Annisa Sabrina
NIM 1201618054
2021
LANGKAH-LANGKAH MENGALIHWAHANAKAN CERITA RAKYAT MENJADI
NASKAH DRAMA
1. Penjelajahan Siswa membaca suatu karya sastra atau menonton hasil pertunjukan, baik
berupa pertunjukan sederhana ataupun melalui film untuk meningkatkan
apresiasi dan pengetahuan siswa. Pada tahap penjelajahan, guru
memberikan rangsangan pada siswa untuk membaca atau menonton suatu
pementasan (Waluyo 2002:180).
2. Interpretasi Dengan bimbingan guru, siswa mencoba menafsirkan unsur karya sastra.
Siswa mulai menafsirkan sejalan dengan pengalamannya. Penafsiran dapat
dilakukan dari lapis sastra yang paling luar (dangkal), yaitu menganalisis
unsur-unsur pembangunnya sampai ke kedalaman makna. Dengan proses
ini, guru secara langsung membimbing siswa untuk mengenal dan
memahami jalan cerita secara aktif (Waluyo 2002:180).
3. Rekreasi, Siswa diminta mengkreasikan kembali apa yang telah dipahaminya dengan
pendalaman jalan mengubah karya sastra ke dalam bentuk lain, misalnya bagian hikayat
diubah menjadi dialog, menukar peran pengarang, menuliskan kembali
satu bagian tertentu dari sudut pandang salah seorang pelaku, dan lainnya.
Rekreasi tidak berarti meniru, melainkan harus ada perbedaan dari yang
sudah ada.
Penerapan model pembelajaran Stratta dalam kegiatan menulis naskah drama berdasarkan
cerita rakyat “Legenda Batu Menangis” dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Tokoh:
Ibu
Darmi
Pemilik ladang
Penjual kain
Penjual kosmetik
Ibu warung
.........
PROLOG
ALKISAH, HIDUPLAH SEORANG WANITA PARUH BAYA DENGAN PUTRINYA
YANG CANTIK JELITA YANG BERNAMA DARMI. DARMI ADALAH SOSOK GADIS
CANTIK PEMALAS YANG TIDAK BISA MELAKUKAN APAPUN KECUALI
BERSOLEK UNTUK MEMPERCANTIK DIRINYA. SEMENJAK DITINGGAL MATI
SANG KEPALA KELUARGA, IBU DARMI HARUS BEKERJA BANTING TULANG
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP SEHARI-HARI.
ADEGAN 1
DARMI BERSENANDUNG PELAN SAMBIL MENYISIR RAMBUTNYA DAN
MEMATUT DIRI DI DEPAN CERMIN.
ADEGAN 2
SIANG HARI YANG PANAS SEMAKIN PANAS DENGAN OCEHAN DARMI YANG
TERUS-TERUSAN MENGGERUTU.
DARMI : Ibu pinjam uang sana, aku mau beli gincu baru.
IBU : Pinjam uang kemana Darmi? Ibu terlalu banyak berutang.
DARMI : Ya aku tidak peduli, sekarang juga aku mau Ibu cari pinjaman uang atau aku
akan pergi dari rumah!
TAK INGIN DITINGGALKAN SANG PUTRI, IBU SEGERA PERGI MEMOHON PADA
PARA TETANGGA UNTUK DIPINJAMKAN UANG. KARENA RASA IBA, SEDIKIT
PINJAMAN BERHASIL IBU DAPATKAN. IBU PUN KEMBALI KE RUMAH.
PENJUAL KOSMETIK : Wah bu, senang sekali ya punya putri secantik Darmi.
DARMI : (MEMUTAR BOLA MATANYA KESAL) Heh, sembarangan saja
kau bicara. Ia itu pembantuku, bukan ibuku. Masa kau tak lihat
perbedaan warna kulit kami?
IBU : (TERKEJUT) I-iya, saya ini hanya pembantunya.
DARMI : Lagi pula mana mungkin wanita tua kumal seperti ini adalah ibuku.
Ibuku itu cantik sepertiku.
IBU : (TERSENYUM SENDU)
PENJUAL KOSMETIK : Ah seperti itu ya, aku pikir dia Ibumu. Soalnya jarang sekali kau beli
kosmetik ditemani orang lain
DARMI : Mengarang saja, ya sudah aku beli lipstik yang ini
(MENYERAHKAN LIPSTIK PILIHANNYA SEMBARI
MENYODORKAN UANG)
PENJUAL KOSMETIK: (MENGEMAS LIPSTIK DARMI DAN MENERIMA
PEMBAYARAN) Datang lagi lain kali. (MENYERAHKAN
BELANJAAN DARMI)
DARMI : (MENERIMA BELANJAANNYA LALU BERJALAN CEPAT
MENINGGALKAN TOKO TANPA MERESPONS)
PENJUAL KAIN : (BERTERIAK) Hei Darmi... kau mau ke mana? Wah, lama sekali tak
berjumpa denganmu.
DARMI : Mau pulang, habis beli gincu di toko kosmetik sebelah.
PENJUAL KAIN : Oh tumben kau ditemani Ibumu.
DARMI : Siapa yang kau sebut Ibuku? Wanita tua ini? (MENUNJUK IBU) Ia bukan
ibuku, masa Ibuku seperti itu? Ia hanya pembantuku.
IBU : (BERWAJAH SEDIH) Iya, saya hanya pembantunya
PENJUAL KAIN : Wah, padahal wajahmu mirip sekali dengan ibu itu.
DARMI : Bicaramu ngelantur, sudahlah aku pulang dulu.
IBU WARUNG : Wah Bu... putri ibu ini benar-benar cantik jelita. Andai saja aku punya anak
laki-laki, pasti akan kunikahkan dengan anak ibu.
DARMI : Kau! Sudah kubilang untuk tidak dekat-dekat masih saja mengeyel! Aku malu
disebut anakmu, kau ini hanya pembantu jangan berlagak seperti ibuku!
IBU : (BERDIRI DENGAN BERLINANG AIR MATA)
IBU WARUNG : Tidak perlulah sampai seperti ini, tidak baik mendorong orang tua, Nak.
DARMI : Sudahlah, buat aku kesal saja (PERGI MENINGGALKAN WARUNG)
IBU : (MENYUSUL DARMI)
DARMI : Aku tak mau lagi pergi dengan ibu, aku malu.
IBU : Ya Allah Nak, sejelek apapun Ibu. Aku ini Ibumu, aku yang melahirkan dan
membesarkanmu.
DARMI : Aku tak pernah minta dilahirkan oleh wanita sepertimu! Miskin, jelek, hanya
buat malu saja.
IBU : Astagfirullah Nak, jaga ucapanmu. Jika Allah mendengarnya dan murka,
maka celakalah engkau Nak.
DARMI : Biarkan saja Dia marah, aku juga marah padaNya karena dilahirkan sebagai
anak wanita jelek dan miskin seperti Ibu.
IBU : Ya Allah, ampunilah anak hamba. Berikalah hidayah padanya agar ia segera
Bertaubat.
DUERRR
DARMI : Apa yang terjadi Bu, aku takut. Apa Allah benar-benar marah padaku?
(DARMI GEMETAR DENGAN MATA MENGAWANG PADA LANGIT)
IBU : Sepertinya ini adalah teguran untukmu. Ayo Nak kita segera kembali ke
rumah. (IBU MENARIK TANGAN DARMI UNTUK BERLARI)
DARMI : Kakiku… kakiku tidak bisa digerakkan Bu.
IBU : Kakimu kenapa Nak? (IBU MEMERIKSA KAKI DARMI) Allahuakbar,
kakimu keras sekali seperti batu, Darmi.
DARMI : Bagaimana ini Bu? Aku takut sekali Bu, tolong aku Bu. (MENANGIS)
IBU : Mohon ampunlah pada Allah, Ia murka padamu karena telah menghina
ciptaannya dan berkata yang tidak baik pada Ibumu. Mohon ampunlah Nak.
SELESAI.