Disusun oleh :
Kelompok 3
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan dan
kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat agar dapat
membantu mahasiswa untuk memahami materi – materi Pendidikan Kewarganegaraan
khususnya tentang Strategi Pembelajaran PPKn di Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini harus dikembangkan lebih lanjut, untuk
segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan
untuk penyempurnaan makalah ini lebih lanjut.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi
gerbang awal dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
Pendidikan Kewarganegaraan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran ................................................................. 3
2.2 Teori-teori strategi pembelajaran .................................................................. 4
2.3 Macam-macam strategi pembelajaran ........................................................... 8
2.4 Bagaimana pemilihan strategi pembelajaran ............................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
Pasal 35 ayat 3 yaitu, “Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan mencakup
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan BhinekaTunggal Ika untuk membentuk
mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air”.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) merupakan mata
pelajaran yang berfokus pada ideologi negara Indonesia, nilai-nilai dalam
Pancasila, hak serta kewajiban sebagai warga negara Indonesia, kehidupan
berbangsa dan bernegara, bela negara serta cinta tanah air, dan tentang
kewarganegaraan. Mata pelajaran PPKN juga ikut berperan dalam membentuk
karakter atau jati diri masyarakat Indonesia yang demokratis, toleransi, serta
bertanggung jawab. Karakter-karakter tersebut sesuai dengan yang tertera atau
diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Mata pelajaran ini mengalami perubahan nama, perubahan tersebut juga terjadi
karena perubahan atau pergantian kurikulum. Perubahan dari kurikulum 2006 ke
kurikulum 2013 juga merubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKN) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Tidak ada
yang dihilangkan dari kurikulum sebelumnya, hanya lebih dikuatkan dengan empat
pilar kebangsaan Indonesia yaitu, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
PPKN atau yang dulu disebut PKN sudah dipelajari sejak di Sekolah Dasar
(SD). Di Sekolah Dasar, mata pelajaran PPKN bertujuan untuk menanamkan rasa
cinta tanah air serta membentuk kepribadian yang sesuai dengan dasar negara yaitu
Pancasila. Tidak hanya itu, mata pelajaran PPKN di Sekolah Dasar juga dapat
1
membantu anak-anak untuk dapat berperilaku menjadi warga negara yang baik
sejak dini.
Mata pelajaran PPKN merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada anak di Indonesia
yang tidak tertarik dengan mata pelajaran ini. Dilihat dari siswa yang tidak
mendengarkan gurunya saat menjelaskan materi ataupun siswa yang merasa bosan
ketika belajar PPKN. Rasa bosan bisa terjadi karena kurangnya metode atau hal
yang menarik perhatian siswa saat belajar.
Keberhasilan dalam pembelajaran PPKN harus disertai dengan proses
pembelajaran yang baik, maka dari itu diperlukan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran diperlukan agar kelas berjalan dengan efektif, efisien, tidak
membosankan, dan dapat membuat siswa memahami materi dengan mudah. Guru
diharapkan mengetahui karakteristik siswa untuk mempermudah membuat strategi
pembelajaran yang sesuai.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran
2. Untuk mengetahui teori-teori strategi pembelajaran
3. Untuk mengetahui macam-macam strategi pembelajaran
4. Untuk mengetahui cara memilih strategi pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode (teknik) dengan
efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan.
1. Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah teori yang menekankan
peserta didik untuk membangun sebuah pengetahuan bedasarkan dengan
pengalaman pribadi mereka masing-masing. Tujuan utama dari teori ini adalah
menciptakan suatu perubahan, sehingga peserta didik dapat membangun
pengetahuan baru dan mengembangkan pemahaman mereka. Dalam dunia
pendidikan, teori konstruktivisme dapat diaplikasikan dengan beberapa prinsip,
antara lain:
- Peserta didik harus aktif dalam pembelajaran mereka sendiri
- Pembelajaran harus relevan dengan pengalaman peserta didik
- Peserta didik harus diberi kesempatan untuk berpikir kritis dan kreatif
- Pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik
Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan harus membuat
peserta didik lebih aktif dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk
membangun pengetahuan mereka sendiri.
2. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme atau behavioristik adalah salah satu pendekatan di
dalam psikologi pendidikan yang meyakini bahwa anak dapat dibentuk sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya, baik guru ataupun
4
orang tua. Teori ini menekankan pada penguatan atau hukuman untuk perilaku
yang diinginkan atau tidak diinginkan. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk
mengubah perilaku seseorang melalui penguatan positif dan negatif. Penguatan
positif adalah memberikan hadiah atau ganjaran atas perilaku yang diinginkan,
sedangkan penguatan negatif adalah memberikan hukuman atau sanksi atas
perilaku yang tidak diinginkan. Ada beberapa prinsip dalam teori behaviorisme,
antara lain:
- Perilaku dapat dipelajari melalui pengalaman
- Perilaku dapat diubah melalui penguatan positif dan negatif
- Perilaku dapat diprediksi melalui pengamatan perilaku sebelumnya
Teori behaviorisme juga dapat diimplementasikan dalam pembelajaran
dengan memberikan penguatan positif dan negatif pada perilaku peserta didik.
Implementasi teori behaviorisme dalam pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan perilaku peserta didik dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan
3. Teori Kognitif
Teori kognitif adalah sebuah teori yang menekankan pada peran
pemrosesan informasi dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman.
Dalam teori kognitif, belajar dipandang sebagai suatu proses internal yang
terjadi di dalam pikiran manusia. Teori kognitif juga menekankan pada
pentingnya pengolahan informasi dalam pembentukan pengetahuan dan
pemahaman.
Terdapat beberapa tokoh yang mengembangkan teori kognitif, di
antaranya adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Piaget mengemukakan bahwa
anak-anak mengalami empat tahap perkembangan kognitif, yaitu tahap
sensorimotor, tahap praoperasional, tahap konkret operasional, dan tahap
formal operasional. Sementara itu, Vygotsky mengemukakan bahwa
5
pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dan bahwa bahasa memainkan
peran penting dalam pembentukan pemahaman dan pengetahuan.
6
- Pembelajaran kooperatif dapat membantu peserta didik dalam memahami
konsep-konsep yang sulit.
Dalam pembelajaran, teori konstruktivisme sosial dapat diaplikasikan
dengan beberapa prinsip, antara lain:
- Peserta didik harus aktif dalam pembelajaran mereka sendiri
- Pembelajaran harus relevan dengan pengalaman peserta didik
- Peserta didik harus diberi kesempatan untuk berpikir kritis dan kreatif
- Pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik
7
5) Kecerdasan Musikal: kemampuan untuk menghasilkan dan memahami
musik.
6) Kecerdasan Interpersonal: kemampuan untuk memahami dan
berkomunikasi dengan orang lain.
7) Kecerdasan Intrapersonal: kemampuan untuk memahami diri sendiri dan
mengelola emosi.
8) Kecerdasan Naturalis: kemampuan untuk mengenali dan memahami alam
serta makhluk hidup di dalamnya.
Teori Multiple Intelligences menekankan bahwa setiap orang memiliki
kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda, dan bahwa kecerdasan dapat
dikembangkan melalui pengalaman dan pembelajaran. Teori ini telah
diterapkan dalam dunia pendidikan dengan cara mengakomodasi berbagai jenis
kecerdasan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat belajar dengan
cara yang sesuai dengan kecerdasan mereka.
Meskipun teori ini populer di kalangan pendidik, teori Multiple
Intelligences juga mendapat kritik dari beberapa ahli psikologi karena
kurangnya bukti empiris dan pengukuran yang objektif. Gardner sendiri telah
menanggapi kritik tersebut dengan menyatakan bahwa teori ini lebih
merupakan sebuah kerangka kerja atau panduan daripada sebuah teori yang
lengkap dan final.
8
merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau
penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Ceramah merupakan metode
yang paling banyak digunakan oleh guru. Biasanya guru menggunakan teknik
ceramah bila memiliki tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu
pokok atau persoalan tertentu (Roestiyah, 2008 : 137). Metode ceramah juga
dianggap sebagai metode pembelajaran yang murah dan efektif karena tidak
memerlukan untuk pembuatan suatu media dan langsung bisa diterapkan dalam
proses pembelajaran tanpa perlu persiapan kusus. Berdasarkan pemaparan
diatas, maka dapat dinyatakan bahwa metode ceramah merupakan metode
pembelajaran yang menyajikan pelajarannya melalui penuturan lisan dan
ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru karena
ceramah merupakan metode yang mudah, murah dan efektif.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Model pembelajaran PBM dari menyajikan kepada siswa situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan. Pengajaran berdasarkan
masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri
tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
3. Discovery Learning
Model pembelajaran discovery learning dilandasi dari teori-teori belajar
konstruktivis. Konstruktivisme berpendapat bahwa, belajar merupakan proses
aktif siswa dalam mengonstruksi atau membangun arti, wacana, dialog, dan
pengalaman fisik dimana di dalamnya terjadi proses asimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Dalam
pembelajaran discovery learning siswa tidak diberikan konsep dalam bentuk
finalnya, melainkan siswa diajak untuk ikut serta dalam menemukan konsep
9
tersebut. Siswa membangun pengetahuan berdasarkan informasi baru dan
kumpulan data yang mereka gunakan dalam sebuah pembelajaran penyelidikan.
4. Model Pembelajaran Inquiry
Model inquiry merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk
memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Model inquiry
menekankan keterlibatan siswa secara mental maupun fisik untuk memecahkan
suatu permasalahan yang diberikan guru. Siswa dengan demikian akan terbiasa
bersikap seperti para ilmuan, yaitu teliti, tekun, ulet, objektif, jujur, kreatif, dan
menghormati pendapat orang lain.
5. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model
pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk
memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan
nyata. Model pembelajaran role playing ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku
dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang, dan cara
berpikir orang lain.
2.4 Bagaimana pemilihan strategi pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik
serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.
Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran
tersebut.
Mager (1977: h. 54) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan
dalam memili strategi pembelajaran, yaitu:
10
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Misalnya
menyusun bagan analisis pembelajaran. Berarti metode yang paling dekat dan
sesuai yang dikehendaki oleh TPK adalah latihan atau praktik langsung.
11
4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan
siswa?
Gerlach dan Ely (1990: h. 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi
pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini :
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi pembelajaran yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam
proses pendidikan dan pengembangan individu. Adaptasi strategi pembelajaran
sesuai dengan konteks, materi pelajaran, dan kebutuhan siswa adalah penting
untuk mencapai hasil yang optimal. Pembelajaran PPKN di SD merupakan
langkah awal yang penting dalam membentuk karakter kewarganegaraan siswa.
Berbagai strategi pembelajaran yang telah kami sebutkan di atas dapat
membantu guru dalam mengajar PPKN dengan lebih efektif.
3.2 Saran
a. Berinvestasi dalam pelatihan guru untuk mengembangkan keterampilan
dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi
pembelajaran yang efektif.
b. Terus mengikuti perkembangan teknologi pendidikan dan
memanfaatkannya secara kreatif dalam proses pembelajaran.
13
c. Evaluasi secara berkala strategi pembelajaran yang digunakan, dan selalu
siap untuk menyesuaikan atau mengubahnya sesuai dengan kebutuhan
siswa.
d. Mendorong kolaborasi antara guru dan siswa dalam merancang strategi
pembelajaran yang cocok.
e. Memahami gaya belajar individu siswa dan mencoba untuk
mengintegrasikan strategi yang sesuai dengan gaya belajar mereka.
f. Memberikan umpan balik konstruktif kepada siswa untuk meningkatkan
partisipasi mereka dalam proses pembelajaran.
g. Membuka ruang untuk pembelajaran aktif, proyek, dan praktikum yang
memungkinkan siswa untuk menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata.
14
DAFTAR PUSTAKA
15