Anda di halaman 1dari 12

PERAN SEMANTIK PADA KALIMAT DALAM BAHASA JERMAN

Tugas UAS Matakuliah Semantik


Retno Pamungkas 16070835050
S2 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing Universitas Negeri Surabaya

A. PENDAHULUAN
Dalam kajian linguistik, kalimat sering kali hanya dianalasis berdasarkan fungsi dan
kategorinya saja. Fungsi sintaksis membahas subjek, objek, predikat dan sebagainya dalam
suatu kalimat. Sedangkan analisis kategori membahas kelas kata seperti verba, nomina,
ajektiva, adverbial, dan sebagainya. Sebuah kasus dalam bahasa Jerman dapat dengan mudah
ditentukan fungsinya dalam kalimat dilihat dari bentuk artikel nomina dalam kalimat.
Misalnya nomina dengan kasus Nominativ dapat dipastikan memiliki fungsi sebagai subjek,
sedangkan jika berkasus Akkusativ dan Dativ maka nomina tersebut berfungsi sebagai objek
(langsung atau penyerta).
Kajian tentang peserta atau komponen kalimat membahs apa saja yang harus hadir
dalam sebuah kalimat dan hal-hal yang menuntut kehadiran peserta atau komponen tersebut.
Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional
kalimat. Verhaar (2012: 167) menyatakan bahwa peran adalah segi semantik dari pesertapeserta verba. Dengan pengisian unsur peran ini akan dapat diketahui makna yang ada pada
masing-masing unsur fungsional tersebut.
Peran atau role, berkaitan erat dengan makna, sehingga bahasan mengenai peran ini
juga masih berkaitan dengan sintaksis. Dalam linguistik, argumen dipahami sebagai bagian
kalimat yang mengisi tempat kosong yang terbuka yang disebabkan oleh predikat karena
tuntutan valensinya. Argumen tersebut menyandang peran semantik yang bisa berupa agent,
patient dan sebagainya. Istilah lain untuk argumen dalam bahasa Jerman adalah
Komplemente, Aktante, atau Ergnzungen (Dlling, 2011: 1). Sementara itu, menurut
Kridalaksana (2001:17), argumen adalah nomina atau frasa nominal yang bersama-sama
predikator membentuk proposisi. Dalam Bumann (2002: 93) dikatakan: in der formalen
Logik Terminus zur Bezeichnung der Leerstellen eines Prdikats bzw. einer Funktion. Je
nachdem, wie viele Argumente ein Prdikat verlangt, bezeichnet man es als ein-, zweioder
dreistellig. Argumen merupakan istilah penanda tempat kosong yang disediakan oleh sebuah

predikat. Argumen bisa berjumlah satu, dua, atau tiga, bergantung seberapa argument yang
dituntut oleh predikat.
B. PEMBAHASAN
1. Verba dalam Bahasa Jerman
Verba dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai peran yang penting. Komponenkomponen yang hadir dalam sebuah kalimat sangat tergantung pada verbanya. Menurut Gross
(1988:84), verba merupakan pusat kalimat dan memerlukan pelengkap agar dapat
membentuk sebuah kalimat. Drosdowski (1995:89) juga memberi definisi verba, yaitu kata
yang mengungkapkan kegiatan atau tindakan (Handlungen), keadaan (Zustnde) dan jalannya
suatu kejadian atau peristiwa (Vorgnge). Berikut contoh dari berbagai ragam kata kerja:
a) Kata kerja yang menggambarkan tindakan/kegiatan (Handlungen):
- essen makan
- trinken minum
- tanzen menari
- sprechen berbicara
b) Kata kerja yang menggambarkan suatu keadaan (Zustnde):
- schlafen tidur
- leben hidup
- glauben percaya/mempercayai
c) Kata kerja yang menggambarkan suatu proses kejadian atau peristiwa (Vorgnge):
- sterben meninggal
- wachsen tumbuh
- einschlafen tertidur
Sementara itu, Kridalaksana (2001: 76) berpendapat bahwa secara umum verba dapat
diidentifikasikan dan dibedakan dari kelas kata lain karena ciri-ciri berikut ini:
a) kata kerja berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti dari predikat dalam kalimat
walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain;
b) kata kerja mengandung makna dasar perbuatan (aksi) proses atau keadaan yang bukan
sifat atau kualitas.
Helbig dan Buscha (2005:68) menggolongkan verba ditinjau dari beberapa aspek, yaitu
semantis, sintaktis, dan morfologis. Aspek semantis terdiri atas Ttigkeitsverben,
Vorgangsverben, dan Zustandsverben. Ttigkeitsverben (verba yang menyatakan aksi), yaitu
verba yang subjek pelakunya (agen) melakukan perbuatan dan tindakan secara aktif, misalnya
verba arbeiten bekerja , kochen memasak, zerbrechen memecahkan, dan sebaginya.
Vorgangsverben (verba yang menyatakan proses), yaitu verba yang menunjukkan suatu
perubahan, suatu proses yang dialami oleh subjek dan mengubah keadaan atau sifat subjek
tersebut misalnya verba erfrieren membeku, verblhen menjadi layu, fallen jatuh.

Zustandsverben (verba keadaan), yaitu verba yang menyatakan keadaan, eksistensi, sesuatu
yang tetap dan subjeknya tidak berubah, misalnya sich befinden berada, liegen terletak ,
sein berada dan sebagainya.
Menurut aspek sintaktisnya verba dibedakan berdasarkan peran gramatikal dan hubungan
subjek dan objek. Berdasarkan peran gramatikal, terdapat empat jenis kata kerja.
1) Vollverben, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri sebagai predikat, misalnya schreiben
menulis, gehen pergi, kaufen membeli, dan sebagainya.
Ich schreibe eine Email an meiner Schwester. Saya menulis email kepada saudari saya.
Heute geht Maria nicht in die Schule. Hari ini Maria tidak pergi ke sekolah.
Meine Mutter kauft ein Stck Brot. Ibuku membeli sepotong roti.
2) Hilfsverben (verba bantu), yaitu verba yang membutuhkan verba lain, pada umumnya
untuk menentukan kala. Dalam kalimat, verba itu tidak menyandang makna, misalnya
verba haben, sein pada kalimat dengan kala lampau, dan werden pada kalimat pasif.
Lena hat einen Brief bekommen. Lena telah mendapat sebuah surat.
Birgit ist nach Deutschland geflogen. Birgit sudah terbang ke Jerman.
Das Auto wird von Papa repariert. Mobil itu diperbaiki oleh Papa.
3) Modalverben, yaitu verba yang kehadirannya menuntut kehadiran verba lain dalam
bentuk infinitif, misalnya mssen harus, knnen dapat, drfen boleh, dan sebagainya.
Barbara muss dringend das Pakett schicken. Barbara harus segera mengirim paket itu.
Ich kann am Samstag nicht kommen. Hari Sabtu saya tidak bisa datang.
Laura darf kein Fleisch essen.Laura tidak boleh makan daging.
4) Funktionsverben,

yaitu

verba

yang

dalam

pembentukannya

membutuhkan

Verbalsubstantiven, yaitu kata benda yang dibentuk dari kata kerja. Saat digunakan dalam
kalimat, makna utama disandang oleh nominanya sedangkan Funktionsverben tidak
menyandang makna. Misalnya kata entschieden memutuskan bisa dikonstruksi
menggunakan Funktionsverb berupa Entscheidung treffen yang berarti mengambil
keputusan (Entscheidung keputusan; treffen bertemu)
Berdasarkan hubungan subjek dan objeknya verba dibedakan atas dua hal. Pertama,
Reflexive Verben, yaitu verba yang pronomina refleksifnya (sich, mich dsb.) berhubungan
dengan subjek kalimat. Pronomina refleksif bersifat identik dengan subjek kalimat. Misalnya,
ich freue mich auf die Einladung. Saya senang sekali atas undangan itu. Pronomina refleksif
mich identik dengan subjek ich. Kedua, Reziproke Verben, yaitu verba yang menandakan
adanya hubungan timbal balik antara subjek dengan objek (biasanya verba ini diikuti oleh
pronominal seperti sich, mich dsb.)
Aspek hubungan morfologis verba terdiri atas tiga kategori. Pertama, verba asal
(ursprngliche Verben), misalnya verba fallen jatuh, fahren pergi, dan sebagainya. Kedua,

verba yang dibentuk melalui proses pengalihan dari kata lain (abgeleitete Verben), misalnya
arbeiten bekerja (Arbeit pekerjaan), hausen hidup (Haus rumah), dan sebagainya.
Ketiga, verba yang dibentuk melalui penambahan kata lain (zusammengesetzte Verben),
misalnya teil+nehmen ikut serta, rad+fahren bersepeda, dan sebagainya.
Vollverb dan Kopulaverb menuntut kehadiran komponen-komponen kalimat tertentu.
Perilaku verba seperti itu oleh Tesniere (dalam Pittner, 2001: 143) disebut valensi, yaitu verba
membuka tempat-tempat kosong yang dapat diisi oleh komponen kalimat tertentu.
Komponen- komponen kalimat yang mengisi posisi valensi sebuah verba tersebut
mempunyai fungsi sebagai pelengkap (Ergnzung) dari sebuah verba.
2. Valensi dalam Kalimat
Konstituen induk pada sebuah klausa atau kalimat adalah verba. Pada penggunaannya
dalam klausa atau kalimat, verba akan selalu diikuti oleh nomina atau frasa nominal. Penyerta
ini yang disebut dengan valensi. Menurut Bumann (2002:727), valensi adalah perilaku
sebuah leksem (misalnya verba, ajektiva, atau nomina) untuk membentuk lingkungan
sintaksisnya dan menyediakan tempat untuk konstituen lain yang dibutuhkan kalimat yang
berhubungan dengan ciri gramatikalnya.
Valensi menyediakan tempat untuk diisi oleh peserta kalimat. Jumlah dan jenis peserta
yang dibutuhkan tergantung pada perilaku verbanya. Peserta-peserta kalimat tersebut disebut
Aktanten, Ergnzungen, Mitspieler, atau Argumente. Verba dapat digolongkan menurut
kemungkinan adanya satu, dua, tiga, atau empat peserta nominal, yang dikenal dengan istilah
valensi (Pittner 2001: 44).
1) Verba bervalensi nol (0-wertige Verben)
Es regnet. (hari) hujan
Es schneit. salju
Witterungsverben (verba cuaca) seperti regnen hujan, schneien salju, donnern petir
dan sebagainya tidak membutuhkan subjek, dalam hal ini agen, dan oleh karena itu
digolongkan ke dalam verba bervalensi 0. Akan tetapi, karena tuntutan gramatikal bahwa
sebuah kalimat paling tidak memiliki sebuah subjek dan predikat, muncullah pronomina
es yang berfungsi sebagai subjek. Pronomina ini tidak mengacu pada agen tertentu.
2) Verba bervalensi satu (1-wertige Verben)
Hans schlft. Hans tidur.
Die Sonne scheint. Matahari bersinar.
Verba-verba seperti schlafen tidur, niesen bersin, aufblhen mekar, scheinen
bersina dan sebagainya membutuhkan satu pelengkap, yaitu subjek. Hans dan die Sonne
pada kalimat di atas merupakan subjek yang menjadi pelengkap verba schlafen dan

scheinen. Verba-verba tersebut tidak membutuhkan objek dan oleh karena itu
digolongkan ke dalam verba bervalensi 1.
3) Verba bervalensi dua (2-wertige Verben)
Maria isst ein Stck Brot. Maria makan sepotong roti
Bella schreibt einen Brief. Bella menulis sebuah surat
Verba-verba seperti trinken minum, essen makan, schreiben menulis dan sebagainya
seperti pada contoh di atas membutuhkan 2 pelengkap, yaitu Maria dan ein Stck Brot
pada kalimat pertama, dan Bella dan einen Brief pada kalimat kedua. Pelengkappelengkap tersebut muncul karena tuntutan verba essen dan schreiben sehingga
digolongkan ke dalam verba bervalensi 2.
4) Verba bervalensi tiga (3-wertige Verben)
Tina gibt dem Verkufer das Geld. Tina memberikan uang kepada penjual.
Seine Mutter kauft dem Kind einen T-shirt. Ibunya memberlikan anak itu sebuah kaos.
Hans stellt die Cola in den Kuhlschrank. Hans menyimpan cola di dalam lemari es.
Verba-verba seperti geben memberi, kaufen membelikan, dan stellen menyimpan
pada kalimat di atas membutuhkan 3 pelengkap. Pada kalimat pertama terdapat 3 nomina
pelengkap, yaitu subjek dan dua objek. Hal tersebut berlaku pula pada kalimat kedua.
Sementara kalimat tiga memiliki subjek, satu objek, dan satu keterangan.
5) Verba bervalensi empat (4-wertige Verben)
Die Frau bringt dem Mann das Frhstck ans Bett. Wanita itu membawakan suaminya
sarapan ke tempat tidur.
Die Firma lieferte dem Kunden das Paket ins Haus. Perusahaan itu mengirimi
pelanggannya paket ke rumah.
Verba-verba

seperti

bringen

membawa,

liefern

mengirim dan

sebagainya

membutuhkan dua pelengkap, yaitu subjek die Frau wanita dan die Firma perusahaan,
objek dem Mann suami dan dem Kunden pelanggan serta das Frhstck sarapan dan
das Paket paket. Sementara ans Bett ke tempat tidur dan ins Haus ke rumah
merupakan keterangan. Pelengkap ini muncul karena makna inheren verba bringen dan
liefern menuntut kehadiran Direktiv Ergnzung (pelengkap tujuan).
Dari beberapa contoh tersebut, dapat dipahami bahwa valensi merupakan kapasitas
sebuah verba menuntut kehadiran komponen tertentu dalam sebuah kalimat. Lebih
konkretnya adalah bagaimana verba membutuhkan pelengkap-pelengkap tertentu dalam

kalimat. Tiap verba menuntut kehadiran pelengkap-pelengkap tertentu agar terbentuk sebuah
kalimat yang utuh. Jenis dan jumlah pelengkapnya tergantung pada perilaku verbanya.
Valensi sintaksis secara umum dapat dipahami bahwa sebuah verba bukan hanya
menyediakan sejumlah tempat kosong tertentu, melainkan juga menetapkan argumenargumen dengan peran semantis tertentu. Pada verba seperti essen makan misalnya, peran
kedua argumennya jelas berbeda. Subjek yang mengacu pada argumen aktif disebut agent,
sementara objek akusatif menunjukkan argumen pasif, yang merupakan objek dari tindakan
tersebut disebut patient.
3. Peran Semantis Bahasa Jerman
Kajian semantik juga membahas bagaimana menggambarkan peran dari tiap entitas
yang terlibat dalam suatu situasi (kalimat atau ujaran).
Maria klebt das Plakat mit Klebeband. Maria menempel poster dengan selotip.
Kalimat tersebut mengidentifikasi adanya tiga entitas, yaitu Maria, das Plakat poster, dan
Klebeband selotip. Entitas tersebut berkaitan dengan aksi yang dijelaskan oleh kata kerja
kleben menempel. Entitas pada kalimat memiliki peran tertentu, antara lain Maria adalah
entitas yang bertanggung jawab untuk memulai dan melaksanakan tindakan (pelaku); das
Plakat merupakan entitas yang mengalami tindakan dan posisinya telah diubah oleh pelaku
(penderita); sementara Klebeband adalah sarana yang digunakan Maria untuk melakukan
sebuah tindakan. Peran-peran inilah yang disebut dengan peran semantik (semantic roles).
Kridalaksana (2001: 168) menjelaskan, peran adalah hubungan antara predikat dengan
sebuah nomina dalam proposisi. Sedangkan Verhaar (2012:167) berpendapat bahwa peran
merupakan segi semantis dari peserta-peserta verba.
Kearns (dalam Saeed, 2009: 153) menjelaskan ada 10 peran tematis, antara lain agent
(agen), patient (pasien), thema (tema), source (sumber), recipient (penerima), goal (sasaran),
instrument (alat), benefactive (benefaktif/penguntungan), experiencer (pengalam), dan
stimulus. Peneliti lain seperti Andrews dan Radford (dalam Saeed, 2009: 153) juga
mengusulkan daftar peran semantik yang keseluruhannya sama dengan Kearns namun tanpa
peran stimulus. Berikut ini penjelasan beberapa peran semantik yang dimiliki oleh argumen
dalam kalimat berbahasa Jerman. Daftar berikut diambil dari Saeed (2009: 153) dan juga
Bussmann (2002).
1) Agent
Agent adalah inisiator tindakan atau entitas yang melakukan tindakan atau yang
menyebabkan perubahan keadaan/peristiwa (Verursacher eines Geschehens) yang dikenal
dengan istilah pelaku.

Mama kocht. Mama memasak.


Tina liest. Tina membaca.
Mama dan Tina pada kalimat di atas merupakan argumen yang berperan sebagai Agent
karena melakukan tindakan.
2) Patient
Patient adalah peran argumen yang dikenai perlakuan atau yang digerakkan atau yang
mengalami perubahan keadaan, yang dikenal dengan penderita .
Basti schliesst das Fenster. Basti menutup jendela
Karla nht ein Kleid. Karla menjahit sebuah baju.
Pada kalimat di atas entitas yang memiliki peran Patient adalah das Fenster jendela dan
ein Kleid sebuah baju karena dikenai perlakuan yang dilakukan Agent, yaitu Basti dan
Karla.

3) Rezipient
Rezipient adalah sesuatu yang menerima tindakan.
Laura schickt dem Otto einen Brief. Laura mengirimi Otto sepucuk surat.
Peter schenkt seiner Mutter ein Auto. Peter menghadiahi ibunya sebuah mobil.
Dem Otto dan seiner Mutter pada pada kalimat (18) dan (19) mempunyai peran Rezipient
kerena menerima tindakan Eva dan Peter yang disebabkan oleh verba schicken
mengirim dan schenken menghadiahi.
4) Experiencer
Experiencer atau pengalaman merupakan entitas yang sadar akan tindakan atau keadaan
yang dijelaskan oleh predikat namun tidak bisa mengontrok tindakan atau keadaan
tersebut. Dengan kata lain, pengalam adalah yang mengalami proses secara mental atau
emosional dari suatu tindakan (Trger eines mentalen oder emotionalen Prozesses).
Romeo liet Juliette. Romeo mencintai Juliet
Ron Weasly hasst Spinnen. Ron Weasley membenci laba-laba
Eva dan dem Theaterbesucher merupakan Experiencer. Verba lieben mencintai dan
hassen membenci membuat Romeo dan Ron Weasley melibatkan emosinya sehingga
mereka menyandang peran Experiencer.
5) Stimulus
Stimulus merupakan penyebab timbulnya perasaan mental dan emosional yang dirasakan
oleh Experiencer/pengalam (Auslser eines solchen Prozesses).

Fussball interessiert Fajar. Sepak bola menarik perhatian Fajar.


Den Besuchern gefiel die Ausstellung. Para pengunjung menyukai pameran itu
Fussball dan die Ausstellung pada contoh di atas merupakan stimulus. Kedua argumen
tersebut merangsang timbulnya perasaan emosi Fajar dan den Besuchern karena
pengaruh verba interessieren menarik (perhatian) dan gefallen menyukai.
6) Instrument
Instrument adalah peran yang menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan suatu
tindakan (das Mittel, mit dem eine Aktivitt ausgefhrt wird).
Stefie frittiert den Kartoffeln mit Olivenl. Stefie menggoreng kentang dengan minyak
zaitun.
Dalam kalimat tersebut Olivenl minyak zaitun jelas menyatakan alat yang digunakan
oleh Stefie untuk menggoreng.
7) Benefaktiv (Benefizient)
Benefaktiv adalah orang yang menikmati hasil perbuatan (Nutznieer einer Handlung),
seperti pada kalimat berikut:
Lena ffnet ihm die Tr. Lena membukakan pintu untuknya.
Pada kalimat tersebut ihm merupakan benefizient karena karena ia menikmati perlakuan
verba ffnen membuka yang dilakukan oleh Lena untuknya.
8) Location
Location (Position eines Dinges) adalah peran yang menyatakan letak sesuatu, seperti
yang ditunjukkan oleh kalimat berikut.
Toba See liegt in Nord-Sumatra. Danau Toba terletak di Sumatera Utara.
Frau Steffan wohnt in Berlin. Nyonya Steffan tinggal di Berlin.
Frasa in Nord-Sumatra dan in Berlin merupakan lokasi karena menyatakan makna
tempat. Location sangat erat hubungannya dengan makna yang dikandung oleh verba
seperti liegen terletak dan wohnen tinggal yang menuntut kehadiran argumen yang
menyatakan tempat.
9) Source
Source adalah peran yang menyatakan sumber dari mana sesuatu berasal (Ausgangpunkt).
Steven Gerrard kommt aus England. Valentino Rossi berasal dari Italia.

Argumen aus Italien pada kalimat tersebut merupakan source yang menyatakan tempat
asal subjek, dalam hal ini Valentino Rossi. Argumen tersebut muncul karena tuntutan
verba kommen datang/berasal. Verba lain yang menuntut kehadiran argumen yang
menyatakan asal seperti ini antara lain adalah stammen berasal.
10) Path dan Goal
Dalam kalimat berikut ini terlihat perbedaan antara peran Path (Weg) dan Goal (Ziel
einer Bewegung).
Peter geht zur Schule durch den Stadtpark. Peter pergi ke sekolah melalui taman kota.
Path adalah peran yang menyatakan jalan atau jejak seperti durch den Stadtpark melalui
taman kota pada kalimat tersebut. Sedangkan zum Markt pasar merupakan goal, yang
menunjukkan tujuan (arah) dari suatu gerakan atau tindakan.
11) Possessor
Possessor adalah peran yang menyatakan pemilik suatu entitas (Der Besitzer einer
Entitt) seperti terlihat pada kalimat berikut.
Hans hat einen Hund. Hans mempunyai seekor anjing.
Hans merupakan subjek kalimat dan menyandang peran possessor. Argumen lain yang
harus hadir karena adanya verba haben adalah einen Hund. Peran itu tidak terlepas dari
verba yang mempunyai makna milik seperti haben dan gehren.
12) Extent
Extent adalah peran yang menyatakan jangka waktu seperti viele Jahrzehnte atau luasnya
tempat/jarak, seperti sieben Kilometer.
Er lief zehn Kilometer. Ia berlari sejauh sepuluh kilo meter.
Das Seminar dauerte vier Stunden. Seminar itu berlangsung selama empat jam.
Zehn Kilometer sepuluh kilometer pada contoh kalimat di atas menunjukkan jarak dan
vier Stunden empat jam menyatakan jangka waktu yang disebabkan oleh verba laufen
berlari dan dauern berlangsung. Oleh karena itu kedua argumen tersebut menyandang
peran Extent.
Dari paparan tersebut, dapat dipahami bahwa peran semantis adalah makna argument
yang ditimbulkan oleh verba sehingga makna itu berakar pada verba. Agar lebih jelas, berikut
dipaparkan beberapa contoh kalimat yang mengandung berbagai argumen dengan peran-

peran yang telah dibahas, yaitu Agent (AG), Patient (PAT), Instrument (INST), Experiencer
(EXP), Recipient (REC), Benefaktiv (BEN), Lokation (LOC), Source (SOURCE), Path
(PATH), Goal (GOAL), Possesor (POSS), dan Extent (EXT). Teks berikut diambil dari buku
cerita Pippi plndert den Weihnachtsbaum karya Astrid Lindgren.
a) An die Tr des Rathauses (LOC) hatte jemand (AG) ein groes Plakat (PAT) angenagelt.
Di pintu balai kota itu seseorang telah memaku sebuah poster besar.
Frasa nominal an die Tr des Rathauses memiliki peran location, sementara subjek
jemand bertindak sebagai agent berkaitan dengan aktifitas annageln memaku, dan pada
akhirnya memberikan tindakan kepada patient yaitu ein grosses Plakat sebuah poster
besar.
b) Viel Schnee (EXP) war whrend der Weihnachtsferien gefallen.
Banyak salu turun selama liburan natal.
Subjek viel Schnee banyak salju berperan sebagai experiencer atau pengalam bukan
sebagai agent atau penindak karena salju adalah entitas tidak bernyawa dan tindakan yang
dilakukan oleh entitas tersebut bukan karena kehendak sendiri.
c) Kein Licht (PAT) leuchtete in den Fenster der Villa Kunterbunt (LOC).
Tidak ada cahaya bersinar di jendela-jendela vila Kunterbunt.
Nomina kein Licht berperan sebagai patient bukan penindak, karena entitas tersebut tidak
melakukan aktivitas dengan sendirinya, yaitu leuchten bersinar namun ada penindak lain
yang menyalakannya. Sehingga dalam hal ini nomina kein Licht hanya bertindak sebagai
pasien.
d) Dort (LOC) hingen eine Menge Pakete (PAT).
Di sana tergantung banyak bingkisan.
Subjek eine Menge Pakete juga berperan sebagai patien karena konstruksi kalimat pasif
dan nomina tersebut mengalami tindakan oleh entitas lain yang tidak disebutkan.
e) Pippi (AG) lief in die Villa Kunterbunt (GOAL).
Pippi berlari ke dalam vila Kunterbunt.
Subjek Pippi memilik peran agent yang secara aktif melakukan kegiatan yaitu laufen atau
lari. Sementara frasa nomina in die Villa Kunterbunt berperan sebagai goal yang
menunjukkan arah dari suatu tindakan atau peristiwa.

KESIMPULAN
Dari paparan tersebut terlihat jelas bahwa argumen hadir karena tuntutan verba. Tiap
verba menuntut kehadiran argumen tertentu agar terbentuk sebuah kalimat yang utuh. Jenis
dan jumlah argumennya tergantung pada perilaku verbanya. Valensi sintaksis secara umum
dapat dipahami bahwa sebuah verba tidak hanya menyediakan sejumlah tempat kosong
tertentu, melainkan juga menetapkan argumen-argumen dengan peran semantic tertentu.

Tidak semua subjek menyandang peran sebagai agent, begitu pula dengan objek, tidak
selalu menyandang peran patient. Meskipun sama-sama mem-punyai fungsi sebagai objek
datif atau aku-satif, perannya sangat mungkin berbeda. Nomina atau frasa nominal yang
menya-takan tempat tidak selalu berperan lokatif, tetapi juga dapat berperan sebagai goal,
source atau path.

DAFTAR RUJUKAN
Bumann, Hadumod. 2002. Lexikon der Sprachwissenschaft. Stuttgart: Krner Verlag.
Droswdowski, Gnter. 1995. Grammatik der deutschen Gegenwartsprache. Duden Band 4.
Mannheim: Duden Verlag.
Helbig, Gerald & Joachim Buscha. 2005. Deutsche Grammatik. Berlin: Langenscheidt.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lindgren, Astrid. 1997. Pippi plndert den Weihnachtsbaum. Hamburg: Friedrich Oetinger
Verlag.
Pittner, Karin & Judith Bergman. 2001. Deutsche Syntax, Tbingen: Gunter Narr Verlag.
Saeed, John L. 2009. Semantics third edition. Oxford: Wiley Blackwell
Verhaar, J.W.M. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai