Anda di halaman 1dari 22

NAMA : NURUL SA’ADAH

NIM : 1786206151

PRODI : S1 PGSD

SEMESTER : VI

DOSEN PENGAMPUH : SYAWAL SIMATUPANGM, M.Pd

MATA KULIAH : KEBIJAKAN PEROBLEMATIKA SD

1. Jelaskan makna pendidikan inklusi ?


Jawaban :
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur
agar difabel dapat dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman
seusianya. Tanpa harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan
aksesibilitas yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali difabel.[1] Inklusif
dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi peserta lembaga pendidikan baik itu dari
sekolah dasar sampai tingkat universitas yang memiliki hambatan adalah keterlibatan
yang sebenarnya dari setiap siswa dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh.
Pendidikan inklusif dapat berarti penerimaan siswa atau mahasiswa yang memiliki
hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi)
sekolah atau universitas.
Pendidikan inklusif bertujuan untuk menyatukan atau menggabungkan pendidikan
reguler dengan pendidikan khusus ke dalam satu sistem lembaga pendidikan yang
dipersatukan untuk mempersatukan kebutuhan semua. Pendidikan inklusif bukan sekadar
metode atau pendekatan pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang
mengakui kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk membangun
kehidupan bersama yang lebih baik. Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk
menyatukan hak semua orang tanpa terkecuali dalam memperoleh pendidikan.
Difabel hanyalah suatu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras,
bahasa, budaya dan agama. Di dalam individu berkelainan pastilah dapat ditemukan
keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam setiap individu-individu pasti
terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak ada makhluk yang diciptakan sempurna.
Hal ini diwujukan dalam sistem pendidikan inklusif yang memungkinkan terjadinya
pergaulan dan interaksi antar siswa yang beragam sehingga mendorong sikap yang penuh
toleransi dan saling menghargai
2. Jelaskan konsep anak berkebutuhan khusus ?
Jawaban:
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan
dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam
pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya.
Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih
dalam dirinya. Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu
a. ABK yang bersifat permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu.
b.  ABK yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan
belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi
lingkungan. Misalnya, anak yang mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan bencana alam, atau tidak bisa
membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami
kewibahasaan (perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak yang
mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya
dank arena kemiskinan dsb. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila
tidak mendapatkan interverensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan
belajarnya bisa menjadi permanen.
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen
maupun yang temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar dan
kebutuhan belajar yang berbeda.-beda. Hambatan belajar yang dialami
oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1.      Factor lingkungan
2.      Factor dalam diri anak sendiri
3.      Kombinasi antara factor lingkungan dan factor dalam diri
anak.
Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus
dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan aspek:
1.      Fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain
2.      Kognitif : mental retardasi, anak unggul (berbakat)
3.      Bahasa dan bicara
4.      Pendengaran
5.      Penglihatan
6.      Social emosi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan
peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang
berbeda dan juga dengan cara yang berbeda pula. Walaupun mereka
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara
umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama.
Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan
kebutuhan khusus.
Dalam ABK ada beberapa istilah-istilah diantaranya
yaitu: Awas (low vision), lemah pendengaran (hard of hearing),
terbelakang mental (retardasi mental), kelayuhan otak (cerebral palcy),
emotionaly disturbed, socialy maladjusted, emotionally handicapped,
psikotik, autis IQ, attention Deficit and Hyperactive Disorder (ADHD),
down syndrome.

3. Jelaksan implikasi pendidikan inklusi di Indonesia ?


Jawaban :
a. Perubahan Pandangan tentang Pendidikan 
Seiring dengan semakin meningkatnya keperdulian dan kesadaran masyarakat
dunia untuk mewujudkan pendidikan yang menyeluruh dan dapat diakses oleh semua
individu, maka gerakan mereka ditunjukkan dengan pernyataan dunia, yaitu (1)
Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948, (2) Konvensi Hak Anak, 1989, (3) Konferensi
Dunia tentang Pendidikan Untuk Semua, (4) Persamaan bagi Orang Berkelainan,
1993, (5) Pernyataan Salamnca tentang Pendidikan Inklusif,1994 dan (6) Komitmen
Dakar mengenai Pendidikan Untuk Semua, 2000.
Dari enam pernyataan dunia tentang pendidikan dan hak asasi manusia, terdapat
dua pernyataan yang melandasi perlunya perubahan dalam sistem pendidikan,
Pertama pernyataan Salamanca tahun 1994 yang intinya dari pernyataan tersebut
antara lain menyatakan bahwa setiap anak mempunyai hak pendidikan, kebutuhan
belajar yang berbeda, serta program pendidikan yang dirancang harus disesuaikan
dengan keberagaman dan kebutuhan peserta didik. (UNESC0, 1994)
Kerangka aksi dalam pernyataan Salamnca (1994) yang dipergunakan sebagai
pedoman internasional penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan
khusus telah mencetuskan pemikiran-pemikiran baru. Pemikiran-pemikiran baru
tersebut diantaranya adalah:
Kecenderungan dalam kebijakan sosial selama dua dasawarsa terakhir ini adalah
meningkatkan integrasi dan partisipasi serta memerangi ekslusi (keterpisahan).
Inklusi (ketercakupan) dan partisipasi merupakan hal yang sangat penting bagi harga
diri manusia serta memungkinkan orang menikmati dan mempraktekkan hak-hak
azasinya sebagai manusia. Di dalam bidang pendidikan hal tersebut tercermin dalam
pengembangan strategi-strategi yang berusaha memberikan kesamaan kesempatan
yang sesungguhnya. Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa integrasi
anak dan remaja penyandang kebutuhan pendidikan khusus tercapai dengan sebaik-
baiknya apabila mereka ditempatkan di sekolah inklusif yang melayani semua anak
di masyarakatnya.
Dalam sistem inilah mereka yang menyandang kebutuhan pendidikan khusus
dapat sepenuhnya mencapai kemajuan pendidikan dan integrasi sosial. Sementara
sekolah inklusif memberikan lingkungan yang tepat guna mencapai kesamaan
kesempatan dan partisipasi penuh, keberhasilannya menuntut usaha bersama, bukan
hanya oleh guru-guru dan staf sekolah, tetapi juga oleh teman-teman sebayanya,
orang tua, keluarga dan relawan. Reformasi institusi sosial bukan merupakan tugas
teknis semata, melainkan di atas segalanya tergantung pada keyakinan, komitmen
dan niat baik dari para individu anggota masyarakat yang bersangkutan.
Prinsip mendasar dari sekolah inklusif adalah bahwa, selama memungkinkan,
semua anak seyogyanya belajar bersama-sama, tanpa memandang kesulitan ataupun
perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Sekolah inklusif harus mengenal dan
merespon terhadap kebutuhan yang berbeda-beda dari peserta didiknya,
mengakomodasi berbagai macam gaya dan kecepatan belajarnya, dan menjamin
diberikannya pendidikan yang berkualitas kepada semua peserta didik melalui
penyususnan kurikulum yang tepat, pemanfaatan sumber dengan sebaik-baiknya, dan
penggalangan kemitraan dengan masyarakat sekitarnya. Seyogyanya terdapat
dukungan dan pelayanan yang berkesinambungan sesuai dengan sinambungnya
kebutuhan khusus yang dijumpai disetiap sekolah.
Di sekolah inklusif, anak yang menyandang kebutuhan pendidikan khusus
seyogyanya menerima segala dukungan tambahan yang mereka perlukan, untuk
menjamin efektifitas pendidikan mereka.
Pendidikan inklusif merupakan alat yang paling efektif untuk membangun
solidaritas antara anak penyandang kebutuhan pendidikan khusus dengan teman-
teman sebayanya. Penempatan anak secara permanen ke sekolah khusus atau sekolah
luar biasa atau kelas khusus di sebuah sekolah reguler- seyogyanya merupakan suatu
kekecualian, yang direkomendasikan hanya pada kasus-kasus tertentu diamana
terdapat bukti yang jelas bahwa pendidikan di kelas reguler tidak dapat memenuhi
kebutuhan pendidikan atau kebutuhan sosial anak, atau apabila hal tersebut
diperlukan demi kesejahteraan anak yang bersangkutan atau kesejahteraan anak-anak
lain di sekolah tersebut.
Pendidikan inklusif menganut prinsip pedagogi yang sehat dan dapat
menguntungkan semua peserta didik. Pendidikan ini berasumsi bahwa perbedaan-
perbedaan itu normal adanya dan pembelajaran itu harus disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik. Berkembangnya praktek pendidikan inklusif mendorong
Sekolah Luar Biasa untuk meningkatkan kualitas sekolahnya agar dapat menjadi
pusat sumber. Melalui peran dan fungsinya sebagai pusat sumber, maka sumber daya
sekolah luar biasa akan memberikan dukungan kepada sekolah reguler yang
melaksanakan pendidikan inklusif.
Sekolah umum dengan dukungan pusat sumber dari sekolah luar biasa akan dapat
mengembangkan dirinya sebagai sekolah yang terbuka untuk menerima semua
peserta didik termasuk yang berkebutuhan khusus. Perubahan-perubahan tersebut
semakin memperkukuh bahwa pendidikan inklusif adalah jawaban terhadap
pemenuhan hak asasi semua orang, sehingga bagi mereka yang mempunyai
kebutuhan khusus harus mempunyai akses ke sekolah umum, dan sekolah tersebut
harus mengakomodasi dan memenuhi kebutuhan dengan berpusat pada diri anak.
Hal itu juga menunjukkan bahwa sekolah umum dengan orientasi inklusif
merupakan alat paling efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, dan dapat
menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan
mencapai pendidikan untuk semua (PUS). Lebih jauh sekolah semacam ini akan
memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak (UNESC0, 1994).
Kedua, pernyataan Dakar Sinegal tahun 2000 tentang pendidikan untuk semua
(PUS), menyatakan bahwa semua anak, remaja, dan orang dewasa mempunyai hak
untuk memperoleh manfaat dari kesempatan pendidikan yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan belajarnya
Selain itu perrnyataan tersebut di atas, di tingkat Nasional para pakar yang terdiri
dari kalangan akademik, birokrasi, dan praktisi pendidikan menyelenggarakan
pertemuan yang menghasilkan suatu pernyataan yang dikenal dengan “Deklarasi
Bandung” disampaikan pada lokakarya Nasional di Bandung tahun 2004, Indonesia
Menuju Pendidikan Inklusif. Deklarasi yang intinya adalah: menjamin bahwa semua
anak memperoleh pendidikan yang berkualitas terutama mereka yang masih belum
diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum atau masih rentan
terhadap marginalisasi dan eksklusi. Selain itu, merupakan sebuah kontribusi
terhadap pengembangan masyarakat yang menghargai dan menghormati perbedaan
individu semua warga (EEEnet, 2006).Pernyataan tersebut merekomendasikan bahwa
prinsip inklusi harus merupakan dasar dari semua strategi untuk meningkatkan
standar sistem pendidikan, mengembangkan sekolah yang ramah dan terbuka
terhadap anak demi mencapai pendidikan untuk semua.
b. Pengakuan dan Penghargaan terhadap Keberagaman
Pernyataan dunia tersebut mendorong terjadinya perubahan, sehingga tidak ada
lagi pandangan yang mengatakan normal dan tidak normal. Sekolah khusus dan
sekolah umum, menjadi sekolah bersama sekolah untuk semua. Kesadaran bahwa
sekolah untuk semua harus ditunjukan dengan keterbukaan untuk menerima semua
anak tanpa kecuali termasuk yang berkebutuhan khusus. Hal itu mengindikasikan
suatu pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman. Paling tidak terdapat tiga
elemen penting dari pernyatan tersebut;
Pertama, bahwa pengakuan dan penghargaan itu ditujukan bagi semua anak,
semua peserta didik tanpa kecuali termasuk mereka yang terpinggirkan
(marginalised) dan terabaikan.
Kedua, lokasi belajar yang sama yaitu, semua anak semua peserta didik mengikuti
pendidikan di sekolah yang sama, di sekolah terdekat di kelas yang sama bersama-
sama teman sebayanya (Sapon-Shevin, dalam Sunardi, 2000).
Ketiga, layanan yang disesuaikan, yaitu pernyataan bahwa setiap anak berbeda
membawa konsekuensi kebutuhan layanan yang berbeda pula. Setiap anak harus
dilayanani kebutuhan pendidikannya. Pernyataan lain menyebutkan bahwa “selama
memungkinkan”, semua individu atau anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka
(UNESCO, 1994).
Oleh karena itu, kelas inklusif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
dengan menggunakan semua sumber yang ada untuk menciptakan kesempatan
belajar dalam mempersiapkan mereka untuk hidup bermasyarakat. Menciptakan
sekolah-sekolah yang akan membantu siswa terjun ke masyarakat yang beragam.
Dalam hal ini terletak pada peninjauan sekolah dan sistem. Konsekuensinya sekolah
harus diperuntukan bagi semua peserta didik tanpa kecuali.
Pendidikan inklusif berarti tidak sekedar dalam konteks memasukan anak
berkebutuhan khusus tetapi bertujuan untuk memberikan tantangan dan mengubah
lebih jauh lagi ke dalam sekolah dan masyarakat, yakni komitmen semua. Sehingga
siswa harus dilibatkan dan pada gilirannya menjadikan kelas inklusif menjadi sebuah
kelas saja. (Shelvi, 2005: 7).
Pembelajaran yang sesuai memberikan perhatian kepada kebutuhan peserta
didiknya. Oleh karena itu penting bagi guru memiliki kesadaran tentang
keberagaman (deversity awareness) peserta didik yang ada di sekolahnya.
Di sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah khusus atau sekolah luar biasa,
pada umumnya peserta didik diajar oleh guru berdasarkan kurikulum yang sama dan
dengan pembelajaran yang sama pula. Pembelajaran yang didasarkan atas kurikulum
yang seragam dengan cara yang seragam dapat meningkatkan efisiensi tetapi
menurunkan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran seperti itu
tidak efektif karena peserta didik yang lambat akan mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan peserta didik yang cepat akan merasa terhambat
sehingga merasa bosan terhadap kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika guru memahami adanya keberagaman
peserta didik dan melaksanakan pembelajaran tidak hanya berdasarkan karakteristik
peserta didik yang bersifat umum tetapi juga memperhatikan karakteristik peserta
didik yang memiliki kebutuhan khusus yang ada dalam kelas. Jika peserta didik
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain, maka penggunaan kurikulum yang
sama dengan pembelajaran yang sama dapat dikatakan sebagai suatu sistem
pembelajaran yang tidak adil. Suatu pembelajaran dikatakan adil jika setiap peserta
didik memperoleh layanan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.

c. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus


Peserta didik berkebutuhan khusus atau anak berkebutuhan khusus memiliki
makna yang berbeda dalam pendidikan inklusif. Terdapat istilah dan konsep
”children with special needs” (anak dengan kebutuhan khusus) atau “children with
special educational needs” (anak dengan kebutuhan pendidikan yang khusus). Istilah
ini bukan dimaksudkan menggantikan istilah ”anak cacat” atau ”anak luar biasa”
tetapi memiliki cara pandang yang lebih luas dan positif terhadap peserta didik atau
anak yang memiliki kebutuhan yang sangat beragam. Yang dimaksud dengan
kebutuhan khusus di sini adalah setiap kebutuhan yang ada kaitannya dengan
pendidikan. Konsep anak dengan berkebutuhan khusus memiliki makna dan
spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional
children).
Anak berkebutuhan khusus sebagaimana peserta didik umumnya mengalami
hambatan untuk dapat mengikuti pembelajaran sebagaimana peserta didik umumnya.
Jika dicermati secara seksama hampir semua peserta didik di sekolah mengalami
hambatan dalam belajar. Sebagi contoh seorang anak yang tidak sarapan pagi
sebelum pergi ke sekolah, ia akan mengalami ketidaknyamaan karena perutnya sakit.
Keadaan perut yang sakit menghambat anak untuk bisa memusatkan perhatian dalam
pembelajaran, sehingga proses belajar tidak dapat diperoleh sebagaimana mestinya,
anak akan gagal dalam belajar. Dalam pendidikan inklusif anak itu dapat
dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Selain contoh tersebut masih
terdapat beberapa contoh kasus lainnya yang luput dari perhatian para guru atau
orang tua, baik karena faktor diri anak maupun faktor lingkungan anak. Sue Stubbs
(2002) mengatakan;” hambatan belajar lebih banyak disebabkan karena lingkungan
yang tidak memahami anak sehingga tidak menempatkan anak berdasarkan
kebutuhan perkembangannya”.
Peserta didik berkebutuhan khusus sebagai bagian dari peserta didik umumnya,
memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan dan berhak untuk mengikuti
kegiatan belajar di semua satuan dan jenjang persekolahan. Tempat bersekolah
mereka tidak hanya di sekolah khusus, tetapi juga di sekolah umum terutama yang
terdekat dengan tempat tinggalnya.
Setiap peserta didik memiliki peluang mengalami hambatan atau gangguan yang
dalam mengikuti pebelajaran di kelas. Hambatan yang dialaminya tersebut dapat
bersifat temporer dan bersifat permanen. Bersifat temporer, yaitu mereka yang tidak
perlu mendapat layanan pendidikan khusus secara terus-menerus. Hambatan atau
gangguan yang dialami, seperti mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat
trauma kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar,
atau tidak bisa mem¬baca karena kekeliruan guru mengajar.
Mereka akan dapat keluar dari hambatan yang dialaminya jika faktor-faktor yang
melatarbelakanginya dapat diatasi. Oleh karena itu, layanan pendidikan yang
diberikan tidak bersifat khusus lagi. Namun demikian, apabila anak berkebutuhan
khusus temporer tidak mendapatkan penanganan atau intervensi yang tepat, maka
kebutuhan khususnya dapat menjadi permanen.
Sedangkan yang bersifat permanen, yaitu mereka yang karena hambatannya itu
perlu mendapatkan layanan secara lebih khusus berdasarkan tingkat kebutuhannya.
Hambatan atau gangguan yang dialaminya lebih disebabkan karena faktor internal
yang ada pada anak, seperti mereka yang kehilangan kemampuan penglihatan,
pendengaran, gangguan kecerdasan, gangguan emosi dan sosial, serta gangguan
tingkah laku. Dalam pandangan pendidikan kebutuhan khusus saat ini, penyebutan
tersebut sudah mencakup di dalamnya anak yang tergolong autistik, hiperaktif,
ataupun yang berkesulitan belajar.
Dikatakan permanen karena fisik dan mental mereka tidak dapat diubah seperti
anak umumnya. Namun demikian jika dilihat dari kemandiriannya, tidak sedikit
kelompok ini dapat beradaptasi dengan lingkungan tanpa perlu bantuan secara
khusus. Mereka dapat belajar, berkomunikasi, dan melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
Disamping itu, kebutuhan khusus juga dapat dibedakan menjadi (1) kebutuhan
khusus umum, (2) kebutuhan khusus individu, dan (3) kebutuhan khusus kecacatan.
Kebutuhan khusus umum adalah kebutuhan khusus yang secara umum dapat terjadi
pada siapa pun misalnya karena sakit tidak bisa belajar dengan baik. Sedangkan
kebutuhan khusus individu (pribadi) adalah kebutuhan yang sangat khas yang
dimiliki oleh seorang anak, misalnya seseorang tidak bisa belajar tanpa sambil
mendengarkan musik. Adapun kebutuhan khusus kecacatan adalah kebutuhan khusus
yang ada akibat kecacatan, misalnya kebutuhan berbicara dengan bahasa isyarat bagi
anak tunarungu (Sunanto, J, 2009)
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun yang
temporer, memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk itu
diperlukan upaya-upaya yang terencana dan sistematis agar diperoleh penyesuaian
dalam pembelajarannya, sehingga mereka dapat terpenuhi kebutuhan belajarnya
4. Jelaskan pegertian kurikulum muatan lokal ?
Jawaban :
Menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, yang dimaksud dengan
kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya
dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan
lokal telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode drill dan
dengan trial and error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka hayati.
Tujuan pendidikan mereka terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri dalam
kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang
ada dialam sekitar. Sedang kriteria keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup
mandiri.
5. Jelaskan tujuan kurikulum muatan lokal ?
Jawaban :
Secara umum muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan
keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap
tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
(Depdiknas, 2006).
Namun secara khusus pengajaran muatan lokal bertujuan agar peserta didik:
1) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkugan alam, sosial, dan
budayanya.
2) Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya.
3) Memiliki sikap dan perilaku dan selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok
tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan
dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang
memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak langsung pada
dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.

1) Tujuan langsung
a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
b. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan
pendidikan.
c. Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya
untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
d. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan
budaya yang terdapat di daerahnya.
2) Tujuan tak langsung
a. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
b. Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya
sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan
terhadap lingkungannya sendiri.
6. Jelaskan isi kurikulum muatan lokal?
Jawaban :
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang sangat sentral
dalam seluruh kegiatan pembelajaran, yang menentukan proses dan hasil belajar.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam pembelajaran, serta dalam pembentukan
kompetensi dan pribadi peserta didik dan dalam perkembangan kehidupan masyarakat
pada umumnya, maka pembinaan dan pengembangan kurikulum tidak dapat dilakukan
secara sembarangan, tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Demikian halnya dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal.
Dimasukkannya muatan lokal dalam kurikulum pada dasarnya dilandasi oleh
kenyataan bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, tata cara,
tata krama pergaulan, bahasa, dan pola kehidupan yang diwariskan secara turun temurun
dari nenek moyang bangsa Indonesia. Hal tersebut tentunya perlu dilestarikan dan
dikembangkan, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan ciri khas dan jati dirinya. Upaya
menjaga ciri khas bangsa Indonesia harus dimulai sedini mungkin pada usia pra sekolah
kemudian diintensifkan secara formal melalui pendidikan di sekolah dasar, di sekolah
menengah, sampai perguruan tinggi. Dengan demikian proses pendidikan tidak hanya
menyajikan bidang studi-bidang studi (programe of studies) yang bisa ditayangkan dalam
jadwal pelajaran tetapi juga terpenting adalah mengembangkan kemampuan berpikir
peserta didik melalui proses berpikir yang efektif dan efisien (Renik and Klopfer, 1989:
1-3).
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan merupakan bagian dari
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan
yang luas pada peserta didik tentang karakteristik dan kekhususan yang ada di
lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan alam, sosial dan budaya kepada peserta
didik di sekolah memberikan kemungkinan kepada mereka untuk akrab, dan terhindar
dari keterasingan terhadap lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan
melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
Dalam kerangka inilah perlunya dikembangkan kurikulum muatan lokal.
7. Jelaskan faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan kurikulum muatan lokal?
Jawaban :
 Faktor Penghambat
a. Sifat dari pelajaran muatan lokal itu sendiri sebagian besar memberi
tekanan pada pembinaan tingkah laku afektif dan psikomotor.
b. Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan
pengorrganisasian secara khusus karena melibatkan pihak-pihak luar
selain pihak sekolah itu sendiri.
c. Dilihat dari segi proses belajar mengajar, pelaksanaan muatan lokal
menggunakan pendekatan keterampilan proses dan CBSA.
d. Sistem ujian dan ijazah yang diselenggarakan disekolah-sekolah umumnya
masih menciptakan iklim pengajaran yang memberikan tekanan lebih pada
mata pelajaran akademik, sedangkan pelajaran-pelajaran yang
memberikan bekal prakits kepada peserta didk dianggap bersifat fakulatif.
e. Sarana penunjang tertentu bagi pelaksanaan muatan lokal secara optimal
kebanyakan tidak dimiliki oleh sekolah, dan mungkin juga tidak tersedia
di masyarakat (misalnya untuk keperluan stimulasi)
 Faktor Penunjang
a. Adanya keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat memperoleh
bekal kerja dan pekerjaan apa pun yang membawa hasil.
b. Materi muatan lokal yang dapat dijadikan sasaran belajar cukup banyak
tersedia baik macamnya maupun penyebarannya di semua daerah,
sehingga penentuan daerah perintisan maupun tidak diseminasinya tidak
sulit.
c. Ketenagaan yang bervariasi yang partisivasinya dapat menunjanng dan
dapat dilibatkan dalam penyelenggaraan muatan lokal tidak sulit
ditemukan pada semua daerah/lokasi.
d. Adanya materi muatan lokal yang sudah tercantum sebagai materi
kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin, hanya tinggal
pembenahan efektifitasnya yang perlu ditingkatkan.
e. Media massa khususnya media komunokasi visual seperti TV, dan video
sudah tidak sulit untuk dimanfaatkan guna penyebaran informasi berupa
contoh-contoh model pelaksanaannya muatan lokal yang berhasil, dengan
demikian ide tentang muatan lokal lebih cepat memasyarakat.
8. Jelaskan yang dimaksut dengan partisipasi masyarakat ?
Jawaban :
 Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.
Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan
atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai,
tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
 Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat
dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:
a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;
b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan;
c. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri;
d. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa
orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu;
e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-
dampak sosial;
f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.

Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat


dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau
sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela
dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring sampai pada tahap evaluasi.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155)


sebagai berikut:pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat,  yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek
akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau
program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga,
bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.

9. Jelaskan bentuk-bentuk partisipasi masyarak ?


Jawaban :

 Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu
program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga,
partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam
proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif. Dengan berbagai bentuk
partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan
menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki
wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak).
Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan
sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi
sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.
 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi
pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda
adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat
kerja  atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk
tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu
program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui
keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.
Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan sosialnya.
 Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang
diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban.
Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian
atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Pada
partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap
diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan
kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif dilakukan dengan cara
memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau
panitia. 

10. Jelaskan konsep biaya pendidikan ?


Jawaban :
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia mempersiapkan manusia yang
mempunyai kemampuan untuk berperan aktif dalam membentuk masa depannya.
Pendidikan menurut UU RI No.20 Tahun 2003 adalah pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutan spiritual
keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Biaya pendidikan adalah semua pengeluaran yang memiliki kaitan langsung
dengan penyelenggaraan pendidikan. Anggaran pembiayaan pendidikan terdiri dari dua
sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran
pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Secara umum, pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang
didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap komponen yang memiliki
rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), yang
meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme
pengalokasiannya, efektifitas dan efesiensi dalam penggunaan dana, akuntabilitas hasil
penggunaanya yang diukur dari perubahan yang terjadi pada semua tataran, khususnya
sekolah dan permasalahan-permasalahan yang masih terkait dengan pembiayaan
pendidikan (Dede Hamdani, www.kompasiana.com,11 march 2011)
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji
atau dianalisis yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan
persiswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan aggregate  biaya
pendidikan sekolah , baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat
yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya
satuan dihitung dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masing sekolah
maka biaya satuan dianggap standar dan dapat dibandingkan antar sekolah satu dengan
sekolah lainnya. Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya dapat menggunakan sekolah sebagai unit analisis. Dengan
menganilisis biaya satuan memungkinkan mengetahui efesiensi dalam penggunaan
sumber-sumber disekolah keuntungan dari investasi pendidikan dan pemerataan
pengeluaran masyarakat pemerintah untuk pendidikan. Disamping itu juga dapat menilai
sebagai alternatif dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem pendidikan (Mingat,
Tan, 1998) dalam buku Nanang Fattah 2004.
Faktor-faktor yang mempengaruhipem biayaan pendidikan adalah:
a. Kenaikan harga (rising prices)
b. Perubahan relatif dalam gaji pengajar (teacher’s sallaries)
c.    Perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi peserta didik di
sekolah negeri
d.  Meningkatkan standar pendidikan (educational standards)
e. Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah
f. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher
education)

Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut bagaimana pendidikan itu


dibiayai. Tetapi menyangkut bagaimana dana yang tersedia tersebut dialokasikan.
Keterbatasan biaya pendidikan dikhawatirkan akan menurunkan mutu pendidikan, dan
meminimalisasi efesiensi dan kesenjangan, baik menggali sumber biaya maupun
mengalokasikan dana. Hasil akhir adalah mutu pendidikan yang terjaga.Dengan kata lain,
pembiayaan pendidikan adalah upaya pengumpulan dana untuk membiayai operasional
dan pengembangan pendidikan, untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
sehingga mampu bekerja sama dilingkup lokal, regional, nasional, maupun internasional.

11. Jelaskan manajemen pembiayaan pendidikan ?


Jawaban :
a. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan
dengan penataan sumber penggunaan dan pertanggungjawaban dana pendidikan
di sekolah atau lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen
pembiayan pendidikan meliputi tiga hal, yaitu : penyusunan anggaran
(budgeting), pembukuan (accounting), dan pemeriksaan (controling).
b.  Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan
a) Konsep Penganggaran
Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan manajemen
pembiayaan pendidikan meliputi tiga hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan
Anggaran), Accounting (Pembukuan), Auditing (Pemeriksaan).
b) Azas-asas dalam anggaran
1. Azas plafond, bahwa anggaran belanja yang boleh diminta tidak
melebihi jumlah tertinggi yang telah ditentukan
2. Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, artinya bahwa
pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran
yang telah ditetapkan
3. Azas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerima
4.  uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu
keperluan pengeluaran
c)  Hal-hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan
1. Faktor eksternal
a. Berkembangnya demokrasi pendidikan
b. Kebijaksanaan pemerintah
c. Tuntutan akan pendidikan
d.  Adanya inflasi
2. Faktor internal
a. Tujuan pendidikan
b.     Pendekatan yang digunakan
c.   Materi yang disajikan
d.     Tingkat dan jenis pendidikan
e.     Karakteristik pembiayaan pendidikan

Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan pendidikan


adalah sebagai berikut :

1.      Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan pendidikan dinyatakan


dalam satuan unit cost
2.      Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor
manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai “human investment”, yang
artinya biaya terbesar diserap oleh tenaga manusia
3.      Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah
4.      Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya untuk
sekolah kejuruan lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum
5.      Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke
tahun
3. Sumber-sumber pembiayan pendidikan di sekolah menurut (Amirin, 2013 :
92)  dikategorikan menjadi lima yaitu :
a)      Anggaran rutin dan APBN (anggaran pembangunan)
b)      Dana penunjang pendidikan (DPP)
c)      Bantuang/sumbangan dari BP3
d)     Sumbangan dari pemerintah daerah setempat (kalau ada)
e)      Bantuan lain-lain

d) Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut dengan
rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode
anggaran.
b. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan
barang.
c.  Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang
berwenang.
f. Melakukan revisi usulan anggaran
g.  Persetujuan revisi anggaran
h.   Pengesahan anggaran
e) Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan adalah kegiatan
membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu : pengurusan
yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan
uang, serta tindak lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.
Jenis pengurusan ke dua disebut juga dengan pengurusan bendaharawan. Ada
beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan menggunakan uang dari dana
belajar.
f) Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu kegiatan
yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan,
dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan Bendaharawan kepada pihak-
pihak yang berwenang.
 

Anda mungkin juga menyukai