olehibu
selama kehamilan, kecelakaan kelahiran yang mengakibatkan kekurangan oksigen, penyakit
dan kecelakaan masa anak-anak seperti ensefalitas atau cedera otak traumatik (karena
benturan); dan kontimanasi racun dari lingkungan, seperti keracunan timbal
2. Siswa yang Mempunyai Ketidakmampuan Belajar

6
Ketidakmampuan belajar (LD-Learning Disabilities menurut National Joint Committe on
Learning Disabilities adalah istilah umum untuk berbagai kelompok gangguan yang dicirikan
kesulitan besar dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan mendengar, berbicara,
membaca, menulis, bernalar atau menghitung gangguan ini berasa, dari orang tersebut dan
dapat terjadi sepanjang hidup.
3. Siswa yang Menyandang Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas

Siswa yang menyandang gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD-


Attention Deficit Hyperactivity Disorder) mengalami kesulitan mempertahankan perhatian
karena kemampuan yang terbatas untuk berkonsentrasi. Anak-anak yang menyandang ADHD
dapat berperilaku impulsif yang bertindak sebelum mereka berfikir atau tanpa,
memperhatikan situasi dimana mereka berada dan sering tidak dapat memberikan perhatian
dan mungkin merasa sulit duduk dengan diam.
4. Siswa yang Menyandang Kelemahan Bicara atau Bahasa
Beberapa ketidakmampuan yang lazim adalah masalah terkait ketidakmampuan bicara
dan bahasa. Bahasa adalah komunikasi gagasan dengan menggunakan simbol dan meliputi
bahasa tertulis, bahasa isyarat, gerakan tubuh dan cara komunikasi lain selain bahasa lisan.
Tindakan bicara merujuk ke pembentukan dan pengurutan suara. Sangat mungkin
menyandang gangguan bicara tanpa gangguan bahasa atau menyandang gangguan bahasa
tanpa gangguan bicara
5. Siswa yang Menyandang Gangguan Emosi dan Perilaku

Siswa yang menyandang gangguan emosi dan perilaku (emotional and behavior
disorder) telah didefenisikan sebagai orang yang kinerja pendidikannya terganggu dengan
parah dalam jangka waktu yang lama dengan kadar yang menyolok oleh salah satu kondisi
berikut:
A. Ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual indera atau
kesehatan
B. Ketidakmampuan membina atau mempertahankan hubungan antarpribadi yang
memuaskan dengan teman sebaya dan guru.
C. Tipe perilaku atau perasaan yang tidak pantas dalam lingkungan normal
D. Suasana hati ketidakbahagiaan atau depresi mendalam yang umum
E. Kecenderungan mengalami gejala fisik rasa sakit atau ketakutan yang terkait dengan
masalah pribadi atau sekolah.
6. Siswa yang Mempunyai Perilaku Menarik Diri dan Tidak Matang

7
Anak-anak yang menarik diri, tidak matang, rendah harga diri, atau murung biasanya
mempunyai sedikit teman atau bermain dengan anak-anak yang jauh daripada mereka
sendiri. Mereka sering punya fantasi atau angan-angan yang panjang dan harga diri yang
sangat buru atau megah. Beberapa siswa memperlihatkan fobia sekolah dengan menolak
untuk datang ke sekolah atau melarikan diri dari sekolah.
7. Siswa yang Menyandang Autisme
Departemen pendidikan AS. mendefenisikan autisme (autism) sebagai ketidakmampuan
perkembangan yang sangat mempengaruhi interaksi sosial dan komunikasi verbal serta non
verbal. Siswa yang menyandang autisme biasanya sangat menarik diri dan mengalami
kesulitan yang begitu parah dan dengan bahasa sehingga mereka mungkin saja sama sekali
bisu. Istilah gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) kini digunakan untuk
menjelaskan rentang tingkat keparahan yang luas, termasuk bentuk autisme ringan yang
disebut sindrome Asperger
8. Siswa yang Menyandang Kelemahan Indera Fisik dan Kesehatan
Kelemahan indera (seoncory impairment) adalah masalah pada kemampuan melihat,
mendengar atau menerima informasi melalui indera tubuh. Gangguan fisik meliputi keadaan
seperti kerusakan otak (cerebral palsy), cedera punggung (spina bifida), cedera saraf tulang
punggung dan kerusakan otot. Gangguan kesehatan, meliputi, misalnya AIDS (Aquired
Immune Deficiency Syndrome); gangguan kejang, diabetes; cystic fibrosis; anemia selasabit
(untuk siswa keturunan Afrika) dan kerusakan tubuh akibat kecanduan zat kimia, pelecehan
anak atau percobaan bunuh diri
9. Siswa yang Berbakat dan Bertalenta

Bakat (giftedness) pernah didefenisikan hampir seluruhnya dari segi IQ atau kemampuan
yang lebih unggul yang diperlihatkan, seperti kinerja yang luar biasa dalam matematika atau
catur, tetapi defenisi itu sekarang meliputi siswa yang mempunyai kemampuan yang unggul
dalam berbagai jenis kegiatan, termasuk seni. IQ tinggi masih dianggap sebagai bagian dari
defenisi orang yang berbakat atau bertalenta dan kebanyakan siswa yang dikategorikan
demikian mempunyai IQ diatas 130.
Karakteristik Siswa yang Berbakat dan Bertalenta. Siswa yang mempunyai bakat
intelektual biasanya memiliki motivasi yang kuat. Mereka juga bekerja unggul secara
akademis biasanya mereka belajar membaca lebih awal dan pada umumnya menyelesaikan
pekerjaan dengan sangat baik dalam kebanyakan bidang sekolah. Siswa berbakat juga
mempunyai konsep diri yang tinggi, walaupun mereka dapat menderita perfeksionisme.

8
B. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus (special education) adalah setiap program yang diberikan bagi
siswa yang mempunyai ketidakmampuan dan bukan atau selain program pendidikan umum di
ruang kelas. Undang-undang pendidikan federal sangat berperan penting dalam menetapkan
standar layanan pendidikan khusus yang diberikan oleh negara bagian dan distrik lokal.
Istilah pendidikan khusus digunakan dalam undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang
pendidikan nasional. pasal 32 undang – undang tersebut menggariskan bahwa “ Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.

Setiap distrik sekolah menawarkan kepada anak-anak yang mempunyai kebutuhan


khusus berbagai jenis layanan yang dimaksudkan agar cukup fleksibel memenuhi kebutuhan
unik semua anak. Dalam praktiknya, layanan ini sering diorganisasikan sebagai rangkaian
yang berkisar dari yang paling tidak membatasi hingga yang paling banyak membatasi,
sebagai berikut:

1. Konsultasi dan dukungan langsung atau tidak langsung untuk guru pendidikan umum

2. Pendidikan khusus hingga 1 jam per hari

3. Pendidikan khusus 1 hingga 3 jamper hari; program sumber daya

4. Pendidikan khusus lebih dari 3 jam per hari; pendidikan khusus yang berdiri sendiri

5. Sekolah siang khusus

6. Sekolah asrama khusus

7. Rumah/rumah sakit.

C. Tujuan pendidikan khusus

Secara umum pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan


serta kebiasaan yang dilakukan suatu individu dari satu generasi ke generasi lainnya. Proses
pembelajaran ini melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian. Adanya pendidikan juga dapat
meningkatkan kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian serta keterampilan yang bermanfaat
baik itu untuk diri sendiri maupun masyarakat umum. Jadi singkatnya pendidikan adalah

9
proses pembelajaran kepada individu atau peserta didik agar dapat memiliki pemahaman
terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.

Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah mengembangkan potensi dan
mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan tujuan ini, diharapkan mereka yang
memiliki pendidikan dengan baik dapat memiliki kreativitas, pengetahuan, kepribadian,
mandiri dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.

Dengan pengecualian siswa yang mempunyai ketidakmampuan fisikatau indera,


hanya sedikit siswa menerima pendidikan khusus di luar bangunan sekolah. Sebagian besar
siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar atau kelemahan bicara mengikuti kelas
pendidikan umum untuk sebagian atau kebanyakan hari itu, yang biasanya dilengkapi dengan
1 jam atau lebih per hari di ruang sumber daya pendidikan khusus. Rangkaian layanan yang
tersedia bagi siswa yang mempunyai ketidakmampuan, mulai dari yang paling tidak terbatas
hingga yang paling terbatas, diuraikan dalam bagian-bagian berikut.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelajar dengan pengecualian adalah setiap orang yang kinerja fisik, mental atau
perilakunya begitu berbeda dari yang biasa-lebih tinggi atau lebih rendah-sehingga pelayanan
tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Ketidakmampuan
melakukan tugas-tugas akademis yang sesuai karena setiap alasan yang melekat dalam diri
pelajar tersebut mengakibatkan pelajar itu mempunyai pengecualian. Berbagai jenis
pelayanan tersedia bagi siswa yang mempunyai pengecualian sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik dari pengecualian tersebut, termasuk dukungan guru pendidikan umum dan guru
pendidikan khusus sehingga mereka juga dapat merasakan dan memperoleh pendidikan
sebagaimana mestinya.

B. Saran
Sebagai calon tenaga yang memberikan pelayanan pendidikan, kita harus mampu
menciptakan dan memenuhi pelayanan sesuai dengan kebutuhan pebelajar. Karena setiap
pebelajar pasti mempunyai tingkat perbedaaan antara pebelajar yang satu dengan pebelajar
lainnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan yang tepat berkaitan dengan pemberian
pendidikan sesuai dengan karakteristik pebelajar yang bersangkutan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Slavin, E, Robert . 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Jilid 1. Jakarta: indeks

Mulyaningsih, Indra. 2013. Pernahkah mendengar kata pebelajar?

2016. Pendidikan luar biasa, pendidikan khusus, atau pendidikan kebutuhan khusus

12

Anda mungkin juga menyukai