Anda di halaman 1dari 6

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Nama : Aprianti Mega Resky


Kelas : PBSI E
Nim : 210501502075
Rangkuman Materi Kelompok 7

STRATEGI PEMEBELAJARAN INOVATIF BAHASA DAN SASTRA

A. Claustering (Pengelompokan Kata)

Kreativitas yang muncul pada diri siswa sekarang ini memiliki peranan yang
penting karena berdampak positif bagi kehidupan sehari-hari, terutama di kelas. Siswa
yang kreatif kemungkinan sudah menguasai materi sebelum materi diberikan. Mereka
sudah memiliki kemampuan belajar keterampilan konsep pembelajaran yang lebih maju
di luar kelas dibandingkan penjelasan guru di kelas muncul (Widyaningrum &
Rahmanumeta, 2016).
1. Pengertian Claustering (Pengelompokan Kata)
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) merupakan pengelompokan
berasal dari kata kelompok yang artinya beberapa orang ( Binatang, benda, dan
sebagainya) yang berkumpul atau dikumpulkan menjadi satu pengelompokan itu adlaah
menjadikan berkelompok-kelompok: membagi-bagi dalam beberapa kelompok. Kata
adalah hal-hal yang dilahirkan dengan ucapan; ujaran; bicara; dan cakap.
Teknik pengelompokan kata merupakan kata merupakan Teknik dalam
pembelajaran menulis yang aktivitasnya menyeimbangkan belahan otak kanan dengan
otak kiri. Dalam praktik pembelajaran siswa mengelompokkan memilah dan menuangkan
gagasan ke atas kertas secepatnya (Djumingin, 2011: 153).
2. Langkah-langkah Claustering (Pengelompokan Kata)
Menurut De Porter dan Hernacki (2003) dalam buku Djumingin ( 2011: 153)
Mengemukakan langkah-langkah Claustering sebagai berikut:
a. Melihat dan membuat kaitan antara gagasan;
b. Mengembangkan gagasan-gagasan yang telah ditemukan;
c. Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep;
d. Bekerja secara alamiah dengan gagasan tanpa penyuntingan atau
pertimbangan;
e. Menvisualisasikan hal-hal yang khusus dan mengingatnya Kembali dengan
mudah,
f. Mengalami desakan yang kuat untuk menulis.

B. Show Not tell (SNT).

Show not tell adalah teknik untuk mempercepat pengembangan gagasan pada
proses menulis dengan cara bertolak dari bentuk kalimat memberitahukan, kemudian
mengubahnya menjadi paragraf yang menggambarkan. Misalnya, kalimat
memberitahukan, hari ini hujan lebat. Perlu diubah dengan cara menggambarkannya
dalam sebuah paragraf. Apa hujan itu? Hari apa kejadiannya? Apa saja yang terjadi saat
itu? Bagaimana keadaan saat itu? Siapa-siapa yang ada pada saat itu dan sebagainya?
Selanjutnya, gambaran atau deskripsinya menjadi unik. (Djumingin 2011: 156)
1. Manfaat SNT
Menurut Djumingin ( 2011: 156) dalam bukunya Manfaat metode SNT adalah:
a. penyusunan gagasan dalam menulis karena dibantu dengan pemetaan gagasanide,
pengelompokan kata, dan urutan gagasan
b. Melatih siswa berpikir logis, sistematis, dan terstruktur.
2. Langkah-langkah SNT
Menurut Djumingin ( 2011: 156) dalam bukunya, Pengembangan teknik Show
Not Tell dimulai dari mendaftar kalimat berita sebagai berikut:
a. Guru meminta siswa membuat daftar. Daftar yang dimaksud adalah daftar kalimat
memberitahukan, misalnya siswa membuat daftar kalimat tentang hal-hal yang menarik
waktu melihat suatu objek lingkungan.
b. Guru menyuruh siswa mengubah kalimat menjadi paragraf yang menggambarkan.
c. Beberapa siswa secara sampel membacakan hasil pekerjaannya di depanteman-temannya
dan yang lainnya menanggapinya.
d. Siswa mempertukarkan pekerjaannya untuk dikoreksi dan diberi nilai
e. Siswa dan guru merefleksi bersama-sama tentang tugas siswa.

C. Mind Mapping (Peta Konsep)


Mind mapping merupakan cara membuat catatan secara keseluruhan pada sebuah
halaman. Peta pikiran menggunakan isyarat visual dan sensorik dalam model ide
Mengenai suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk. mengungkapkan ide atau
gagasan yang merangsang kreativitas otak, yang bertujuan untuk meningkatkan
berpikir kreatif siswa. pembelajaran Mind Map juga merupakan model pembelajaran
aktif dan dapat meningkatkan keterampilan, kemampuan dan hasil belajar siswa.
Menyukaidan penelitian penggunaan model mind mapping dapat meningkatkan
keterampilan menulis siswa sekolah dasar, penerapan model peta pikiran (mind
mapping) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif matematis siswa
(Wulandari et al., 2019).

1. Ciri Mind Mapping (Peta Konsep)


Menurut Djumingin ( 2011: 157) dalam bukunya ada beberapa ciri Peta Konsep,
yaitu:

a. Peta konsep atau pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memerhatikan konsep-konsep
suatu bidang studi. Pebuatan sendiri peta konsep, siswa 'melihat' bidang studi itu lebih
jelas, dan memelajari bidang studi itu lebih jelas, dan memelajari bidang studi itu lebih
bermakna.
b. Peta Konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu
bagian dari bidang studi. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dengan cara
mencatat pelajaran tanpa memerhatikan hubungan antara konsep-konsep dan hanya
memerhatikan gambar satu dimensi saja.
c. Cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep, tidak semua konsep memunyai bobot
yang sama, Ini berarti ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep yang
lain.
2. Langkah-langkah Mind Mapping (Peta Konsep).
Dalam buku Djumingin ( 2011: 157) merumuskan kaidah peta konsep sebagai berikut:
a. Mulailah dengan gambar di bagian tengah. Sebuah gambar seringkali bernilai seribu kata
dan mendorong pemikiran kreauf sekaligus secara signifikan meningkatkan ingatan;
b. Gambarlah seluruh peta pikir Anda seperti nomor (1) untuk merangsang proses yang
berkaitan dengan otak.
c. Kata-kata harus ditulis. Untuk tujuan membaca kembali, sebuah peta yang tercetak
memberikan umpan balik yang lebih fotografis, lebih cepat, dan lebih mudah dipahami.
Sedikit waktu ekstra yang digunakan untuk mencatat akan memperpendek waktu pada
saat membaca kembali.
d. Kata-kata yang ditulis harus berada di atas garis, dan setiap garisnya harus dihubungkan
dengan garis-garis lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa peta pikiran
memiliki struktur dasar. e. Kata-kata harus berada dalam unit-unit, yakni satu kata per
garis. Ini menjadikan setiap katanya memiliki kaitan yang lebih bebas dan membuat
penulisan catatan lebih bebas dan fleksibel.
e. Gunakan warna di seluruh peta pikiran karena warna-warni mempertinggi ingatan,
menyejukkan mata, dan merangsang proses otak sebelah kanan.
f. Dalam usaha kreatif seperti ini, pikiran harus dibiarkan sebebas-bebasnya.

SOAL DAN PERTANYAAN

1. (Wa herni)
Kemampuan apa yang dapat diperoleh peserta didik melalui penerapan strategi mind
mapping?
Jawaban: Mind mapping (peta pikiran) sebagai strategi pembelajaran memberikan daya
ingat yang berarti bagi peserta didik dalam memaksimalkan kreatifitas berfikirnya,
karena dalam penerapan peta pikiran dapat meningkatkan ketrampilan dasar yang dapat
merangsang otak peserta didik dalam belajar dan menata informasi Pembelajaran dengan
peta konsep memberikan kemudahan dalam memahami sutu materi dengan pola dan gaya
tersendiri yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Penerapan peta pikiran telah mampu
meningkatkan kretivitas berfikir yang harus dimiliki setiap peserta didik selama proses
pembelajaran.
2. (Indah)
Dari strategi yg di jelaskan tadi, strategi apa yang cocok digunakan pada kelas yg di
dlmnya dominan memiliki siswa berkebutuhan khusus, misalnya bisu?
Jawab: Model pembelajaran mind mapping karena model pembelajaran ini
menggunakan isyarat visual yang bertujuan untuk merangsang kreativitas otak dan
meningkatkan berpikir kreatif siswa. Maksudnya, model mind mapping ini hanya
meminta siswa untuk membuat gambar/diagram konsep yang ditunjukkan dengan garis
lengkung yang menghubungkan cabang kedua dan ketiga. Model pembelajaran mind
mapping ini dapat meningkatkan keterampilan menulis, kemampuan, dan hasil belajar
siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Djumingin, S. (2011). Strategi dan aplikasi model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra.
Makassar: Badan Penerbit UNM.

Widyaningrum, H. K., & Rahmanumeta, F. M. (2016). Pentingnya strategi pembelajaran inovatif


dalam menghadapi kreativitas siswa di masa depan. Proceedings International Seminar
FoE (Faculty of Education), 268–277.

Wulandari, F. A., Mawardi, M., & Wardani, K. W. (2019). Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas 5 Menggunakan Model Mind Mapping. Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar, 3(1), 10–16.

Anda mungkin juga menyukai