1. Propensity (Kecenderungan)
Dimensi kecenderungan dapat mempengaruhi pelajar bahasa dalam
memperoleh sesuatu bahasa, dan itu merupakan hasil interaksi mereka yang
menentukan kecenderungan aktual pelajar bahasa. Ada dua alasan dimesi
kecenderungan mempengaruhi pemerolehan bahasa. Pertama, selama mereka
tidak mempengaruhi segala aspek pemerolehan bahasa pada taraf yang sama,
maka tidaklah bijaksana mengaitkan kecenderungan dengan proses
pemerolehan dalam suatu cara yang umum (sebenarnya, hanya unsur-unsur
kecenderungan yang khusus sajalah yang dapat dikembangkan secara sensibel
dengan aspek-aspek khusus proses itu); kedua, elemen-elemen kompenen
kecenderungan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (misalnya,
pengajaran) sampai pada taraf-taraf tertentu. Empat komponen kecenderungan
menurut Tarigan digambarkan sebagai berikut:
Dalam dimensi struktur proses ada dua hal yang dibicarakan, yaitu sinkronasi
dan variabilitias.
a. Sinkronasi
Penguasaan suatu bahasa mencakup pemerolehan terhadap segala jenis
pengetahuan linguistik. Mengetahui suatu bahasa, sang pembicara harus
mampu membuat penggunaan yang pantas terhadap tipe-tipe informasi
berikut ini:
1) Pengetahuan Fonologis
Bahasa Inggris, bahkan terlebih-lebih bahasa Jerman, membedakan antara
vokal pendek dan vokal panjang: live – leave, kin – keen, atau Mitte – Miete
dalam kontras misalnya dengan bahasa Spanyol. Berbeda dengan bahasa
Inggris, bahasa Jerman justru memperlihatkan perbedaan-perbedaan antara
plosif akhir yang bersuara dan yang tidak bersuara (hat – had).
2) Pengetahuan Morfologis
Verba-verba bahasa Inggris mempunyai infleksi yang sangat terbatas (-ed
buat waktu, -s untuk orang ketiga tunggal), dengan variasi-variasi tertentu
bagi verba yang tidak reguler, sedangkan bahasa-bahasa Eropa lainnya lebih
rumut dari itu.
3) Pengetahuan Sintaksis
Adjektiva atributif ditempatkan di muka nomina dalam bahasa Inggris dan
bahasa Jerman, sedangkan susuanan itu justru sebaliknya dalam bahasa
Perancis.
4) Pengetahuan Leksikal
Setiap bahasa mengasosiasikan pola-pola bunyi tertentu dengan makna-
makna tertentu, yaitu mempunyai kosakata (atau leksikon) yang terdiri dari
kata tugas (di, ke ,dari, pada) dan kata penuh (nasi, rumah, saya, besok,
kucing); sebagai tambahan juga mempunyai idiomatik dan gaya bahasa.
Kebanyakan bahasa mengenal gabungan-gabungan kata (pemerolehan
bahasa kedua; second language acquisition); sedangkan bahasa Jerman
memperlakukannya sebagai kata-kata tunggal (Zweitspracherwerb).
Pengetahuan bahasa merupakan suatu keseluruhan fungsional, yang
tersusun dari berbagai unsur tetapi tetap merupakan keterpaduan elemen-
elemen. Kesalingtergantungan fungsional menjadi masalah bagi pelajar
bahasa. Setiap tahap pemerolehan memerlukan hubungan keseimbangan
yang baik antara berbagai aspek pengetahuan linguistik.
b. Variabilitas
Proses pemerolehan bahasa terjadi berbagai variasi pada diri para pelajar
bahasa. Faktor-faktor penyebabnya tentu banyak, di antaranya adalah
komponen-komponen kecakapan yang berbeda-beda, perangkat biologis
pelajar bahasa, pengetahuannya, ketersediaan masukan linguistik tertentu;
semua ini membentuk suatu konsistensi dan tidak akan pernah sama pada
setiap pelajar bahasa. Walaupun terdapat variabilitas itu, namun
pemerolehan bahasa jelas merupakan subjek bagi regulitas-regulitas
tertentu. Dengan ini dapat dikatakan bahwa pemerolehan bahasa
dikendalikan oleh hukum-hukum deterministik seperti halnya proses-proses
biologis atau fisik.
5. Dimensi Tempo
Dimensi tempo pemerolehan bahasa berkaitan dengan waktu, kesempatan, dan
kondisi pembelajar saat memperoleh bahasa. Kebutuhan-kebutuhan komunikatif
yang sifatnnya mendesak akan mempercepat kemajuan pemerolehan bahasa
bagi pelajar bahasa, sedangkan jalan masuk yang terbatas bagi bahan linguistik
atau kesempatan-kesempatan berkomunikasi yang terbatas akan memperlambat
kemajuan pemerolehan bahasa. Tempo pemerolehan bahasa juga tidak lepas
dari pengaruh faktor lain. Misalnya, ingatan yang kurang baik dapat menjadi
rintangan atau kendala yang serius. Sama masuk akalnya dengan ide bahwa
ada orang yang mempelajari bahasa ke-41 akan memperoleh waktu dan
kesempatan yang lebih mudah daripada seseorang yang bergumul dengan
bahasa keduanya. Tapi hal ini merupakan kasus-kasus yang luar biasa ekstrim
6. Dimensi Keadaan Akhir/Tujuan Akhir (End State)
Pada saat tertentu, seorang pelajar mungkin tiba-tiba mundur kembali ke tahap
pemerolehan terdahulu, di tengah perjalanan atau di tengah-tengah pertukaran
penggunaan bahasa. Ini mungkin berlangsung pada beberapa kalimat saja, pada
saat pelajar bahasa mengabaikan hal-hal penting mengenai nomina, verba
infleksi, dan sebagainya. Secara relatif pembicara yang lancar berbahasa kedua
kerapkali mencatat bahwa kelelahan setelah waktu percakapan yang
diperpanjang mengakibatkan timbulnya sejumlah kesalahan dan rasa
kegelisahan yang umum dalam bahasa tersebut. Ini mungkin merupakan suatu
tanda kehadiran varietas-varietas bahasa terdahulu yang terpendam. Yang
belakangan itu tidak akan hilang tanpa jejak, tetapi agaknya dikesampingkan
oleh varietas-varietas baru, sehingga yang terakhir itu merupakan keadaan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul. 2003. Psikolinguistik, Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Ellis, Rod. 1986. Understanding Second Language Acquisition. New York: Oxford
University Press.