Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF BAHASA DAN SASTRA


(SAVI, VAK, AIR, TAI, TTW, TS-TS, CORE, SQ3R, SQ4R, dan MID)
Mata kuliah: Keterampilan Dasar Mengajar
Dosen Pengampu: Dr.Hj. Sulastriningsih Djumingin, M. Hum.

DiSUSUN OLEH:
KELOMPOK IV

1. Wa Herni (210501501065)
2. Aprianti Mega Rezky (210501502075)
3. Uli Ayu Sudarni (210501502069)
4. Suciatmi Ramadhani (210501501075)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah Swt, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi nikmat kesehatan serta kesempatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Strategi Pembelajaran Inovatif
Bahasa dan Sastra”. Makalah ini kami buat sebagai tugas kelompok mata kuliah
keterampilan dasar mengajar yang diberikan oleh Dr.Hj. Sulastriningsih Djumingin, M.
Hum.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan melalui kerja sama yang baik
sehingga kami dapat menyelesaikannya. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi
ilmu dan pengetahuan kepada siapa pun yang membacanya. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan dari segi penyusunan kalimat maupun tata
bahasanya. Dengan segala tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari Dr.Hj.
Sulastriningsih Djumingin, M. Hum. serta teman-teman yang lain.

Segala bentuk kritik dan saran sangat dibutuhkan dari berbagai pihak dalam
pembuatan makalah ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami ucapkan
banyak terima kasih yang tidak akan terhingga kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga amal dan kebaikannya dilipatgandakan
dan dibalas oleh Allah Swt.

Makassar, 8 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6


A. Strategi SAVI ...................................................................................................... 6
B. Strategi VAK....................................................................................................... 8
C. Strategi AIR ........................................................................................................ 9
D. Strategi TAI......................................................................................................... 11
E. Strategi TTW....................................................................................................... 12
F. Strategi TS-TS..................................................................................................... 13
G. Strategi CORE ..................................................................................................... 15
H. Strategi SQ3R...................................................................................................... 16
I. Strategi SQ4R...................................................................................................... 17
J. Strategi MID........................................................................................................ 18

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 20


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterlibatan antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan


tentunya membutuhkan sebuah strategi. Salah satunya yaitu strategi pembelajaran
inovatif yang menyenangkan dan memerhatikan proses pembelajaran yang baru.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan cara yang baru secara tidak
langsung memberi kebebasan berpikir seluas-luasnya, tanpa adanya rasa beban takut
salah pada peserta didik. Kebebasan berpikir dalam pembelajaran yang demikian sangat
kondusif untuk melatih berpikir kreatif dan imajinatif.
Sederhananya, pendidikan di Indonesia masih berkutat pada aspek formalitas yang
bersifat mekanistik. Selain itu, tampaknya pendidikan di Indonesia masih
mengedepankan teoritis yang cenderung membuat bosan peserta didik tanpa
adanya suatu praktik atau aplikasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, melalui strategi
pembelajaran inovatif diharapkan dapat membantu peserta didik memahami materi
dengan mudah, menarik, menyenangkan dan mampu menumbuhkan ide-ide baru
dengan kreatifitas masing-masing peserta didik. Selain itu, strategi pembelajaran
inovatif yang ditambah dengan praktik juga diharapkan bisa mencetak peserta didik
yang bertanggung jawab dan dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Seorang guru yang menyampaikan pengajaran dengan strategi yang baik dan
inovatif, akan menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan juga meningkatkan
keterampilan peserta didik. Suatu materi pembelajaran jika diajarkan oleh guru
yang berbeda akan dirasakan oleh siswa dengan rasa yang berbeda pula. Jika siswa
ditanya kenapa guru tertentu banyak disenangi oleh siswa, dapat ditebak bahwa
jawabannya akan berkisar pada cara mengajarnya yang menarik. Ilustrasi di atas
sebenarnya menggambarkan arti pentingnya strategi dalam melaksanakan suatu
pembelajaran. Untuk itu perlu adanya pemahaman terkait strategi pembelajaran inovatif
yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya pada
tingkat pendidikan.

4
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :


1. Apa itu strategi SAVI ?
2. Apa itu strategi VAK?
3. Apa itu strategi AIR ?
4. Apa itu strategi TAI ?
5. Apa itu strategi TTW ?
6. Apa itu strategi TS-TS ?
7. Apa itu strategi CORE?
8. Apa itu strategi SQ3R ?
9. Apa itu strategi SQ4R ?
10. Apa itu strategi MID ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab semua pertanyaan


yang terdapat pada rumusan masalah. Adapun tujuannya, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi SAVI.
2. Untuk mengetahui pengertian dari strategi VAK.
3. Untuk mengetahui pengertian dari strategi AIR.
4. Untuk mengetahui pengertian dari strategi TAI.
5. Untuk mengetahui pengertian dari strategi TTW.
6. Untuk mengetahui pengertian dari strategi TS-TS.
7. Untuk mengetahui pengertian dari strategi CORE.
8. Untuk mengetahui pengertian dari strategi SQ3R
9. Untuk mengetahui pengertian dari strategi SQ4R.
10. Untuk mengetahui pengertian dari strategi MID.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy)


1. Pengertian Pembelajaran SAVI

Istilah SAVI sendiri adalah singakatan dari Somatic, Auditory, Visualization,


Intellectualy. Somatic yang bermakna gerakan tubuh (aktivitas fisik) di mana
belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar
haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, argumentasi, dan
menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata
melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan alat
dan media; Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir, belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Djumingin, S.
(2011)). Dapat dikatakan keempat unsur ini harus ada dalam satu peristiwa
pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal.
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar
yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan
menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda (Alfian, 2016).
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa (Djumingin, S. (2011)).
Pembelajaran SAVI merupakan gaya belajar yang menggabungkan aktivitas
intelektual dengan gerakan fisik, yang berarti bahwa hampir semua indra dilibatkan
untuk membantu siswa melatih cara berpikir yang logis, aktif, kreatif, cepat dan akurat.
Siswa tidak hanya harus menjawab soal latihan dan hanya mendengarkan penjelasan
materi dari guru, tetapi siswa dapat menggabungkan keterampilan otak kiri dan kanan
(Siregar, H. H., & dkk (2021)).

2. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran SAVI

Menurut Cantona & Sudarma (2020) ada beberapa tahap dari pembelajaran SAVI.
Tahapan tersebut tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatiahan dan tahap
penampilan hasil dengan unsur-unsur Somatic, Auditory, Visualitation, Intelektually pada
beberapa tahapannya.

6
a. Pada tahapan persiapan
Guru meminta siswa untuk mempersiapkan alat-alat pembelajaran sehingga pada
proses pembelajaran siswa benar-benar siap dalam mengikuti proses pembelajaran
yang diberikan oleh guru. Sambil mempersiapkan sarana pembelajaran guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang siswa untuk
berpikirdan membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa termotivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran maupun materi yang akan dipelajari.
Pertanyaan-petanyaan yang diajukan menyangkut pengalaman siswa dan hal-hal
yang relevan dan tidak membuat siswa memiliki perasaan negative terhadap proses
pembelajaran.

b. Tahap penyampaian
Guru memberikan inti dari materi yang akan dibahas dengan bertanya jawab
kepada siswa (visual dan auditori). Penyampaian materi yang dilakukan
dengan tanya jawab akan mampu melatih kemampuan kognitif yang dimiliki oleh
siswa. Proses tanya jawab akan membuat siswa menggali pengetahuan dan mencari
informasi atau sumber-sumber untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang didapat oleh siswa
akan sangat bermakna,hal tersebut juga akan membuat siswa tidak pasif
menerima informasi dari guru.

c. Tahap pelatihan
Siswa diberikan beberapa pertanyaan yang akan membuat siswa untuk terlatih
menemukan konsep baru dengan cara yang menarik. Selain itu pelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran akan melatih siswa untuk menemukan konsep baru secara individu.
Pada tahap ini siswa melakukan unsur Intelectualy dan Somatic yang
diartikan dengan suatu proses pembelajaran yang siswa lakukan dengan cara
menghubungkan pengalaman, fisik, emosional, dan intiuitif tubuh.

d. Tahap Penampilan hasil


Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berani berpendapat dan percaya
diri dalam presentasi atau maju ke depan kelas. Dalam tahap ini guru juga
dapat membimbing siswa untuk belajar menyimpulkan apa yang telah mereka
pelajari.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran SAVI


Setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
Alfian, (2016) kelebihan dari strategi pembelajaran SAVI, yaitu membangkitkan
kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik
dengan aktivitas intelektual, didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan,
menarik, sehingga siswa tidak mudah lupa karena semua proses pembelajaran tersebut
melekat pada diri mereka, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan

7
kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, siswa akan
termotivasi untuk belajar

8
lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa mengemukakan pendapat, bertanya,
maupun menjawab, dan kelebihan yang sangat kuat adalah merupakan variasi yang
cocok untuk semua gaya belajar.

Dari kelebihan pembelajaran SAVI juga terdapat beberapa kekuranngan yaitu


strategi ini menuntut adanya guru, yang kreatif, inovatif, sehingga harus dapat
memadukan keempat unsur secara utuh, memerlukan sarana prasarana pembelajaran
yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan terutama untuk media
pembelajaran. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah (Alfian,
2016)

B. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)


1. Pengertian Pembelajaran VAK
Strategi pembelajaran VAK merupakan strategi pembelajaran yang memberikan
kesempatan seluas mungkin bagi siswa untuk belajar dengan gaya belajar yang
diminatinya sehingga siswa dapat mengeluarkan potensi terbaiknya ketika belajar baik
dengan menggunakan gaya belajar audio, visual, maupun kinestetik (Nurdiansyah&
Purwanto (2019)). Pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif
dengan memerhatikan ketiga hal tersebut, dengan kata lain memanfaatkan potensi siswa
yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya (Djumingin, S. (2011)).

2. Kelebihan dan Kelemahan


Menurut Riana, A. (2018) Pembelajaran VAK memiliki kelebihan, di antarannya :

1) Pembelajaran akan lebih efektif karena mengkombinasikan ketiga gaya


belajar.
2) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi
masing-masing.
3) Memberikan pengalaman langsung kepada
siswa.
4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu
konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi
aktif.
5) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran
siswa.

Adapun kelemahan dari pembelajaran VAK, yaitu tidak banyak orang mampu
mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut, sehingga orang yang hanya mampu
menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika
menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar
yang didominasi.

9
C. AIR (Auditory, Intelectually and Repetition)
1. Pengertian Pembelajaran AIR
Pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga aspek, yaitu Auditory,
Intelectuall, and Repetition. Auditory yaitu belajar dengan mendengar, Intelectually yaitu
belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah, Repetition yaitu pengulangan
agar melajar lebih efektif. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam
belajar dengan cara mendengarkan, menyimak berbicara, persentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intectual berpikir yang berarti bahwa
kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan
masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan,
agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas. siswa perlu dilatih melalui pengerjaan
soal pemberian tugas atau kuis (Purniawati, S. (2013)).

a. Auditory
Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan
cara menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan
menanggapi. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena
tidak mungkin informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima
dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar.
Guru diharapkan bisa memberikan bimbingan pada siswa agar pemanfaatan indera
telinga dapat berkembang secara optimal sehinga interkoneksi antara telinga dan otak
bisa dimanfaatkan secara maksimal (Purniawati, S. (2013)).

b. Intelectually
Intellectually berarti belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah.
Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta memecahkan
masalah, mengkonstruksi dan menerapkan (Purniawati, S. (2013)).

c. Repetition
Dalam proses belajar, ada sejumlah informasi atau materi pelajaran yang
diharapkan tersimpan didalam memori otak. Pada kenyatannya, hal-hal yang telah
dipelajari sulit sekali dimunculkan bahkan tidak dapat direproduksikan lagi dari daya
ingat kita. Peristiwa inilah yang disebut lupa.Pengulangan tidak berarti
dilakukan dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam
bentuk informasi yang dimodifikasi. Dalam memberi pengulangan, agar pemahaman
siswa lebih mendalam dan lebih luas guru dapat memberikan soal, tugas atau kuis.
Dengan diberikan soal dan tugas. siswa akan terbiasa menyelesaikan persoalan-
persoalan matematika. Sedangkan dengan pemberian kuis siswa akan senantiasa
siap dalam menghadapi tes ujian (Purniawati, S. (2013)).

2. Langkah-langkah Pembelajaran AIR


Langkah-langkah Pembelajaran AIR
yaitu: a) Tahap Auditory
Kegiatan guru:
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil.
2) Guru memberi LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok.

1
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenaisoal LKS
yang kurang dipahami.
Kegiatan Siswa:
1) Siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk oleh guru.
2) Siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara
kelompok.

b) Tahap Intelectually
Kegiatan Guru:
1) Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan
dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS.
2) Guru memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya.
3) Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan
dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS.
Kegiatan Siswa:
1) Siswa mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati
contoh- contoh soal yang telah diberikan.
2) Siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah
selesai mereka kerjakan.
3) Siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya,
sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan menjawab
dan mempertahankan hasil kerjanya.

c) Tahap Repretition
Kegiatan guru:
1) Memberikan latihan soal individu kepada siswa.
2) Dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang
materi yang telah dibahas.
Kegiatan siswa:
1) Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara individu.
2) Siswa menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR
dapat meningkatkan kemampuan aktivitas siswa untuk bersosialisasi serta
siswa mempunyai kesempatan untuk saling menghargai perbedaan pendapat
dalam kelompok.

1
D. TAI (Team Assisted Individualization)
1. Pengertian Pembelajaran TAI
TAI singkatan dari Team Assisted Individualization (TAI) memiliki dasar pemikiran
yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan
kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Dalam pembelajaran TAI, siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan
selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang
memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok diharapkan para siswa dapat
meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi
(Widyaningsih, 2017).
Tipe ini mengkombinasikan keunggulan model pembelajaran kooperatif dan model
pembelajaran individual, model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada model pembelajaran TAI ini
adalah: setiap siswa secara individual belajar model pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok
untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Menurut Riswanto, A. (2016) model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini memiliki
8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
2) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata
nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3) Curriculum materials yaitu materi yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan
kurikulum yang ada.
4) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkan. Para siswa mengerjakan unit – unit mereka dalam kelompok mereka
atau dengan kata lain siswa diberikan untuk mengerjakan soal secara individu
terlebih dahulu kemudian setelah itu mendiskusikan hasilnya dengan kelompok
masing – masing.
5) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil
secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam
menyelesaikan tugas.
6) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
7) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

2. Langkah-langkah Pembelajaran TAI


1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

1
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.

1
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang
dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,budaya, suku yang
berbeda serta kesetaraan jender.
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu
kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

E. TTW (Think Talk Write)


1. Pengertian Pembelajaran TTW
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan model pembelajaran
kooperatif yang dimulai dari alur berpikir (think) melalui kegiatan membaca, berbicara
(talk) melalui kegiatan diskusi, bertukar pendapat dan presentasi dan menulis (write)
melalui kegiatan menuliskan hasil diskusinya. Teknik ini pada dasarnya dibangun
melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur TTW dimulai dari keterlibatan siswa
dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis.
Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen antara
3-5 orang siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil,
menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman, kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan (Kuswari, U. (2011)).

2. Prosedur Pembelajaran Menggunakan Think Talk Write (TTW)


a) Think (Berpikir)
Aktivitas berpikir siswa dapat terlihat dari proses membaca suatu teks soal,
kemudian membuat catatan kecil dari apa yang telah dibaca. Catatan siswa
tersebut dibuat dengan bahasanya sendiri, berupa apa yang diketahui, dan tidak
diketahui dari teks soal, serta bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah.
Menurut Kuswari, U. (2011) belajar rutin membuat/ menulis catatan setelah
membaca, dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah
membaca. Membuat catatan dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan
meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
b) Talk (Berbicara)
Para siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang
mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap think
kepada teman-teman diskusi sekelompoknya yaitu dengan membahas hal-hal
yang diketahui dan tidak diketahuinya. Pemahaman dibangun melalui
interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapatmenghasilkan solusi atas
masalah yang ada dalam LKS. Selain itu dalam tahap ini siswa memungkinkan
untuk terampil

1
berbicara. Diskusi yang terjadi pada tahap talk ini merupakan sarana untuk
mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa.
c) Write (Menulis)
Tahap yang terakhir adalah write, siswa menuliskan hasil diskusi pada Lembar
Kerja Siswa (LKS). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena
setelah berdiskusi atau berdialog antarteman, kemudian siswa
mengungkapkannya ke dalam bentuk tulisan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Think Talk Write (TTW)
menurut Kuswari, U. (2011) adalah sebagai berikut :
a) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa
serta petunjuk pelaksanaannya.
b) Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil berupa halhal yang diketahui
dan tidak diketahuinya (think).
c) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas
sisi catatan kecil (talk).
d) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman ke
dalam tulisan argumentasi (write).

F. TS-TS (Two Stay-Two Stray)


1. Pengertian Pembelajaran TS-TS
Pembelajaran TS-TS dikembangkan Spencer Kagan, dimana pembelajaran ini
dirancang secara berkelompok secara heterogen terdiri dari empat orang yang
bertujuan untuk meningkatkan potensi diri, mampu bertanggung jawab terhadap
persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran. Model Pembelajaran TS-TS adalah
dua orang siswa tinggal di kelompok yang bertugas memberikan informasi kepada
tamu dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain bertugas mencatat hasil diskusi
kelompok yang dikunjunginya. Pembelajaran TS-TS menekankan pada siswa untuk
saling bekerja sama untuk mengembangakan pengetahuan untuk saling membelajarkan
sehingga semua siswa yang terlibat menjadi anggota kelompok menjadi aktif selama
proses pembelajaran berlangsung dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa
(Lisdiana, A. (2019)).
Pembelajaran TS-TS merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa.
Tujuan model pemebelajaran ini adalah agar siswa saling beker ja sama,
saling bertanggung jawab, saling membantu satu sama lain dan memotivasi.
Model pembelajaran ini juga melatih siswa untuk dapat bersosialisasi dengan baik.

1
2. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran TS-TS
Menurut Lisdiana, A. (2019) adapun langkah-langkah pembelajaran TS-TS
sebagai berikut :
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen yang terdiri dari
empat siswa. Tujuannya yaitu untuk saling mendukung dan saling membelajarakan.
b) Pendidik membagi setiap kelompok dengan sub pokok bahasan untuk
diselesaikan bersama kelompoknya masing-masing.
c) Siswa dalam kelompok yang berjumlah empat orang saling bekerja sama dengan
gtujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif
dalam proses berfikir mrnyelesaikan permasalah yang diberikan guru.
d) Setelah kelompok selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok
meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
e) Dua orang yang tinggal di kelompoknya bertugas untuk membagikan hasil kerja
dan informasi yang mereka dapatkan ke tamu mereka.
f) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya masing-masing dan melaporkan
hasil temuan mereka dari kelompok lain.
g) Kelompok mencocokkan dan membahas kembali hasil-hasil kerja mereka.
h) Masing-masing kelompok mengkomunikasikan/mempersentasikan hasil kerja
mereka di depan kelas.

3. Kelebihan dan Kelemahan


Adapun kelebihan dari pembelajaran TS-TS adalah:
a) Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua
tingkatan. b) Memudahkan guru memonitoring proses
pembelajaran.
c) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
d) Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi siswa dapat
ditingkatkan e) Berorientasi pada keaktifan siswa.
f) Membiasakan siswa untuk berani mengungkapkan
pendapat. g) Meningkatkan kekompakan dan rasa percaya diri
siswa.
h) Meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi siswa.
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari pembelajaran TS-TS adalah:
a) Memerlukan waktu lebih lama.
b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang asing
belajar kelompok atau yang tidak biasa belajar bersama.
c) Membutuhkan banyak persiapan bagi pendidik yaitu materi, dana, tenaga dan waktu.
d) Pembelajaran kurang kondusif apabila pendidik tidak bisa mengelola kelas
dengan
baik.
e) Siswa cenderung melepaskan diri dan tidak memperhatikan guru.

1
G. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
1. Pengertian Pembelajaran CORE
Model pembelajaran CORE ini adalah suatu model pembelajaran yang
memiliki desain mengkonstruksi kemampuan siswa dengan cara menghubungkan dan
mengornisasikan pengetahuan, kemudian memikirkan kembali konsep yang sedang
dipelajari. Model CORE mencakup empat proses Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending. Dalam Connecting, siswa diajak untuk menghubungkan
pengetahuannya yang baru dengan pengetahuannya terdahulu. Organizing, membantu
siswa untuk dapat mengorganisasikan pengetahuannya. Reflecting, siswa dilatih untuk
dapat menjelaskan kembali informasi yang telah diperoleh. Extending atau proses
memperluas pengetahuan siswa. Pembelajaran CORE ini merupakan sebuah proses
pembelajaran yang berbeda dan memberi ruang bagi siswa untuk berpendapat, mencari
solusi dan membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini memberikan pengalaman yang
berbeda sehingga diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis pada siswa (Ulfa, D. & dkk, (2019).
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran CORE ini guru tidak
meyampaikan secara keseluruhan materi yang diajarkan, melainkan melalui kegiatan
pemecahan masalah. Dalam prosesnya siswa mengingat informasi lama yang
pernah didapatkannya untuk dihubungkan ke informasi yang baru. Setelah itu siswa
mengorganisasi ide untuk memahami materi, lalu memikirkannya kembali serta
memperluas dan mengembangkannya. Proses tersebut dilakukan agar siswa dapat
melatih kemampuan pemecahan masalah. Sehingga dengan model pembalajaran CORE
ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Ulfa, D. &
dkk, (2019).

2. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran CORE


Berikut langkah-langkah penerapan pembelajaran CORE :
a) Memulai proses pembelajaran dengan kegiatan yang menarik.
b) Penyampaian materi lama yang dihubungkan dengan materi baru oleh guru
kepada siswa.
c) Pengorganisasian ide-ide dengan untuk memahami materi yang dilakukan oleh
siswa dengan bimbingan guru.
d) Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
e) Memikirkan kembali, mendalami dan menggali informasi yang sudah didapat
dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa.
f) Pengembangan, memperluas, menggunakan dan menemukan, melalui tugas individu
dengan mengerjakan tugas.

3. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending,
yaitu :
a) Mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

1
b) Mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang sesuatu konsep dalam
materi pembelajaran.
c) Mengembangkan daya berfikir kritis sekaligus mengembangkan
keterampilan pemecahan suatu masalah.
d) Memberi pengalaman belajar kepada siswa karena mereka banyak berperan
aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Kelemahan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting dan
Extending, yaitu :
a) Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model
ini. b) Memerlukan banyak waktu.

H. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)


1. Pengertian Pembelajaran SQ3R
SQ3R adalah model pembelajaran membaca yang terdiri atas lima
langkah,yakni survey, question, read, recite, dan review. Model SQ3R adalah model
yang terdiri dari 5 langkah, yaitu dimulai dari kegiatan survey terhadap bacaan, membuat
pertanyaan tentang bacaan, dilanjutkan dengan membaca secara keseluruhan bacaan
kemudian menceritakan kembali bacaan, dan yang terakhir adalah meninjau kembali
bacaan tersebut (Nasution, S. R. A., & dkk (2022)).

2. Langkah-langkah Penerapan SQ3R


Langkah-langkah model pembelajaran SQ3R menurut Nasution & dkk (2022).
adalah sebagai berikut :
a) Survey yaitu, sebelum membaca kita melaukan surveyterhadap bacaan atau buku
untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat
bagian permulaan awal dan akhir,
b) Question yaitu, setelah menyurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan
untuk diri sendiri tentang bacaan tersebutyang diharapkan jawabannya ada dalam
buku tersebut,
c) Read yaitu, dengan bekal pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah kita membaca,
d) Recite yaitu, untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah
membaca, kita lakukan kegiatan mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri,
e) Review yaitu, kegiatan membaca dengan menggunakan model SQ3R
diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali apa yang sudah kita baca.

3. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan Metode SQ3R adalah lebih memberikan pemahaman yang luas tentang
materi pelajaran yang terdapat dalam buku teks tersebut; Membuat siswa menjadi lebih
aktif; Membuat terarah langsung pada inti sari atau kandungan-kandungan pokok materi
yang tersirat dan tersurat dalam teks.Sehingga tidak menutup kemungkinan
mencapai proses pembelajaran yang efektif sesuai tujuan yang diharapkan.
Kelemahan Metode
1
SQ3R adalah tidak semua jenis bacaan dapat dipelajari dengan metode ini (Irpan, M., &
dkk (2022)).

I. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)


1. Pengertian Pembelajaran SQ4R
Model pembelajaran SQ4R adalah cara membaca yang dapat mengembangkan
metakognitif mahasiswa, yaitu dengan menugaskan mahasiswa untuk membaca bahan
belajar secara seksama, cermat, melalui; Survey dengan mencermati teks bacaan, melihat
pertanyaan diujung bab, baca ringkasan bila ada dan cermati gambar-gambar, grafik dan
peta. Question dengan membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana dan darimana) tentang
bahan bacaan (materi bahan ajar). Read dengan membaca teks dan mencari jawabannya.
Reflect yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan
konteks aktual yang relevan. Recite merupakan mempertimbangkan jawaban yang
diberikan (catat-bahas besama) dan Review yaitui cara meninjau ulang menyeluruh
(Yusnaldi, E.
2020).

2. Langkah-langkah Penerapan SQ4R


Proses pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran
Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) menurut Halik, A, & dkk (2022)
sebagai berikut:
a) Tahap Survey
Pada tahap ini guru membagikan teks bacaan kepada setiap siswa dan mengarahkan
siswa untuk mencermati teks bacaan tersebut secara sekilas, guru juga mengawasi
siswa pada saat membaca untuk memastikan apakah siswa benar-benar mencermati
teks bacaan tersebut.
b) Tahap Question
Pada tahap ini guru memberikan contoh pertanyaan yang jelas kepada siswa
kemudian membimbing siswa untuk menandai bagian-bagian penting yang dapat
dijadikan pertanyaan serta membimbing siswa untuk menyusun pertanyaan
berdasarkan teks bacaan.
c) Tahap Read
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk membaca teks bacaan secara
cermat dan mengawasi siswa pada saat membaca teks bacaan tersebut serta
membimbing siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya.
d) Tahap Reflect
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memahami lebih dalam isi bacaan
serta membimbing siswa untuk memikirkan dan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan teks bacaan,
e) Tahap Recite
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk mempersiapkan jawaban
dari pertanyaan dan mempertimbangkan jawaban dari pertanyaan yang telah
disusun. Kemudian siswa menyebutkan jawaban dari pertanyaan tersebut.

1
f) Tahap Review

2
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk meninjau ulang seluruh
pertanyaan yang telah disusun dan jawaban yang telah ditemukan serta kesesuaian
antara pertanyaan dengan jawaban.

3. Kelebihan dan Kelemahan


Model pembelajaran SQ4R terdapat kelebihan dan kekurangan yakni
sebagai berikut :
1) Kelebihan Model Pembelajaran SQ4R
(a) Dapat mengaktifkan pengetahuan awal siswa dan mengawali proses
pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui
sebelumnya.
(b) Dapat membantu siswa mengingat apa yang telah dibaca atau efektif
dalam
membantu menghafal informasi dari
bacaan. (c) Dapat membantu memahami suatu
bacaan. (d) Membantu mahasiswa untuk
berpikir kritis.
2) Kelemahan Model Pembelajaran SQ4R
(a) Apabila dalam penggunaan model SQ4R siswa tidak teliti, maka akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti materi berikutnya.
(b) Apabila siswa tidak aktif di dalam proses belajar maka tidak akan
mendapatkan hasil yang baik dalam proses belajar.

J. MID (Meaningful Instructional Design


1. Pengertian Pembelajaran MID
Model pembelajaran Meaningful Instructional Design (MID) merupakan model
pembelajaran membuat siswa termotivasi untuk belajar, sebab pada model
pembelajaran Meaningful Instructional Design (MID) adalah pembelajaran yang
mengutamakan kebermaknaan belajar sehingga siswa tidak hanya memahami secara
konseptual tetapi dapat menciptakan hal baru dari konsep yang dipahami,
melibatkan siswa dalam pembelajran yang memanfaatkan pengalaman, memfasilitasi
pengalaman belajar yang relevan serta menerapkan konsep baru dalam
memecahkan masalah. sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi peningkatan
kemampuan penalaran siswa (Purnama & Fadli (2020)).

2. Langkah-langkah Pembelajaran MID


Langkah-langkah Model Pembelajaran Meaningful Instructional Design (MID),
menurut Huda, F.A. (2022) sebagai berikut:.
a) Lead in
Secara umum konsep lead-in mencoba mengkait dengan konsep-konsep, fakta, atau
materi yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran ini berhubungan dengan
2
pengalaman atau peristiwa maupun fakta-fakta baru kemudian
menganalisis

2
pengalaman tersebut dan menghubungkan ide-ide mereka dengan materi atau konsep
baru. Kegiatan itu dilakukan guru melalui:
(a) Guru mengasosiasi materi dengan pengalaman siswa melalui beberapa
pertanyaan agar siswa merefleksi dan menganalisis pengalaman-
pengalaman mereka terdahulu.
(b) Guru menyampaikan hubungan atau relevansi materi baru dengan materi
lama.

b) Recontruction
Konsep pembelajaran ini adalah menekankan kepada para siswa untuk menciptakan
interpretasi mereka sendiri terhadap materi pelajaran. Siswa meletakkan pengalaman
belajar dengan pengalamannya sendiri. Misalnya dengan menyajikan berupa konsep
atau materi melalui kegiatan menyimak, didiskusikan, dan kemudian
disimpulkan oleh siswa. Kegiatan itu dilakukan guru melalui :
(a) Guru memotivasi siswa dalam mempelajari materi yang disampaikan
dan
membagi siswa kedalam kelompok kecil heterogen.
(b) Guru berkeliling memfasilitasi siswa dalam diskusi
kelompok.

c) Production
Konsep materi pembelajaran yang telah disampaikan atau di aplikasikan dalam
bentuk nyata. Kontrol kegiatan ini lebih bertumpu pada siswa untuk
mengekspresikan diri sendiri melalui tugas-tugas komunikatif yang bertujuan, jelas,
dan terarah. Kegiatan itu dilakukan guru melalui:
(a) Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan.
(b) Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
(c) Guru mengajak siswa untuk mengekspresikan pengetahuan yang didapatnya
melalui tugas-tugas komunikatif (soal).

3. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan Model Pembelajaran Meaningful Instructional Design (MID),
sebagai berikut:
a) Sebagai jembatan menghubungkan tentang apa yang sedang dipelajari
siswa. b) Mampu membantu siswa memahami bahan belajar lebih mudah.
c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan meningkatkan
pemahaman konsep.
d) Membantu siswa membentuk, mengubah, atau mentrasformasikan informasi
baru. e) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
f) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar
berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
g) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang
mirip
walaupun telah lupa. (Huda, F.A. (2022))

2
Kekurangan Model Pembelajaran Meaningful Instructional Design (MID),
sebagai berikut:
a) Guru merasa kesulitan menemukan contoh-contoh konkrit dan realistik.
b) Karena ini membentuk suatu kelompok, yang sering terjadi adalah
mengandalkan siswa yang pintar (Huda, F.A. (2022)).

2
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi pembelajaran inovatif diharapkan dapat membantu peserta didik memahami


materi dengan mudah, menarik, menyenangkan dan mampu menumbuhkan ide-ide baru
dengan kreatifitas masing-masing peserta didik. Selain itu, strategi pembelajaran
inovatif yang ditambah dengan praktik juga diharapkan bisa mencetak peserta didik
yang bertanggung jawab dan dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang guru yang menyampaikan pengajaran dengan strategi
yang baik dan inovatif, akan menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan juga
meningkatkan keterampilan peserta didik. Suatu materi pembelajaran jika diajarkan
oleh guru yang berbeda akan dirasakan oleh siswa dengan rasa yang berbeda pula.
Ada sepuluh strategi pembelajaran inovatif bahasa dan sastra yang dapat digunakan
guru dalam proses pembelajaran, yaitu SAVI, VAK, AIR, TAI, TTW, TS-TS, CORE,
SQ3R, SQ4R, dan MID. Kesepuluh strategi pembelajaran inovatif tersebut terdapat
langkah-langkah penerapannya agar pembelajaran berjalan secara efektif dan
efisien. Selain itu, kesepuluh strategi pembelajaran tersebut memiliki kelebihan
dan kelemahannya masing-masing.

B. Saran

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa masih banyak


kekurangan yang terdapat dalam makalah ini karena keterbatasan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya dan untuk
penyempurnaan makalah yang kami buat ini sehingga bisa terus menghasilkan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

2
DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, D. A. (2016). “Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,


Intelektual) Terhadap Hasil Belajar Anak Usia Dini”. Awlady: Jurnal
Pendidikan Anak, 2(1).
Cantona, I. G. E., & Sudarma, I. K. (2020). “Model Pembelajaran SAVI Berbantuan Media
Mind Mapping Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V”. Jurnal
Pedagogi dan Pembelajaran, 3(2), 269-279.
Djumingin, S. (2011). Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif Bahasa dan
Sastra. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Halik, A., Ilmi, N., & Erawaty, R. (2022). “Penerapan Model Pembelajaran Survey,
Question, Read, Reflect, Recite, Review (SQ4R) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Membaca Pemahaman Siswa Kelas V UPTD SD Negeri 150 Barru”. J-HEST
Journal of Health Education Economics Science and Technology, 4(2), 122-129.
Huda, F.A. 2022. “Pengertian Model Pembelajaran Meaningful Instructional Design
(MID)”. (Diakses pada Sabtu, 8 April 2023). https://fatkhan.web. id/pengert ian-
model- pembelajaran-meaningful-instructional-design-mid/
Irpan, M., Utami, Y., & Sururuddin, M. (2022). “Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite, Review) Berbantuan Teks Cerita Terhadap
Keterampilan Membaca Pemahaman”. Jurnal PGMI. El Midad, 14(2).
Kuswari, U. (2011). “Model Pembelajaran Menulis dengan Teknik Think Talk Write
(TTW)”. (Diakses pada Kamis, 6 April 2023).
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/19590119198
6011USEP_KUSWARI/MODEL_PEMBELAJARAN_MENULIS_DENGAN_TE K
NIK_THIK.pdf
Lisdiana, A. (2019). “Memantik Keterampilan Sosial Siswa Melalui Model
Pembelajaran
Two Stay-Two Stray (TS-TS)”. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 3(2), 162-183.
Nasution, S. R. A., Harahap, F., & Hasibuan, R.S. (2022). “Penerapan Model Pembelajaran
SQ3R untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Isi Cerita Pendek
Kelas IV SD Negeri 157019 Pinangsori 12”. Jurnal JIPDAS (Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar), 2(1), 96-101.
Nurdiansyah, H.Y., & Purwanto, A. (2019). “Pengaruh Strategi Pembelajaran Visual,
Audio, Kinestetik (VAK) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Sekolah Dasar”. Visipena, 10(1), 127-134.
Nur, K. (2021). “Efektivitas Model Pembelajaran CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematis Ditinjau dari Self-Confidence Peserta Didik”. (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Purnama, R., & Fadli, V. P. (2020). “Penerapan Model Pembelajaran
Meaningful Instructional Design (MID) di SMP Negeri 5 Padangsidimpuan”.
Jurnal MathEdu (Mathematic Education Journal), 3(2), 15-18.

2
Purniawati, S. (2013).” Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetiton
(Air) pada Materi Bangun Datar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1
Pabelan”. (Doctoral dissertation, Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP- UKSW).
Riana, A. (2018). “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK)
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”. (Doctoral dissertation, UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi).
Riswanto, A. (2016). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa”. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(3), 293-304.
Siregar, H. H., Hadi, N., & Hilmi, D. (2021). “Analisis Pembelajaran Berbasis SAVI
(Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) dalam Maharah Kalam”. Jurnal Shaut
Al- Arabiyah, 9(1), 32-42.
Ulfa, D., Rahmi, D., & Revita, R. (2019). “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Core
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Self-Confidence
Siswa SMP/MTS”. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 400-409.
Widyaningsih, E. E. (2017). “Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Sebagai Upaya Optimalisasi Kontribusi Anggota Kelompok Dalam Praktikum IPA
Materi Cahaya”. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 7(2), 57-62.
Yusnaldi, E. 2020. “Pengaruh Model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite,
Review) Terhadap Hasil Belajar IPS Materi Penjajahan Belanda di Indonesia. Tadris
IPS.(Diakses pada Sabtu, 8 April 2023). http://repository.uinsu.ac.id/8500/1/Jurnal
%20Eka%20Yusnaldi%202019.pdf

Anda mungkin juga menyukai