Pada zaman dahulu hiduplah seorang ibu dengan anak perempuannya yang bernama Darmi.
Ayah Darmi sudah meninggal sejak Darmi masih kecil. Dahulu mereka hidup berkecukupan
namun setelah Ayahnya meninggal, Ibu Darmi harus bekerja keras diladang demi hidup
mereka karna setiap hari bekerja diladang, kulit ibu darmi semakin gelap dan berat
tubuhnya pun menyusut. Semua dilakukannya demi Darmi putri satu-satunya. Namun apa
yang dilakukan Darmi ia tidak mau membantu ibunya kerjanya setiap hari hanya berdandan
dia juga enggan keluar rumah karena takut kulitnya menjadi gelap seperti ibunya. Suatu hari
ibu Darmi akan bekerja diladang, Ia akan bekerja sampai sore hari, sebab musim panen
sudah tiba.
Ibu Darmi berkata pada darmi : “Darmi, bisakah kamu memasak hari ini nak? Ibu tidak bisa
pulang siang ini karena harus menyelesaikan panen kita, Jika sudah selesai maukah kamu
mengantarkan makanan itu keladang untuk ibu?”
Darmi: “Tidak mau ibu, Kalau nanti aku masak nanti badanku ini bau tungku, aku kan baru
selesai mandi lalu, kalau misalnya aku disuruh mengantarkan makanan ke ladang nanti
kulitku ini bisa hitam kayak ibu. Ihhh, gak mau bu”
Diladang ibu Darmi bekerja dengan keras. Ia mengumpulkan hasil panen karna besok dia
akan menjualnya kepasar, Dia tidak memperdulikan perutnya yang lapar. Saat lelah dia
beristirahat sambil minum air yang dibawanya. Dia berdoa dalam hati
Ibu Darmi: “YaTuhan, tolong kami, Ubahlah anakku, Lepaskan dia dari sifat malasnya.”
Setelah pulang dari ladang , Ibu darmi sampai dirumah,Betapa terkejutnya dia dimeja tidak
ada makanan yang bisa dimakan. Darmi sama sekali tidak memasak. Darmi yang melihat
ibunya pulang justru marah-marah.
Darmi:” ibu ini kemana saja sih seharian? Masa dirumah tidak ada makanan, Darmi kan
lapar bu, belum makan seharian”
Darmi:” Ihh, ibu darmi kan udah bilang darmi itu ga mau ibu.”
Darmi meninggalkan ibu yang kelaparan dan lelah dengan marah, keesokan harinya, Ibu
darmi sudah siap dengan hasil panennya ia akan pergi kepasar
Ibu darmi:” Darmi, ikutlah ibu ke pasar nak ibu membutuhkan bantuanmu untuk membawa
hasil ladang kita”
Darmi:” Ckkk, Ahh, Ga mau ibu nanti kalau darmi kepasar kulit darmi ini bisa kotor ih apalagi
pasarkan becek aduhh bu, darmi ga bisa bayangin kalau darmi ikut kepasar, kulit darmi yang
udah putih bersih ini jadi ikut kotor gaa mau buu!
Akhirnya ibunya kepasar sendiri dengan membawa hasil ladang itu. Sore nya ibu darmi
pulang membawa uang hasil panen tidak terlalu banyak Darmi yang melihat ibunya sedang
menghitung uang segera mendekati ibunya.
Ibu Darmi:” Iya, besok ibu belikan, tapi kamu harus ikut ibu ke pasar supaya ibu tidak salah
beli “
Akhirnya darmi dengan terpaksa ikut ibunya pergi ke pasar. Darmi sebenarnya malu berjalan
bersama ibunya yang berkulit gelap dan wajah yang tak terawat. Tiba- tiba ditengah
perjalanan ada seorang teman darmi yang menghampiri dan bertanya
Darmi:” Dia? Bukan, bukan ibuku dia itu pembantuku, mana mungkin dia ibuku ihh amit-
amit deh”
Betapa sedih ibu darmi mendengarnya namun hanya ia tahan dalam hati mereka
melanjutkan perjalanan ke pasar.
Teman darmi:
Keempatorang itu melihat seorang ibu yang berada disamping Darmi dan menyapanya
[Egi]:”ehh, ngomong-ngomong siapa tuh yang ada di belakangmu? apa dia ibumu Darmi?”
Sungguh hati ibu Darmi semakin sedih, begitu tega anaknya mengakui dirinya sebagai
pembantu. Namun dengan sekuat tenaga dia berusaha menahannya.
Sampailah Darmi dan ibunya di pintu pasar. Saat mereka akan memasuki pasar, lagi-lagi
Darmi bertemu denan temannya yang lain.
Feti:”wahhh kamu sekarang tambah cantik aja, bagi dong tips merawat diri”
Darmi:”ahhh kamu bisa saja, jika ingin cantik sepertiku kamu harus setiap hari luluran dan
Darmi:”Bu, saya mau cari bedak yang kulialitasnya baik dan mahal”
Ibu Darmi:”Darmi, jangan beli yang terlalu mahal nak. Uang ibu tidak cukup.”
Darmi:”udah deh ibu diam aja, udah sana-sana jangan dekat-dekat Darmi”
Darmi:”Bukan bu, dia itu bukan ibu saya. Dia itu pembantu saya.”
Darmi:”Iya bu, pembantu saya. Yaudah bu, saya beli ini yah”
[pedagang memasukan barang ke dalam kantung]
Darmi:”Berapa bu?”
Darmi:”Ini ya”
Dalam perjalanan pulang, Darmi marah karena ada barang yang tidak terbeli.
Darmi:”Bu, ibu ini bagaimana sih? Darmi kan ingin tas terbaru tadi, masa ibu menolak
membelikan”
Ibu Darmi:”Darmi, sudah terlalu banyak barang yang sudah kamu beli nak. Uang ibu sudah
tidak cukup lagi”
Darmi:”Halahhh alasan. Kalau Darmi mau, yaa ibu harus membelikan dong. Tidak usah
beralasan uang habis. Lalu bu, tadi sebelum berangkat Darmi kan sudah bilang ibu itu jangan
dekat-dekat dengan Darmi. Darmi itu malu bu, maluuu. Masa iya, Darmi punya ibu yang
kaya gini. Berkulit hitam, tidak terawat. Lalu ibu tau tidak dengan penampilan ibu seperti ini,
ibu itu semacam pembantu.”
Ibu Darmi tak kuasa menahan air matanya, maka iapun berdoa
Ibu Darmi:”Ya Tuhan, hamba sudah tidak kuat lagi dengan sikap anak hamba. Tolong kiranya
Tuhan menghukumnya agar dia menjadi jera.”
Darmi:”Ibu, tolong bu. Kakiku sudah tidak bisa digerakan ibu. Ibu sakit.”
Sedikit demi sedikit Darmi menjadi batu. Ibu Darmi menangis pilu.
Darmi:”Ampun.... bu... ampun.... Darmi tidak akan mengulanginya lagi bu. Ampun ibu.
Darmi merintih sambil menangis meminta ampunan ibunya. Sayang, semua tidak bisa
kembali. Darmi tetap menjadi batu, dia harus menanggung hukuman karena telah durhaka
kepada ibunya yang sudah ,melahirkan, merawat dan menjaganya hingga dewasa.
Batu itu akhirnya dinamakan batu menangis yang berada di Kalimantan Barat.
Pesan moral:
Dari cerita rakyat batu menangis, kita semua dapat mengambil pelajaran bahwa kita
sebagai seorang anak hendaknya harus berbakti kepada orang tua kita. Ibu adalah orang
yang telah mengandung, melahirkan dan merawat kita dengan penuh kasih sayang. Seperti
apapun rupa orang tua kita baik miskin ataupun kaya, mereka tetaplah orang tua yang harus
kita hormati, sayangi dan kita rawat sepenuh hati.
XI MIPA 3
KELOMPOK 2
ANGGOTA: