Anda di halaman 1dari 9

MENGALIHWAHANAKAN CERITA RAKYAT “LEGENDA BATU

MENANGIS’ KE DALAM BENTUK NASKAH DRAMA

Annisa Sabrina

NIM 1201618054

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
LANGKAH-LANGKAH MENGALIHWAHANAKAN CERITA RAKYAT MENJADI
NASKAH DRAMA

Endraswara (2005:95-96) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran Stratta


adalah sebagai berikut.

1. Penjelajahan Siswa membaca suatu karya sastra atau menonton hasil pertunjukan, baik
berupa pertunjukan sederhana ataupun melalui film untuk meningkatkan
apresiasi dan pengetahuan siswa. Pada tahap penjelajahan, guru
memberikan rangsangan pada siswa untuk membaca atau menonton suatu
pementasan (Waluyo 2002:180).
2. Interpretasi Dengan bimbingan guru, siswa mencoba menafsirkan unsur karya sastra.
Siswa mulai menafsirkan sejalan dengan pengalamannya. Penafsiran dapat
dilakukan dari lapis sastra yang paling luar (dangkal), yaitu menganalisis
unsur-unsur pembangunnya sampai ke kedalaman makna. Dengan proses
ini, guru secara langsung membimbing siswa untuk mengenal dan
memahami jalan cerita secara aktif (Waluyo 2002:180).
3. Rekreasi, Siswa diminta mengkreasikan kembali apa yang telah dipahaminya dengan
pendalaman jalan mengubah karya sastra ke dalam bentuk lain, misalnya bagian hikayat
diubah menjadi dialog, menukar peran pengarang, menuliskan kembali
satu bagian tertentu dari sudut pandang salah seorang pelaku, dan lainnya.
Rekreasi tidak berarti meniru, melainkan harus ada perbedaan dari yang
sudah ada.
Penerapan model pembelajaran Stratta dalam kegiatan menulis naskah drama berdasarkan
cerita rakyat “Legenda Batu Menangis” dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran


2. Guru melakukan apersepsi
3. Guru menjelaskan materi pembelajaran
4. Guru memberikan teks cerita rakyat “Legenda Batu Menangis”
5. Siswa membentuk kelompok menjadi 8 kelompok yang terdiri atas 4 anggota
6. Guru membagikan LKS terkait unsur-unsur pembangun dan makna/isi cerita rakyat
dan naskah drama
7. Tiap-tiap kelompok membaca dengan seksama teks cerita rakyat “Legenda Batu
Menangis” yang telah diberikan
8. Tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk menentukan unsur intrinsik terutama tokoh dan
penokohoan serta pengembangan dialog dan plot yang akan digunakan dalam naskah
drama
9. Tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk membuat kerangka karangan berdasarkan hasil
diskusi mengenai tokoh dan penokohan serta dialog dan plot cerita berdasarkan teks
cerita rakyat “Legenda Batu Menangis” yang telah dibaca
10. Siswa secara individu dalam kelompoknya menulis naskah drama berdasarkan
kerangka yang telah dibuat (rekreasi-pendalaman)
11. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi
12. Perwakilan dari kelompok lain memberikan tanggapan
13. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
Legenda Batu Menangis

Tokoh:
Ibu
Darmi
Pemilik ladang
Penjual kain
Penjual kosmetik
Ibu warung
.........

PROLOG
ALKISAH, HIDUPLAH SEORANG WANITA PARUH BAYA DENGAN PUTRINYA
YANG CANTIK JELITA YANG BERNAMA DARMI. DARMI ADALAH SOSOK GADIS
CANTIK PEMALAS YANG TIDAK BISA MELAKUKAN APAPUN KECUALI
BERSOLEK UNTUK MEMPERCANTIK DIRINYA. SEMENJAK DITINGGAL MATI
SANG KEPALA KELUARGA, IBU DARMI HARUS BEKERJA BANTING TULANG
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP SEHARI-HARI.

ADEGAN 1
DARMI BERSENANDUNG PELAN SAMBIL MENYISIR RAMBUTNYA DAN
MEMATUT DIRI DI DEPAN CERMIN.

DARMI : Tralala... trilili....


(SELESAI MENYISIR, DARMI MEMOLESKAN BEDAK KE
WAJAHNYA)
Hmm... tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan kecantikanku.
IBU : Darmi... bantu Ibu, Nak.
DARMI : (DENGAN KETUS) Aku sedang sibuk, Bu!
IBU : Nak, Ibu harus berangkat ke ladang. Tolong gorenglah ikan ini.
DARMI : Hah... apa, Bu?! Bagaimana jika nanti minyaknya terkena tanganku? Kulitku
yang mulus bisa terluka! Tidak bu, tidak... aku tidak mau!
IBU : Kau tak akan terpercik minyak jika berhati-hati. (MENJAWAB LEMAH-
LEMBUT)
DARMI : (BERTERIAK KETUS) Tidak! Pokoknya Ibu tak boleh berangkat sebelum
menggoreng ikan ini!

AKHIRNYA IBU TERPAKSA HARUS MENGGORENG IKAN TERLEBIH DAHULU


SEBELUM BERANGKAT KE LADANG. SEMENTARA DARMI MELANJUTKAN
KEGIATAN BERSOLEKNYA DI DEPAN CERMIN. KARENA HARUS MENGGORENG
IKAN DAHULU, IBU TELAT SAMPAI KE LADANG TEMPATNYA BEKERJA.

IBU : Maaf Tuan, saya tidak datang tepat waktu.


PEMILIK LADANG : Jika telat seperti ini mulu lebih baik ibu bekerja di tempat lain, saya
butuh pekerja yang bisa datang tepat waktu
IBU : Saya tak akan telat lagi, Tuan. Tolong beri saya kesempatan.
PEMILIK LADANG : Baiklah, tetapi sebagai peringatan gaji ibu hari ini saya potong.
IBU : Baiklah Tuan
PEMILIK LADANG : (MENINGGALKAN LADANG)

IBU BEKERJA HINGGA MATAHARI TERBENAM, PULANG DALAM KEADAAN


COMPANG CAMPING PENUH DEBU DAN KOTORAN TANAH. DARMI TERLIHAT
BERDIRI DI AMBANG PINTU MENUNGGU KEDATANGAN SANG IBU.

DARMI : Mana uang hasil kerja hari ini?


IBU : Jangan Nak, uang ini untuk membeli beras.
DARMI : Beli beras kan bisa berutang dulu, kemarikan uangnya! Bedakku habis, aku
ingin membeli bedak baru! Ibu tidak lihat wajahku yang cantik jadi kusam
begini? Sinikan uangnya!
IBU : (MEMBERIKAN UANG DENGAN BERAT HATI)
DARMI : Sedikit sekali sih, besok-besok kerja saja sampai malam agar uangnya banyak.
IBU : Astagfirullah, Nak. (MENETESKAN AIR MATA)
DARMI : (MENATAP IBU DENGAN PANDANGAN JIJIK LALU MASUK KE
DALAM RUMAH)
IBU : (IKUT MASUK KE DALAM RUMAH SEMBARI USAP MATANYA
YANG BERAIR)

PERKATAAN DARMI BARUSAN SUKSES MEMBUAT HATI IBU SANGAT SAKIT.


IBU HANYA BISA BERDOA DAN MEMOHON PADA ALLAH AGAR DARMI
DIBUKAKAN PINTU HATINYA.

ADEGAN 2
SIANG HARI YANG PANAS SEMAKIN PANAS DENGAN OCEHAN DARMI YANG
TERUS-TERUSAN MENGGERUTU.

DARMI : Ibu pinjam uang sana, aku mau beli gincu baru.
IBU : Pinjam uang kemana Darmi? Ibu terlalu banyak berutang.
DARMI : Ya aku tidak peduli, sekarang juga aku mau Ibu cari pinjaman uang atau aku
akan pergi dari rumah!

TAK INGIN DITINGGALKAN SANG PUTRI, IBU SEGERA PERGI MEMOHON PADA
PARA TETANGGA UNTUK DIPINJAMKAN UANG. KARENA RASA IBA, SEDIKIT
PINJAMAN BERHASIL IBU DAPATKAN. IBU PUN KEMBALI KE RUMAH.

IBU : Ini Nak, uangnya (MENYODORKAN BEBERAPA LEMBAR UANG)


DARMI : Ibu yang pergi ke pasar, aku tidak mau keluar panas begini. Belikan gincu di
toko kosmetik sebelah penjual kain
IBU : Ibu tak tau tempatnya yang mana, ibu juga tak tau gincumu yang seperti apa
DARMI : Halah Ibu nih begitu saja tak tau, ya sudah aku tunjukkan tempatnya supaya
lain kali ibu bisa pergi sendiri. DIINGAT NIH!
IBU & DARMI : (KELUAR RUMAH DAN BERJALAN BERSAMA MENUJU PASAR)
DARMI : Ish, Ibu jalannya di belakangku. Aku tidak mau orang-orang tau kalau aku itu
anak Ibu.
IBU : Kenapa Nak?
DARMI : Ya malu lah, Bu.

IBU MENGIKUTI PERMINTAAN DARMI, IA BERJALAN DI BELAKANG PUTRINYA.


MEMANG SECARA PENAMPILAN IBU DAN DARMI SANGAT BERBEDA, KARENA
TERUS-TERUSAN BEKERJA KERAS DI BAWAH TERIK MATAHARI IBU JADI
TERLIHAT LEBIH TUA DARI USIANYA, JUGA TERLIHAT LUSUH DAN TAK
TERURUS. SANGAT BERBEDA DENGAN DARMI YANG CANTIK JELITA DENGAN
KULITNYA YANG PUTIH BERSIH.

HARI ITU PASAR TERLIHAT SANGAT RAMAI OLEH PENGUNJUNG. MEMBUAT


IBU TERPAKSA MENDEKAT KE DARMI.

DARMI : Ibu sana ih. (BERBISIK)


IBU : Apa Nak? Suaramu tidak terdengar.
DARMI : Sudah kubilang Ibu jangan dekat-dekat aku. Sana jauhan lagi! Lihatlah
penampilan Ibu, dekil dan kumal. Tidak sepantasnya berdekatan denganku.
IBU : (MENJAUH) Pantaslah Darmi malu berjalan bersamaku, penampilanku
sangat kumal seperti ini dan aku juga belum mandi

TAK LAMA KEMUDIAN KEDUANYA SAMPAI DI TOKO KOSMETIK. DARMI


MELIHAT-LIHAT KOLEKSI LIPSTIK YANG DIJUAL DENGAN IBUNYA BERDIRI
TAK JAUH DI BELAKANG.

PENJUAL KOSMETIK : Wah bu, senang sekali ya punya putri secantik Darmi.
DARMI : (MEMUTAR BOLA MATANYA KESAL) Heh, sembarangan saja
kau bicara. Ia itu pembantuku, bukan ibuku. Masa kau tak lihat
perbedaan warna kulit kami?
IBU : (TERKEJUT) I-iya, saya ini hanya pembantunya.
DARMI : Lagi pula mana mungkin wanita tua kumal seperti ini adalah ibuku.
Ibuku itu cantik sepertiku.
IBU : (TERSENYUM SENDU)
PENJUAL KOSMETIK : Ah seperti itu ya, aku pikir dia Ibumu. Soalnya jarang sekali kau beli
kosmetik ditemani orang lain
DARMI : Mengarang saja, ya sudah aku beli lipstik yang ini
(MENYERAHKAN LIPSTIK PILIHANNYA SEMBARI
MENYODORKAN UANG)
PENJUAL KOSMETIK: (MENGEMAS LIPSTIK DARMI DAN MENERIMA
PEMBAYARAN) Datang lagi lain kali. (MENYERAHKAN
BELANJAAN DARMI)
DARMI : (MENERIMA BELANJAANNYA LALU BERJALAN CEPAT
MENINGGALKAN TOKO TANPA MERESPONS)
PENJUAL KAIN : (BERTERIAK) Hei Darmi... kau mau ke mana? Wah, lama sekali tak
berjumpa denganmu.
DARMI : Mau pulang, habis beli gincu di toko kosmetik sebelah.
PENJUAL KAIN : Oh tumben kau ditemani Ibumu.
DARMI : Siapa yang kau sebut Ibuku? Wanita tua ini? (MENUNJUK IBU) Ia bukan
ibuku, masa Ibuku seperti itu? Ia hanya pembantuku.
IBU : (BERWAJAH SEDIH) Iya, saya hanya pembantunya
PENJUAL KAIN : Wah, padahal wajahmu mirip sekali dengan ibu itu.
DARMI : Bicaramu ngelantur, sudahlah aku pulang dulu.

DARMI DAN IBU MELANJUTKAN PERJALANAN MENUJU RUMAH. DI TENGAH


PERJALANAN MEREKA MERASA HAUS LALU MEMUTUSKAN UNTUK SINGGAH
DI WARUNG UNTUK MEMBELI MINUM.

IBU WARUNG : Wah Bu... putri ibu ini benar-benar cantik jelita. Andai saja aku punya anak
laki-laki, pasti akan kunikahkan dengan anak ibu.

DARMI YANG MURKA KARENA SELALU DISEBUT SEBAGAI ANAK IBU


MENDORONG IBUNYA HINGGA TERSUNGKUR DI TANAH.

DARMI : Kau! Sudah kubilang untuk tidak dekat-dekat masih saja mengeyel! Aku malu
disebut anakmu, kau ini hanya pembantu jangan berlagak seperti ibuku!
IBU : (BERDIRI DENGAN BERLINANG AIR MATA)
IBU WARUNG : Tidak perlulah sampai seperti ini, tidak baik mendorong orang tua, Nak.
DARMI : Sudahlah, buat aku kesal saja (PERGI MENINGGALKAN WARUNG)
IBU : (MENYUSUL DARMI)
DARMI : Aku tak mau lagi pergi dengan ibu, aku malu.
IBU : Ya Allah Nak, sejelek apapun Ibu. Aku ini Ibumu, aku yang melahirkan dan
membesarkanmu.
DARMI : Aku tak pernah minta dilahirkan oleh wanita sepertimu! Miskin, jelek, hanya
buat malu saja.
IBU : Astagfirullah Nak, jaga ucapanmu. Jika Allah mendengarnya dan murka,
maka celakalah engkau Nak.
DARMI : Biarkan saja Dia marah, aku juga marah padaNya karena dilahirkan sebagai
anak wanita jelek dan miskin seperti Ibu.

IBU MERASAKAN SAKIT HATI YANG LUAR BIASA MENDENGAR PERKATAAN


DARMI. IA BERLUTUT DI ATAS TANAH DENGAN TANGAN MENGADAH
MEMOHON DOA PADA ALLAH.

IBU : Ya Allah, ampunilah anak hamba. Berikalah hidayah padanya agar ia segera
Bertaubat.

DUERRR

SUARA PETIR MENYAMBAR DENGAR KERAS TERDENGAR. DARMI GEMETAR


KETAKUTAN MELIHAT PETIR TAK HENTINYA SALING MENYAMBAR.

DARMI : Apa yang terjadi Bu, aku takut. Apa Allah benar-benar marah padaku?
(DARMI GEMETAR DENGAN MATA MENGAWANG PADA LANGIT)
IBU : Sepertinya ini adalah teguran untukmu. Ayo Nak kita segera kembali ke
rumah. (IBU MENARIK TANGAN DARMI UNTUK BERLARI)
DARMI : Kakiku… kakiku tidak bisa digerakkan Bu.
IBU : Kakimu kenapa Nak? (IBU MEMERIKSA KAKI DARMI) Allahuakbar,
kakimu keras sekali seperti batu, Darmi.
DARMI : Bagaimana ini Bu? Aku takut sekali Bu, tolong aku Bu. (MENANGIS)
IBU : Mohon ampunlah pada Allah, Ia murka padamu karena telah menghina
ciptaannya dan berkata yang tidak baik pada Ibumu. Mohon ampunlah Nak.

NAMUN SEMUA TERLAMBAT, SEBELUM DARMI SEMPAT MENGUCAP KATA


MAAF SELURUH TUBUHNYA SUDAH MENGERAS SEPERTI BATU. IBU HANYA
MENANGIS SEMBARI MEMELUK TUBUH BATU ANAKNYA. TAMPAK BATU ITU
MENGELUARKAN AIR MATA PENYESALAN. SEKARANG BATU ITU DIKENAL
DENGAN SEBUTAN "BATU MENANGIS".

SELESAI.

Anda mungkin juga menyukai