Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH FILM SERIES KOREA (DRAKOR) TERHADAP PEMEROLEHAN

BAHASA KEDUA PADA REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Oleh
Bapak Muhammad Alfian Tufli, S. Pd., M. Pd. Selaku Dosen Pengampu Pada Mata Kuliah
Psikolinguistik

Oleh

Nama:

Rahma Ramadhani 1, Wa Herni2, Indah Idamansari 3, Irnawati 4, Ratna Sari 5

NIM:

210501500030 1, 210501501065 2, 210501501068 3, 2100501500029 4, 210501500034 5

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang berkembang dari waktu ke waktu,


sehingga orang tua harus memastikan bahwa anaknya belajar bahasa, dan ibu
diharapkan dapat membimbing anaknya dalam bahasa ibu dan bahasa lainnya.
Manusia tidak dapat dipisahkan dari bahasa sehari-hari. Bahasa digunakan dalam
setiap kehidupan untuk memudahkan proses komunikasi. Dengan bantuan bahasa
seseorang dapat memahami apa yang ada di sekitarnya. Pemerolehan bahasa adalah
proses perkembangan bahasa manusia.
Pemerolehan bahasa merupakan proses yang dialami secara tidak sadar
dalamhal pemerolehan bahasa. Pembelajaran bahasa kedua mengacu pada proses
yang terjadi ketika seorang anak belajar bahasa kedua setelah mempelajari bahasa
pertama mereka. Bahasa kuno dan bahasa kedua memiliki kebutuhan komunikasi
masing- masing, lisan dan tulisan. Bahasa pertama ini mengacu pada bahasa yang
dipelajari anak sejak lahir. Bahasa kedua yang diperoleh setelah menguasai bahasa
pertama berbeda dengan bahasa pertama yaitu pemerolehan bahasa pertama terjadi
melalui proses pemerolehan, sedangkan penguasaan bahasa kedua terjadi melalui
proses pembelajaran. Mempelajari bahasa kedua biasanya dapat dilakukan secara
sadar dan sengaja melalui pembelajaran formal atau insidental.
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana untuk merumuskan
maksud, melahirkan emosi dan memungkinkan rancangan kegiatan dengan sesama
manusia, Organisasi, perencanaan dan pengelolaan berbagai kegiatan masyarakat
masa depan Manusia telah mengadopsi bahasa sebagai alat komunikasi sejak lahir
sampai usia lima tahun, yang dikenal sebagai pemerolehan bahasa.
Akuisisi bahasa sebenarnya simultan dengan proses menggunakannya
Anak- anak dalam penguasaan bahasa pertama dan bahasa kedua. Pembelajaran bahasa
membutuhkan interaksi yang signifikan dalam bahasa target (target Tuturan)
komunikasi alamiah, yang merupakan wadah penutur Perhatikan bukan pada bentuk
pernyataan mereka tetapi pada pesan yang mereka sampaikan mereka peduli
dan mengerti.
Dalam psikolinguistik, ada beberapa istilah berbeda untuk status bahasa
bagi seorang individu, terutama di dunia tanpa batas yang menjadikan sebagai
masyarakat multibahasa dan budaya. Bahasa yang pertama kali dipelajari seseorang
dalam hidup disebut bahasa B1, atau bahasa ibu. B1 mengacu pada bahasa yang
digunakan anak sejak lahir hingga akhir usia kritis, yaitu. sebelum pubertas. Posisi
B1 sangat istimewa dalam kehidupan seseorang, karena dalam bahasa dia
mempelajari sebagian besar konsep dasar dan fundamental dalam hidupnya.
Konsep bahasa ibu sering dikaitkan dengan bahasa ibu, yang menggambarkan
kedekatan hubungan anak dengan ibu, sehingga ibu menjadi panutan penguasaan
bahasa ibu. Bahasa ibu sering digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga
dan lingkungan anak.
Dibutuhkan banyak latihan dan pengulangan hingga menjadi kebiasaan.
Dalam skenario dunia hari ini, hampir sulit untuk menemukan orang yang
menguasai satu bahasa atau mahir hanya dalam satu dari bahasa. Pengetahuan dan
penggunaan B2 atau bahasa asing sangat penting dalamabad ke-21, menjadikan
mata pelajaran ini penting dan semakin relevan untuk memenuhi tuntutan era.
Beberapa faktor mengatur penguasaan lebih dari satu bahasa, tergantung pada
kebutuhan hidup individu itu
sendiri.
Salah satu faktor terbesar yang memotivasi orang untuk belajar tingkat B2
adalah motivasi. Gardner dan Lambert (1972) membedakan dua jenis motivasi
belajar B2, yaitu motivasi terpadu dan motivasi instrumental. Motivasi integrasi
menyangkut orang yang mempelajari B2 karena tertarik dengan penutur dan
budaya bahasa sasaran atau ingin berkomunikasi dengan penutur bahasa sasaran
(Khasinah, 2011). Motivasi instrumental adalah motivasi orang yang belajar di
tingkat B2 untuk memperoleh pengakuan sosial, imbalan finansial atau kebutuhan
pendidikan dan pekerjaan (Abu Bakar dan Subramaniam, 2012). Nampaknya
motivasi instrumental lebih penting dalam konteks pembelajaran B2, sedangkan
motivasi integrat if lebih berorientasi pada pembelajaran bahasa asing.
Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang penuh keingintahuan,
walaupun pada usia anak-anak pemerolehan bahasa kedua sudah bisa didapatkan
melauli sekolah yang memang menyediakan bahasa baru untuk dipelajari, namun
banyaknya sekolah yang tidak menyediakan pembelajaran bahasa baru maka pada
usia remaja banyak anaka-anak yang sudah mulai menonton film-film luar negri
dan belajar bahasa baru dari film tersebut. Salah satu film series yang banyak
ditonton oleh usia remaja adalah film series korea (Drakor), dikarenakan aktris dan
actor yang cantiuk dan tampan membuat banyak anak remaja yang tertarik untuk
menonton. Dari tontonan tersebut membuat banyak anak remaja yang mengerti dan
belajar melalui percakapan yang ada dalam film series tersebut, tak hanya sampai
disitu setelah menonton biasanya anak remaja juga akan berusaha mengguankan
bahasa tersebut dalam percakpan sehari-hari meskipun terbilang sebagai kosa kata
yang paling dasar. Namun, dengan demikian mereka akan lebih mudah untuk
belajar tanpa harus mendapatkan pembelajaran lansung dari sekolah ataupun les
bahasa.

Penelitian ini akan mengkaji pemerolehan bahasa kedua (B2) pada remaja
untuk memperoleh bahasa baru melalui film series (Drakor). Selanjutnya
untuk mengetahui bentuk pemerolehan bahasa kedua (B2) pada remaja.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut: pengaruh film series (Drakor) terhadap pemeroleha
n bahasa kedua remaja.

C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari pelebaran masalah
yang akan diulas dalam penelitian ini, maka penelitian membuat pembatasan
masalah untuk mengarahkan proses penelitain sehingga tidak terjadi
kesimpangsiuran atau agar peneliti benar-benar berjalan dengan lancar.
Berdasarkan apa yang identifikasi
di atas, penelitian ini memfokuskan pada masalah Pemerolehan bahasa kedua
setelah bahasa ibu yaitu pada remaja terhadap film series korea (Drakor) yang
ditonton dan dampak apa saja ayang akan diterima remaja selama menonton film
series korea.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Dengan demikian peneliti
merumuskan masalah yakni:
1. Bagaimana pengaruh film series korea (Drakor) terhadap pemerolehan
bahasa kedua pada remaja?
2. Seberapa banyak kosakata yang diperoleh para remaja yang sering
menonton film series korea?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian sangat penting dirumuskan sebelum suatu kegiatan mulai
dilaksanakan. Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Pengaruh film series korea (Drakor) terhadap pemerolehan bahasa kedua
pada remaja.
2. Seberapa banyak kosakata yang diperoleh para remaja yang sering menonton
film series korea.

F. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut
:

1. Manfaat
Teoretis

Secara teoretis peneliti ini diharapkan dapat menambah kekayaan penelitian


dalam bidang pemerolehan bahasa kedua.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, mahasiswa, dan
peneliti. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan
BAB II LANDASAN
TEORI

A. Kerangka Teoretis
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah skema akuisisi bahasa
kedua untuk mendukung penelitian untuk mencari dan menganalisis data serta menarik
kesimpulan. Pandangan atau pendapat yang dikumpulkan dan disususn oleh para
ahli untuk keperluan ini. Seperti yang telah diutarakan pada bagian tertentu, penelitian
ini memiliki dua pembahasan yaitu pengaruh series korea terhadap pemerolehan
bahasa kedua dan seberapa banyak kosakata yang diperoleh oleh remaja yang sering
menonton series korea.

1. Hakikat Pemerolehan Bahasa


Pemerolehan bahasa adalah proses yang dilalui anak-anak ketika mereka belajar
untuk menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu, sedangkan pembelajaran bahasa
berkenaan pada pemerolehan bahasa kedua, di mana bahasa tersebut secara formal
diajarkan kepada anak-anak (Fatmawati, S.R. (2015)). Bahasa diperoleh sejak lahir,
pemerolehan bahasa adalah saat seseorang berbahasa untuk pertama kali.
Bahasa pertama kali diperoleh oleh seseorang yaitu bahasa di mana dia tinggal,
maksudnya bahasa pertama (B1) adalah bahasa yang digunakan oleh kedua orang tua
dan orangorang di sekitarnya.
Pemerolehan bahasa biasanya berbeda dengan pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa mengacu pada proses yang terjadi ketika seorang anak belajar
bahasa kedua setelah mempelajari bahasa pertama. Jika pemerolehan bahasa identik
dengan bahasa yang pertama kali diperoleh, maka pembelajaran bahasa merupakan
proses yang secara sadar dan sengaja dibimbingan oleh guru atau orang-orang di
sekitarnya (Habibah, N. (2016)). Oleh karena itu, pemerolehan bahasa berkaitan
dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan bahasa
kedua, tetapi banyak juga orang yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa
untuk bahasa kedua.
Menurut Rod Ellis, pembelajaran bahasa terdiri dari dua tipe, yaitu tipe
naturalistik dan tipe formal. Pertama, tipe naturalistik adalah pembelajaran bahasa
yang bersifat alami, tanpa guru dan tanpa sengaja. Tipe naturalistik sering terjadi
pada
masyarakat bilingual dan multilingual, misalnya seorang anak menggunakan bahasa
Jawa (B1) di rumah bersama orang tua dan keluarganya, dan ketika keluar rumah
untuk bertemu dengan temannya, dia menggunakan bahasa Sunda (B2).
Otomatis anak tersebut mengikuti bahasa yang digunakan orang-orang di sekitarnya,
sehingga tanpa disadari kondisi lingkungan yang berbahasa Sunda memaksa sang
anak untuk belajar dan menggunakan bahasa Sunda (B2), meskipun bahasa ibunya
adalah bahasa Jawa (Habibah, N. (2016)). Hal ini dibuktikan dengan berbagai
penemuan yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Ia mengatakan bahwa anak-
anak dilahirkan dengan kecerdasan yang berbeda-beda. Salah satu kecerdasan
tersebut adalah kecerdasan linguistik. Namun perlu diingat bahwa lingkungan juga
merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara anak (Fatmawati, S. R.
(2015)).
Kedua, tipe formal identik dengan pembelajaran sistematis yang dilakukan di
dalam kelas. Tipe formal mengacu pada pembelajaran bahasa asing di lembaga
pendidikan yang tujuan pembelajarannya disusun secara sistematis dan jelas serta
dilengkapi dengan beberapa indikator pencapaian. Oleh karena itu, tipe formal
adalah sistem pembelajaran bahasa yang terukur dan memiliki rencana pembelajaran
yang jelas dan terarah (Habibah, N. (2016)).

2. Pemerolehan Bahasa Kedua


Pemerolehan bahasa kedua merupakan rentangan bertahap yang dimulai dengan
penguasaan bahasa pertama (B1) ditambah pengetahuan sedikit bahasa kedua (B2),
kemudian tingkat B2 secara bertahap meningkat hingga akhirnya menguasai
B2 sebaik B1 (Syaprizal, M. P. (2019)).
Syaprizal dalam Akhadiah, S., dkk (1997:2.2) pemerolehan bahasa kedua adalah
proses dimana seseorang memperoleh bahasa lain setelah lebih dulu menguasai
bahasa pertamanya sampai batas tertentu. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemerolehan bahasa kedua adalah proses dimana seseorang terlebih dahulu
menguasai bahasa pertamanya kemudian memperoleh bahasa kedua seperti halnya
menguasai bahasa pertamanya.
Pemerolehan suatu bahasa apa pun itu tidak terjadi secara instan. Ada beberapa
proses dan langkah yang sering diulang-ulang tanpa disadari, mulai dari proses
menyimak, membaca, menulis, memahami, sehingga membentuk pemahaman
dan keterampilan berbahasa baru yang digunakan sebagai alat komunikasi
interpersonal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua
dapat berasal dari
berbagai aspek kehidupan salah satunya yaitu lingkungan (Irawan & Ramdhani
(2023)). Menurut David Nunan, seorang pakar bahasa dari Hongkong University, ia
berpendapat bahwa pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua,
mengarah pada penggunaan lingkungan pembelajaran bahasa, karena lingkungan
yang mendorong seseorang untuk lebih meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan keterampilan berbahasa lainnya.
Ada dua cara untuk memperoleh bahasa kedua, yaitu pemerolehan bahasa kedua
terbimbing dan pemerolehan bahasa kedua alami. Pemerolehan bahasa kedua
diajarkan kepada siswa dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi
tersebut didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. Strategi yang
digunakan guru didasarkan pada apa yang dianggap terbaik bagi siswanya.
Pemerolehan bahasa kedua secara alami merupakan pemerolehan bahasa kedua/asing
yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, terlepas dari pengajaran atau bimbingan.
Setiap orang memperoleh bahasa yang berbeda dengan caranya sendiri.
Interaksi menuntut komunikasi dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua
karakteristik penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alami atau interaksi
spontan adalah terjadi dalam komunikasi sehari-hari dan bebas dari pengajaran atau
bimbingan yang disengaja (Kusuma (2016)).

3. Konsep Pemerolehan Bahasa


Pemerolehan bahasa adalah proses dimana manusia memperoleh kemampuan
menangkap, memproduksi dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
berkomunikasi. Kemampuan ini melibatkan berbagai aspek seperti sintaksis, fonetik,
dan kosakata yang luas. Pemerolehan bahasa biasanya terjadi melalui kontak verbal
dengan penutur asli lingkungan bahasa tersebut. Oleh karena itu, istilah pemerolehan
bahasa mengacu pada penguasaan bahasa secara tidak sadar yang tidak dipengaruhi
oleh pengajaran bahasa.
Menurut Sundari, (2018) dari proses pemerolehannya, bahasa dapat dibedakan
menjadi bahasa ibu atau bahasa pertama, bahasa kedua dan bahasa asing. Penyebutan
bahasa ibu dan bahasa pertama mengacu pada sistem bahasa yang sama. Yang
disebut bahasa ibu adalah bahasa yang pada awalnya dipelajari secara alami oleh ibu
atau keluarga yang merawatnya. Biasanya bahasa ibu sama dengan bahasa daerah
orang tua. Namun saat ini banyak orang tua yang berbicara bahasa Indonesia
dengan anaknya tidak menggunakan bahasa daerah asal orang tua, sehingga bahasa
Indonesia
didominasi oleh anak, sehingga bahasa Indonesia walaupun bukan bahasa daerah
ibu atau ayah, tetapi merupakan bahasa ibu dari anak tersebut.
Menurut McNeill (Dulay, 2010:4) ada tiga aspek utama dalam
pemerolehan bahasa. Ketiga aspek tersebut adalah (1) penguasaan bahasa utama
(data bahasa primer); (2) alat akuisisi bahasa (Language Acquisition Device/LAD)
dan (3) keterampilan berbahasa. Data bahasa primer adalah semua input atau
masukan berupa ucapan yang didengar anak dari orang-orang di sekitarnya. Dengan
kata lain, data bahasa adalah data input utama yang diproses oleh Language
Acquisition Device (LAD)). Hasil dari olahan LAD ini adalah kemampuan
berbahasa sebagai titik awal.

McNeill menggambarkan proses pemerolehan bahasa yang melibatkan ketiga


aspek tersebut sebagai berikut.

2. Alat pemerolehan bahsa


1. Data linguistik (LAD) yang dibawa sejak lahir 3. Kemampuan bahasa anak

a. Anak mendapat masukan dalam bentuk tuturan (data bahasa primer) yang didengar
oleh orang-orang di sekitarnya. Masukan berupa data linguistik primer berfungsi
sebagai pedoman bagi perkembangan bahasa anak selanjutnya. Artinya, misalnya
inputnya berupa data bahasa Indonesia, maka outputnya juga kemampuan
berbahasa Indonesia.
b. Alat pemerolehan Language Acquisition Device (LAD) mencakup tiga aspek dan
kaidah bahasa yang bersifat universal. Terkait dengan proses pemerolehan di atas,
LAD mengambil input sebagai data bahasa primer, kemudian mengidentifikasi
dan membedakan input tersebut. Dengan demikian, LAD berfungsi membentuk
tata bahasa suatu bahasa. Dengan menggunakan input bahasa yang ada, LAD
akan bekerja dan membentuk sistem gramatika pada diri pembelajar.
c. Output yang dihasilkan berupa tindak tutur, bila diamati secara berulang-
ulang, dapat memberikan gambaran terkait kemampuan berbahasa anak. Output
(keluaran) dalam suatu sistem pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh input
(masukan) dan proses atau pemrosesan yang terjadi. Oleh karena itu, karakteristik
output (keluaran) dapat menggambarkan karakteristik masukan dan perilaku proses
dari sistem pemerolehan itu.
4. Drama Korea
Drama Korea adalah cerita pendek yang orang hanya bisa menonton selama dua
sampai tiga jam sehari. Drama Korea (drakor) menjadi populer di seluruh Asia
termasuk Indonesia. TV lokal Indonesia menayangkan lebih dari 40-50 judul drakor
pada tahun 2011 dan terus bertambah setiap tahunnya dan menurut survei
AGB Nielsen Indonesia pada tahun 2003, tayangan drama endless love di Indonesia
ini semakin populer dan mendapat rating 10 atau telah dilihat oleh 2,8 juta orang di
Indonesia (Mutiara, M., dkk (2023)).
Perkembangan industri hiburan di Korea saat ini sudah sangat maju dan
berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Korean Wave yang saat ini masih
menyebar ke seluruh dunia. Akibatnya, negara Korea menjadi semakin terkenal di
dunia. Budaya, pakaian, makanan, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Korea dengan cepat menjadi tren yang sangat populer di seluruh dunia.
Pengaruh besar Korean Wave adalah drama Korea. Jauh sebelum fashion dan musik,
drama Korea telah berhasil merebut hati banyak orang di seluruh dunia. Drama
Korea sudah sukses mendunia di Asia dan Amerika. Banyak drama Korea yang
dibuat menjadi serial pendek dan sebagian besar hanya tayang beberapa minggu
saja (Ardia, V. (2014)).
Pengaruh drama Korea ini sering terlihat ketika seseorang mengobrol,
mereka sering menambahkan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
“annyeonghaseyo (halo), mannaseo bangawoyo (senang bertemu denganmu), jal
gayo (sampai jumpa), aniyo (tidak), ne (iya), gomasseuimnida (terima kasih),
chukahaeyo (selamat), mian hamnida (maaf), kwaenchanayo (tidak apa-apa),
saranghae (aku cinta kamu)” dan lain-lain yang sering didengar. Biasanya, terpaaan
budaya korea ini melalui drama korea yang mereka tonton dan dengar.
Paparan budaya Korea inilah adalah salah satu alasan mengapa seseorang
mengetahui istilah atau bahasa Korea (Mutiara, M., dkk (2023)).
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka teori, peneliti membuat kerangka konseptual sebagai dasar
permasalahan penelitian. Landasan menunjukkan akan hubungan satu sama lain.
Pemerolehan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa selain bahasa ibu. Oleh
karena itu, penelitian ini berfokus pada analisis pemerolehan bahasa kedua yang
diperoleh anak remaja dalam drama Korea sebagai drama fantasi yang telah mendorong
anak remaja dan menjadi pendorong pengubah perilaku serta tata bahasa anak remaja
masa kini.

C. Pernyataan Penelitian
Pernyataan penelitian adalah jawaban awal tentang permasalahan penelitian sampai
dapat dibuktikan dengan data yang terkumpul. Dikatakan sementara karena jawaban
baru berdasarkan pada teori baru yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang
diperoleh dari pengumpulan data. Berdasarkan pendapat di atas, maka pernyataan dari
penelitian ini adalah terdapat beberapa komponen yang akan dijadikan acuan
penelitian, di antaranya adalah pengaruh series Korea terhadap pemerolehan bahasa
kedua dan seberapa banyak kosakata bahasa Korea yang diperoleh anak remaja hanya
dengan menonton series Korea (Drakor).
BAB III METODE
PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian memegang peranan penting dalam penelitian. Hal ini
penting dalam penelitian karena metode dapat menentukan tercapainya suatu penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif ini bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang sedang
dihadapi dan mengumpulkan data-data informatif yang akan disusun dan dianalisis
untuk memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, misalnya data-data yang
dideskripsikan yaitu pemerolehan bahasa kedua (bahasa Korea) pada anak remaja.

B. Objek/ Sampel Penelitian


Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Objek atau sampel dalam
penelitian ini adalah anak remaja yang sering menonton series Korea (drakor).

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Tipe
pertanyaan dalam angket dibagi menjadi dua, yaitu: terbuka dan tertutup. Pertanyaan
terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan
yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah
satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan
angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan
ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup Sugiyono (2017:143). Kuesioner atau angket
yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket tertutup, karena responden
hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar.

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah langkah-langkah yang dapat digunakan untuk memperoleh
jawaban atas masalah. Yuliana dalam Mahsun (2014:117) menyatakan bahwa
analisis data adalah langkah dimana hasil informasi yang diperoleh ditentukan untuk
menarik kesimpulan tentang subjek yang dicari. Setelah data dikumpulkan dan disusun
dengan baik, data akan diproses sebagai berikut:
1. Pengelompokan bahan penelitian menurut tahap pemerolehan bahasa yang
dikaitkan dengan teori.
2. Melakukan identifikasi data. Data diidentifikasi dengan menelaah jawaban
yang diterima dari responden.
3. Memaparkan hasil penelitian dan kesimpulan hasil
pembahasan.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh seorang peneliti untuk
mengukur suatu fenomena yang telah terjadi. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner
yaitu daftar pernyataan tertulis yang bertujuan untuk memperoleh informasi berupa
jawaban dari responden yang digunakan sebagai alat pengumpulan data.
Instrumen penelitian merupakan kunci dalam meneliti dan data adalah kebenaran
dan empirisme, yaitu kesimpulan atau temuan penelitian. Terkait dengan topik ini
Sugiyono (2017:305) mengatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah alat
penelitian untuk memahami topik dan kesediaan peneliti untuk melakukan perjalanan
ke lokasi penelitian. sebuah instrumen penelitian ini dilakukan dengan studi dokumenter.
Studi dokumenter dan pengamatan dilakukan dengan menganalisis pemerolehan
bahasa kedua (bahasa Korea) menurut kategori kata, meliputi kata benda, kata kerja,
kata sifat, kata ganti, dan kata keterangan pada remaja yang sering menonton drama
Korea.
DAFTAR PUSTAKA

Ardia, V. (2014). “Drama Korea dan Budaya Popular”. LONTAR: Jurnal


Ilmu
Komunikasi, 2(3).
Br Tarigan, R. N. (2020). Analisis Pemerolehan Bahasa Kedua (Bahasa Indonesia) di
Kelas
Rendah SD 046411 Desa Doulu Berastagi (Doctoral dissertation).
Fatmawati, S. R. (2015). “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut
Tinjauan
Psikolinguistik. Lentera, 17(1).
Habibah, N. (2016). “Lingkungan Artifisial dalam Pembelajaran Bahasa Arab”.
Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 3(2), 173-196.
Irawan, M. Y., & Ramdhani, I. S. (2023). “Pengaruh Tontonan Youtube Terhadap
Pemerolehan Bahasa Asing Pada Remaja Usia 16 Tahun”. ALFIHRIS: Jurnal
Inspirasi Pendidikan, 1(1), 146-155.
Kusuma, A. B. (2016). “Pemerolehan Bahasa Pertama Sebagai Dasar Pembelajaran Bahasa
Kedua (Kajian Psikolinguistik)”. AL-MANAR: Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan Islam, 5(2).
Mutiara, M., Prasatia, N. E., Evangeline, E., & Marhaeni, N. H. (2023). “Pengaruh Drama
Korea Terhadap Minat Belajar Bahasa Korea Mahasiswa”. Inovasi: Jurnal
Ilmiah Pengembangan Pendidikan, 1(2), 33-42.
Setiyadi, A. C., & Salim, M. S. U. (2013). “Pemerolehan Bahasa Kedua Menurut
Stephen
Krashen”. At-Ta'dib, 8(2).
Sundari, W. (2018). “Pemerolehan Bahasa”. Dalam Jurnal Warna,
2(1).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Syaprizal, M. P. (2019). “Proses Pemerolehan Bahasa pada Anak”. AL-
HIKMAH (Jurnal Pendidikan Dan Pendidikan Agama Islam), 1(2), 75-86.
Yuliana, R. (2020). “Pemerolehan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua pada
Siswa Thailand di MA Nurul Islam Jember”. BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 111-122.

Anda mungkin juga menyukai