Anda di halaman 1dari 7

PROSA FIKSI DAN DRAMA SEBAGAI KARYA SASTRA

Mata Kuliah: Apresiasi Prosa dan Drama


Dosen Pengampu: Dr. Asis Nojeng, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

APRIANTI MEGA RESKY (210501502075)


WANDA ARIANA IRWAN (210501502077)

ANDI RUPIANI (210501502079)

SRI WAHYUNI (2101502080)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang-lambang bunyi
yang dihasilkan oleh tuturan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti menggunakan
bahasa untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikirannya kepada orang lain. Dalam
transmisinya, manusia melalui beberapa proses, mulai dari pemikiran hingga bahasa yang
diekspresikan. Proses ini meliputi pemerolehan bahasa, pemrosesan bahasa di otak, berbicara,
dll. Dari segi psikologis, bahasa sangat erat kaitannya dengan keadaan psikologis seseorang. Ini
akan menjadi bahasa yang sama sekali berbeda yang digunakan oleh orang bahagia dengan orang
marah atau sedih, orang sakit dengan orang sehat, orang lelah dan orang sehat, yang pasti akan
berbeda.
Proses pengucapan merupakan perwujudan dari proses penyajian dan kemudian
dipikirkan secara utuh dalam otak manusia. Selain itu, hal ini tampak dalam bentuk bunyi-
bunyian yang akan dimengerti oleh narasumber tertentu (Darjowidjojo, 2005: 49). Terkadang
orang tidak menyadari bahwa ucapan, yang tampak seperti suara yang merambat di udara,
sebenarnya merupakan proses yang rumit. Pada dasarnya, tuturan adalah bunyi murni (tuturan)
yang berasal langsung dari pembicara. Dengan demikian, pernyataan dapat berupa kata, kalimat
atau gagasan yang keluar dari mulut manusia dan memiliki arti. Kehadiran pernyataan ini akan
mengungkap makna sintaksis, semantik, dan pragmatis.
Persepsi tuturan menurut Glasen (1998: 108) adalah proses penyusunan ujaran. Persepsi
ucapan melibatkan tiga proses yang melibatkan mendengar, menangkap, dan memahami semua
suara yang dihasilkan oleh pembicara. Perpaduan ciri-ciri tersebut (koherensi) merupakan fungsi
utama persepsi bahasa. Persepsi ucapan tidak hanya melibatkan fonetik dan fonologi ucapan
yang akan dipahami, tetapi juga aspek sintaksis dan semantik dari pesan yang diucapkan.
Pakar psikolinguistik menyajikan model-model teoretis yang dapat menjelaskan
bagaimana manusia mempersepsikan bunyi untuk membentuk pemahaman bahasa. Artikel ini
akan menjelaskan beberapa hal mengenai; 1) ikhtisar jejak fonologi dan neurofisiologis yang
berkaitan dengan persepsi wicara dan 2) pola persepsi wicara.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan presepsi ujaran model Neurocomputational?
2. Apakah yang dimaksud dengan presepsi ujaran model Dual Stream Model?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu model presepsi Neurocomputational.
2. Untuk mengetahui ap aitu model presepsi Dual Stream Model.
PEMBAHASAN
A. Persepsi Terhadap Ujaran
Pidato adalah suara pembicara yang murni (berbicara). Jadi, ujaran adalah sesuatu
yang berupa kata, kalimat, gagasan yang keluar dari mulut manusia dan mempunyai
arti. Melalui pengucapan ini akan muncul makna sintaksis, semantik, dan pragmatis.
Pada saat yang sama, persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan
menafsirkan persepsi mereka untuk memahami lingkungannya. Persepsi ucapan tidak
mudah dilakukan oleh manusia karena ucapan merupakan tindakan verbal yang
mengalir tanpa batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata lainnya.
Ketika seseorang berbicara atau bernyanyi, indra pendengaran kita dapat
membedakan ciri-ciri suara yang satu dengan yang lainnya. Indera pendengaran
mampu menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan konsonan yang
membentuk tuturan, irama tuturan, dan nada tuturan yang dihasilkan oleh penutur.
Seorang pelaku eksperimen pada media elektronik dituntut memiliki kepekaan dalam
persepsi bunyi bahasa yang dihasilkan oleh calon program. Itu harus dapat mencapai
akurasi vokal dan konsonan. Selain itu, ia harus mampu menangkap nada, tekanan
dan nada calon pada saat upacara. Dibutuhkan seorang komentator dari acara
kompetisi menyanyi di televisi populer untuk menangkap ketepatan nada yang
dihasilkan oleh penyanyi tersebut. Persepsi bunyi lidah yang dihasilkan oleh alat
vokal diklasifikasikan menjadi dua, yaitu.
1. Persepsi bunyi berupa blok bangunan yaitu vokal dan konsonan.
2. Persepsi suara sebagai kecepatan, intensitas, tekanan, dan tinggi nada.
Namun demikian, manusia tetap dapat mempersepsi bunyi bahasa dengan baik,
yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Menurut (Clack & Clark, 1977), ada tiga
tahapan dalam pemrosesan persepsi suara, yaitu.
Tingkat mendengarkan
Pada titik ini, orang mendapatkan pidato sepotong demi sepotong. Pengucapan ini
kemudian dihitung menurut ciri fonetisnya. Istilah-istilah seperti titik artikulasi,
mode artikulasi, kekhasan, dan VOT sangat berguna di sini karena membedakan satu
bunyi dengan bunyi lainnya. menyimpan suara ucapan kami dalam memori
pendengaran.
B. Tahap Fonetik
Bunyi-bunyi itu kemudian kita identifikasi. Dalam proses mental kita, misalnya
apakah bunyi tersebut [+konsonantal], [+vois], [+nasal], dst. Begitu pula lingkungan
bunyi itu apakah bunyi tadi diikuti oleh vokal atau oleh konsonan. Kalau oleh vokal,
vokal macam apa vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal rendah, dsb.
Seandainya ujaran itu adalah Bukan nangka , maka mental kita menganalisis bunyi /b/
terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa yang kita dengar itu dengan
memperhatikan hal-hal seperti titik artikulasi, cara artikulasi, dan fitur distingtifnya.
Kemudian VOTnya juga diperhatikan karena VOT inilah yang akan menetukan kapan
getaran pada pita suara itu terjadi.
C. Tahap Fonologis
Pada titik ini, kita secara mental menerapkan aturan fonologis pada urutan bunyi
yang kita dengar untuk menentukan apakah bunyi tersebut mengikuti aturan fonologis
bahasa kita. Dalam bahasa Inggris, bunyi /h/ tidak dapat dimulai dengan suku kata.
Oleh karena itu, penutur bahasa Inggris pasti tidak akan menggabungkannya dengan
vokal. Jika ada urutan suara ini dengan suara berikutnya, pasti akan menempatkan
suara ini dengan suara di depannya, bukan di belakangnya. Dengan demikian
rangkaian bunyi /b/, /Ə/, /h/, /i/ dan /s/ pasti dipersepsi sebagai beng dan er, tidak
mungkin menjadi dan ngis.
Model ini diusulkan oleh Kroger et al. (2009). Mereka berpendapat bahwa model
persepsi ucapan didasarkan pada fakta neurofisiologis dan neuropsikologis. Mereka
membuat model jalur saraf mana di berbagai wilayah otak yang terlibat dalam
ucapan, khususnya saat ucapan diproduksi dan dirasakan. Dengan menggunakan
model ini, wilayah otak yang terlibat dalam pengenalan ucapan diperoleh dengan
melatih jaringan saraf untuk mendeteksi suara di wilayah serebral dan subkortikal
otak. Melalui penelitian mereka, Kroger dan rekan-rekannya menentukan bahwa
model neurokomputasi memiliki kemampuan untuk menyematkan fitur di daerah otak
yang penting dalam produksi ucapan dan proses persepsi ucapan untuk mencapai
pemahaman ucapan.

1. Neurocomputational Model
Model ini berbeda dari model yang dibahas sebelumnya sehubungan dengan
persepsi ucapan. Hickok dan Poeppel (2000) mengembangkan model ini untuk
menunjukkan bahwa persepsi ucapan tidak hanya melibatkan persepsi bahasa lisan, tetapi
juga sangat bergantung pada produksi bahasa. Model ini sangat mencerminkan temuan
Liberman dan rekan-rekannya dalam karya mereka tentang kinetika. Kedua model ini
menunjukkan bahwa persepsi ucapan adalah hasil dari produksi ucapan dan bagaimana
kata-kata diambil. Huang, dkk. (2001) menunjukkan bahwa ada beberapa daerah otak
yang sama yang diaktifkan untuk memproduksi dan memahami bahasa secara bersamaan.
Model neurokomputasi adalah salah satu dari banyak model yang memetakan jalur otak
untuk menghasilkan ucapan. Neurocomputational adalah model kompleks pemrosesan
ucapan yang terdiri dari komponen kognitif, motorik, dan sensorik.
Bagian kognitif atau linguistik terdiri dari aktivasi saraf atau pembentukan fonem
pada sisi produksi ucapan serta aktivasi saraf pada sisi persepsi ucapan. Komponen
motorik dimulai dengan penyajian fonem ucapan, mengaktifkan bidang motorik, dan
diakhiri dengan penyajian beberapa aspek ucapan. Komponen sensorik dimulai dengan
sinyal akustik (sinyal akustik), membentuk representasi akustik untuk sinyal ini dan
mengaktifkan sinyal akustik untuk komponen suara.
Pendekatan terkemuka dalam neurocomputational adalah model DIVA
dikembangkan oleh Frank H. Guenther dan kelompoknya di Universitas Boston
(en.wikipedia.org). Model tersebut memperhitungkan berbagai macam data fonetis dan
gambaran sistem saraf tapi bersifat spekulatif.
Bunyi ujaran - diasumsikan terletak di bagian inferior dan posterior daerah Broca
(kiri frontal operkulum) - mewakili sistem fonologi bahasa tertentu unit ujaran (suara,
suku kata, kata, frase pendek). Setiap unit ujaran (terutama suku kata, misalnya suku kata
dan kata "palm" /pam/, suku kata /pa /, / ta /, / ka /, ...) diwakili oleh sel model spesifik
dalam peta bunyi ujaran. Setiap model sel sesuai dengan populasi kecil neuron yang
terletak dalam jarak dekat dan yang terhubungkan secara bersama-sama.

2. Dual Stream Model


Model aliran ganda, dikemukakan oleh Hickok dan Poeppel (2007). Model ini
disebut aliran ganda karena menunjukkan bahwa ada dua jaringan saraf fungsional
berbeda yang terlibat dalam pemrosesan informasi ucapan dan bahasa. Jaringan saraf
terutama tentang informasi sensorik dan fonologi tentang informasi konseptual dan
semantik. Jaringan lain memproses informasi sensorik dan akustik yang terkait dengan
sistem motorik dan artikular. Pada model Dual Stream, beberapa faktor yang harus
diperhatikan yaitu; aspek kunci dari pidato, produksi dan persepsi. Belahan kiri otak
manusia memproses informasi, tetapi seperti yang ditemukan oleh Hickok dan Poeppel
(2007), belahan kiri juga mampu merepresentasikan informasi pendengaran dengan cara
yang sama seperti belahan kanan. Dengan demikian, teori model aliran ganda dianggap
unik dan masuk akal sebagai model persepsi ucapan.
Model aliran ganda harus mengasumsikan bahwa
1. kita menerima representasi sensorik/fonologis dengan sistem konseptual dan motorik,
dan
2. bahwa sistem konseptual dan motorik ucapan tidak sama, yang berarti harus ada dua
aliran pemrosesan. Perawatan pertama mengarah pada sistem konseptual, yang kedua
mengarah pada sistem motorik.
PENUTUP
Kesimpulan
Persepsi ucapan tidak mudah dilakukan oleh manusia karena ucapan merupakan tindakan
verbal yang mengalir tanpa batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata lainnya. Persepsi
kata juga tidak sesederhana yang kita pikirkan, karena ada proses atau tahapan bagaimana
persepsi kata itu terjadi. Melalui langkah-langkah tersebut, kita sebagai pendengar dapat
mengartikan suara pembicara dan memahaminya dengan benar dan sesuai dengan maksud
pembicara.
Persepsi ujaran memiliki beberapa model, dimana pada setiap model terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan pemahaman kata, seperti kondisi lingkungan, keadaan
psikologis pembicara dan juga keterampilan berbahasa pendengar atau orang yang memberikan
persepsi. Masalah utama dalam menentukan model persepsi wicara adalah menentukan model
persepsi yang tepat dari proses persepsi wicara.
Model neurocomputation aladalah salah satu dari beberapa model yang memetakan
jalur kerja di otak dalam memproduksi ujaran. Neurocomputational merupakan model
pengolahan ujaran yang kompleks yang terdiri dari bagian kognitif, motorik dan sensoris.
Dalam Dual Stream Modelada beberapa aspek yang diperhatikan yaitu; kunci dari
ujaran, produksi dan persepsi. Belahan kiri otak manusia berurusan dengan informasi,
tetapi sebagai Hickok & Poeppel (2007) menemukan bahwa belahan otak kiri ini juga
mampu mewakili informasi akustik sama mudahnya seperti belahan kanan. Dengan
demikian teori Dual Stream Model dikatakan unik dan masuk akal sebagai model untuk
persepsi ujaran.
DAFTAR PUSTAKA
Field, John. 2003. Psycholinguistics. USA: Routledge.
Gleason, Jean. Berko dan Nan Bernstein Rartner, eds. 1998. Edisi Kedua.
Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace College Publishers.
Goldstone, L. (1994). Influences of categorization on perceptual discrimination. Journal
of Experimental Psychology 123 178–200 (en.wikiversity.org diunduh pada tanggal 4 Oktober
2013)
Goldinger, S. (1996). Words and Voices: Episodic Traces in Spoken Word Identification
and Recognition Memory. Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory and
Cognition 22(5) 1166-1183 (en.wikiversity.org diunduh pada tanggal 4 Oktober 2013)
Goldinger, S. (1998). Echo of Echoes? An Episodic Theory of Lexical Access.
Psychological review 105(2) 251-279 (en.wikiversity.org diunduh pada tanggal 4 Oktober 2013)
Hickok & Poeppel (2000). Towards a Functional Neuroanatomy of Speech Perception.
Trends in Cognitive Science 4 131–138 (en.wikiversity.org diunduh pada tanggal 4 Oktober
2013)

Anda mungkin juga menyukai