b) Alami
d) Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan inti, pada tahap ini adalah memberi
kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini
sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat
pemahaman terhadap materi yang dipelajari.Strategi yang dapat
digunakan adalah mempraktekkan, melakukan percobaan, menyusun
laporan, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan
tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
e) Ulangi
f) Rayakan
a. Kelebihan Quantum Teaching.
c) Menganalisis masalah
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki,
dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari
informasi tambahan itu, dan menemukan ke mana akan dicari.
Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa dipecahkan.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar model pembelajaran ini
cukup lama.
Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat kenapa mereka harus berupaya
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
Kekurangan
Langkah ke-4 ini juga merupakan tahapan yang sangat penting. Pada tahap
keempat model pembelajaran inkuiri ini, siswa bersama kelompoknya harus
mengumpulkan sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang
dibutuhkan. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-milah informasi dan
data mana yang relevan dengan tujuan atau pemecahan masalah mereka.
Informasi dan data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber data yang
mungkin. Guru bukanlah sumber informasi utama, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator sehingga semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lengkap dapat berjalan dengan baik.
Siswa akan lebih banyak membaca secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan
yang dibutuhkan dari internet, melakukan eksperimen-eksperimen kecil dan
sebagainya
h) Menguji Hipotesis
Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang tersedia
dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk memproses data dan
informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar mengorganisasikan data ke dalam tabel-
tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang akan mempermudah mereka dalam menguji
kebenaran hipotesis yang telah mereka susun dilangkah sebelumnya. Di sini mungkin
saja terjadi semacam perbedaan antara informasi yang baru mereka peroleh dengan
informasi yang telah mereka miliki sebelumnya. Proses berpikir kreatif, kritis, dan
analitis akan dibutuhkan di tahap ini, sehingga mereka dapat menguji hipotesis.
i) Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan dapat
membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian hipotesis yang telah
dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran yang baru mereka lakukan mereka ternyata
mendapati bahwa informasi lama yang telah mereka sebenarnya informasi yang keliru,
atau dapat pula sebaliknya, di mana informasi baru yang mereka peroleh semakin
memperkuat informasi yang telah mereka miliki itu. Atau dengan kata lain, mereka dapat
lebih dalam memahami hal tersebut dibanding sebelumnya.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini
memungkinkan siswa mempunyai kedalaman pemahaman akan suatu hal yang mereka
pelajari, dan ini terjadi secara kontruktif di mana mereka membangun sendiri
pengetahuan baru di atas fondasi pengetahuan yang sebelumnya telah mereka punyai.
c. Kelebihan dan kekurangan
Beberapa kelemahan model pembelajaran inkuiri dapat saja muncul dalam suatu
pembelajaran. Akan tetapi kelemahan-kelemahan ini dapat direduksi (dikuragni)
dengan kemampuan pengelolaan guru dalam melaksanakan model ini dikelasnya.
Kelemahan-kelemahan yang dapat muncul itu antara lain sebagai berikut:
1. Permasalahan dengan waktu yang dialokasikan. Apabila guru dan siswa belum
begitu terbiasa melaksanakan model pembelajaran inkuri, maka ada kemungkinan
yang besar waktu tidak dapat dimanajemen dengan baik. Pencarian dan pengumpulan
informasi bisa saja akan memakan waktu lama atau bahkan jauh lebih lama dibanding
jika guru langsung memberi tahu siswa tentang informasi tersebut. Godaan kepada
guru untuk segera memberitahu akan menyebabkan model pembelajaran inkuiri yang
dilaksanakannya menjadi tidak berfungsi dengan baik. Perlu kesabaran guru untuk
menahan diri dari memberi tahu secara langsung. Sebaiknya siswa diberikan
kesempatan dan waktu lebih banyak untuk belajar secara mandiri dan memanajemen
proses belajar mereka, sehingga mereka semakin terbiasa dan waktu berangsur-angsur
tak lagi akan menjadi sebuah masalah besar dalam implementasi model pembelajaran
ini.
2. Pembelajaran inkuri yang dilakukan oleh siswa dapat melenceng arahnya dari
tujuan semula karena mereka belum terbiasa melakukannya. Seringkali siswa justru
mengumpulkan informasi yang tidak relevan dan tidak begitu penting. Oleh karena itu,
peranan guru sebagai fasilitator pembelajaran yang handal sangat diperlukan. Bersama
latihan dan pembelajaran yang lebih sering, kendala kehilangan arah ini akan dapat
direduksi dengan lebih baik.
3. Pada akhir suatu pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran inkuri, bisa
saja setelah segala upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh siswa dan kelompoknya
ternyata membuahkan hasil yang salah, keliru, kurang lengkap, atau kurang bagus. Ini
bisa jadi akan dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Oleh karena itu guru perlu
hati-hati dan "awas" terhadap apa yang sedang berlangsung di dalam kelompok-
kelompok belajar di kelasnya agar setiap pembelajaran yang dilaksanakan memberikan
hasil yang memuaskan bagi siswa.
4. Akan terjadi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri ini pada
siswa-siswa yang telah terbiasa menerima informasi dari guru. Siswa-siswa yang tidak
terbiasa akan ragu-ragu dalam bertindak sehingga seringkali pembelajaran macet di
tengah jalan. Kesabaran guru di awal-awal pelaksanaan model pembelajaran ini sangat
diperlukan. Ketika siswa mulai terbiasa, keragu-raguan dalam bertindak, mencari
informasi, mengolahnya untuk kemudian membuat simpulan berdasarkan versi mereka
sendiri akan lebih mudah dan lancar.
5. Jika jumlah siswa di dalam kelas terlalu banyak, maka guru mungkin akan
mengalami kesulitan untuk memfasilitasi proses belajar seluruh siswa.
6. Ketika pembelajaran inkuiri yang selalu disetting dalam kelompok-kelompok ini
berlangsung, biasanya ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya.
Bagaimana cara guru memotivasi dan membantu mereka untuk dapat besinergi dengan
anggota kelompoknya lalu mengambil peranan yang disukainya akan sangat
bermanfaat untuk mereduksi keadaan-keadaan seperti ini
1. Setiap individu pada setiap tingkat usia memiliki potensi untuk belajar,
namun dalam prosesnya, keberhasilan antarindividu akan beragam; ada yang
cepat dan ada yang lambat tergantung pada motivasi dan cara yang
digunakan.
2. Tiap individu mengalami proses perubahan dimana situasi belajar yang baru
sangat mungkin menimbulkan keraguan, kebingungan, bahkan ketidak-
senangan tetapi dipihak lain banyak juga yang menyenangkan.
2. Tingkat 2. Menghargai
yang mendalam.
14. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat
a. Pengertian Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Sains dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hampir semua aspek kehidupan manusia saat ini telah
tersentuh oleh produk-produk teknologi yang merupakan penerapan
konsep-konsep sains. Sains dan teknologi sangat terasa dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu,
pembelajaran fisika harus dikaitkan secara langsung dengan teknologi dan
masyarakat.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan terjemahan
dari Scince-Technology-Society (STS). Scince Technology Society is the
teaching and learning of science-technology in the context of human
experience (Yager dalam Mikdar, 2006). STM adalah sebuah model
dalam proses belajar-mengajar yang mengaitkan antara sains-teknologi
dalam konteks kehidupan. Ciri-ciri khas pembelajaran dengan model STM
adalah sebagai berikut:
siswa mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya
dan dampaknya,
menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-
bahan) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah,
keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah,
penekanan pada keterampilan proses sains, agar dapat digunakan
oleh siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan
sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.
b. Langkah-langkah
Tahap pendahuluan (inisiasi, invitasi, apersepsi, dan eksplorasi),
Dikemukakan isu/masalah yang ada di masyarakat yang
dapat digali siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil memperoleh
tanggapan dari siswa, dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri.
Isu yang diangkat merupakan pernyataan yang mengandung pro
dan kontra. Hal ini mengharuskan siswa berpikir untuk
menganalisis isu tersebut. Apabila masalah berasal dari guru, siswa
juga harus tetap berpikir tentang penyelesaian masalah yang
direncanakan.
Tahap pembentukan dan pengembangan konsep
Dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan dan metode,
misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan kecakapan
hidup, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, dll. Pada
akhir pembentukan konsep diharapkan siswa telah dapat
memahami apakah analisis tehadap isu/masalah yang dikemukakan
di awal pelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang diikuti
ole para ilmuwan.
Tahap aplikasi konsep dalam kehidupan
Berbekal pemahaman konsep yang benar, siswa melakukan
analisis isu/masalah yang disebut aplikasi konsep. Adapun konsep
yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan
mereka sendiri.
Tahap pemantapan konsep
Guru meluruskan kalau ada miskonsepsi selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Apabla selama proses pembentukan konsep
tidak tampak adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa, maka
guru tetap perlu melakukan pemantapan konsep.
Tahap evaluasi
Guru member tes dan siswa diminta menjawab soal tes yang
diberikan. Dari jawaban tes tersebut guru dapat menilai dan
mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dengan model
STM.
c. Kelebihan dan kekurangan model STM
Kelebihan model STM adalah dapat meningkatkan literasi sains,
perhatian terhadap interaksi sains, teknologi, dan masyarakat.
Karena siswa dituntut lebih aktif menemukan permasalahan sendiri
yang kemudian ditindaklanjuti mencari solusinya. Pemahaman
yang baik dalam sains ini akan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, bernalar logis, memecahkan masalah secara kreatif dan
membuat keputusan yang bertanggung jawab terhadap
permasalahan yang menyangkut sains, teknologi, dan masyarakat.
STM juga mempunyai kelemahan, yaitu dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar di kelas memerlukan tambahan waktu jika
dibandingkan dengan pembelajaran model konvensional. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka sebelum proses belajar mengajar
harus dibuat pembagian waktu secermat mungkin, agar waktu
tidak habis untuk mengajar satu konsep saja.
Tahap pertama, yaitu orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena/demonstrasi/cerita
untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan.
Tahap kedua, yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Tahap ketiga, yaitu membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap keempat, yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru
membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap kelima, yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.