A. Landasan Teori
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung
pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune;
pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan
(holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik
adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan
pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar
dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear,
nonmekanis, kreatif dan hidup.
B. Prinsip Dasar
Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka
prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
C. Karakteristik
Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual,
maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
1) Somatic
Somatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka
dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah
pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik,
melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).
2) Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada uyang kita sadari,
telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari.
Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita
menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan
suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model,
mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat
tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka
sendiri.
3) Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa
yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang
dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya
pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta
gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.
4) Intektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan
sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang
merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar.
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan
cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya
belajar.
d) presentasi interaktif
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c) simulasi dunia-nyata
k) mengajar balik
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan
atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan
penampilan hasil akan terus meningkat.
Sumber Bacaan:
Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif
Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti.
Bandung: Kaifa.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi
pembelajaran deduktif.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
model pembelajaran. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
H. Agus Maimun. Dosen UIN Malang menulis Teori pembelajaran adalah fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur pembelajaran yang telah diuji kebenarannya melalui pendekatan ilmiah
(behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, perilaku sosial/social behavior).
Disain pembelajaran adalah upaya untuk merencanakan dan menyusun, melaksanakan proses
pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran secara sistematis.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis &
prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning,
Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil belajar yang
berbeda dalam kondisi yang berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang telah
ditetapkan ( Ceramah, tanya jawab, diskusi, dll ).
Model pembelajaran kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (dick & carey,
weils, benety, dll)
Kesimpulan.
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode
pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan
satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model
pembelajaran adalah pembungkus proses pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan,
strategi, metode dan tehnik. Contoh : model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang
terfokus pada siswa, dimana strategi pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan,
penemuan-penemuan
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan
dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Sumber:
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat
Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
S. Nasution.Prof. Dr. M.A, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta, Bumi Aksara, Jakarta.
Syaiful Sagala,H. DR. M.Pd, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit ALFABETA,
Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.