D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
AZIZAH MUNAWARAH
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan saya mengenai Konsep Validitas Tes. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 ....................................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................................1
1.2 ....................................................................................................................................Rumus
an Masalah.................................................................................................................1
1.3 ....................................................................................................................................Tujuan
Pembahasan................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1 ....................................................................................................................................Penger
tian Validitas..............................................................................................................3
2.2 ....................................................................................................................................Maca
m Macam Validitas....................................................................................................4
2.3 ....................................................................................................................................Cara
Mengukur Validitas....................................................................................................7
2.4 ....................................................................................................................................Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Validitas.......................................................................8
Bab III Penutup
3.1 ....................................................................................................................................Kesim
pulan...........................................................................................................................12
3.2 ....................................................................................................................................Saran
....................................................................................................................................13
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah
yang lebih luas. Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana
pendidikan. Penilaian proses belajar-mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru,
kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan program belajar-mengajar.
Sedangkan penilaian hasil hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil
belajar jang kapanjang. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian
nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Keberhasilan
mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil
penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara
pelaksanaannya. Berdasarkan beberapa data di atas serta dikaitkan dengan permasalahan
yang kamiakan jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada pembahasan tentang
“Validitas Tes’’. Agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya validitasdan reliabilitas
serta lebih memahami bagaimana mengetahui suatu alat penilaian dikatakan mempunyai
kualitas yang baik.
1
2. Agar Mengetahui Apa Yang Dimasud Dengan Validitas Tes
3. Agar Mengetahui Macam-Macam Validitas
4. Agar Mengetahui Bagaimana Cara Mengukur Validitas
5. Mengetahui Factor-Faktor Apa Saja Yang Dapat Memengaruhi Validitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
Validitas berasal dari kata ’’validity’’ yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang
tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah (Azwar, 1997).
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau
evaluasi, jadi jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat
dikatakan bahwa istrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tetang
data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya jadi jika data
yang dihasilkan oleh instrument benar atau valid, sesuai kenyataan, maka instrument
yang digunakan tersebut juga valid.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur
tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A
3
dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai
alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur
variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B,
dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel
A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar: 1997).
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas
empiris.
a. Validitas Logis
b. Validitas Empiris
4
jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang
tersebut memang jujur. Contoh lain, seseorang dikatakan kreatif apabila dari
pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-
ide baru yang diakui bebeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan
contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris dapat diperoleh
hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya
validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam
validitas empiris, yakni validitas ada sekarang dan validitas prediksi.
Dari uraiaan diatas ada dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada
dua macam, dan validitas empiris yang juga ada dua macam, maka secara
keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu:
Misalnya: tes bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang
studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek
yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal
lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama
berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini dia berpendapat
bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang
menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan
bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga
mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
5
2) Validitas konstruksi (Construct Validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Jika ada istilah ’’sesuai’’ tentu ada dua hal yang
dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil
pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga
data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang).
6
4) Validitas ramalan/ prediksi (Predictive validity)
Pekerjaan untuk mencari validitas suatu alat ukur disebut validation. Prinsip dari
validation adalah membandingkan hasil-hasil dari pengukuran faktor dengan suatu
kriterium, )suatu ukuran yang telah dipandang valid untuk menunjukkan faktor yang
dimaksud). Jadi misalnya suatu alat pengukur hendak menyelidiki faktor ketelitian
kerja, maka harus diambil lebih dahulu suatu kriterium yang telah dipandang
mencerminkan suatu ketelitian kerja. Melalui kriterium itulah kemudian hasil dari
pengukuran faktor ketelitian kerja disoroti, Jika hasil pengukuran faktor ketelitian
kerja menunjukkan besarnya ketelitian kerja yang sesuai dengan kriterium, maka alat
pengukur itu dipandang valid.
Ada dua jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur,
yaitu :
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar (external) alat itu sendiri.
Misalnya : suatu tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya dengan prestasi
7
kerja yang sesungguhnya sebagaimana ditunjukkan oleh catatan-catatan hasil
kerja atau penilaian pimpinan unit.
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam (internal)alat itu sendiri.
Biasanya diambil hasil keseluruhan pengukuran atau total score sebagai
kriteriumnya. Misalnya, kita ingin mengukur intelegensi (yang terdiri dari faktor-
faktorl) daya analisa, daya klarifikasi, daya ingatan, daya pemahaman, daya kritik
dan sebagainya), maka untuk menguji apakah sekelompk item benar-benar
mengukur daya analisa, misalnya, jawaban-jawaban terhadap item daya analisa
dicocokkan dengan hasil tes secara keseluruhan atau total score-nya. Antara nilai
total harus terdapat korelasi yang positif (tinggi dan cukup meyakinkan).
Kecocokkan antara hasil-hasil dari item yang disangka mengukur suatu faktor
dengan suatu kriterium yang dipandang telah valid disebut factorial validity atau
validitas faktor, di mana besar kecilnya validitas faktor tergantung kepada besar
kecilnya kecocokan itu.
Validitas alat tes berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan alat tes tersebut
dalam melakukan fungsi tes atau fungsi ukurnya. Menurut buku Standards, yang
ditulis oleh Asosiasi Psikolog Amerika (APA), validitas mengacu pada derajat
dimana bukti dan teori menyokong interpretasi dari skor tes dan mengacu pada
tujuan tes. Validitas adalah hal yang paling mendasar dalam pengembangan dan
evaluasi tes. Proses validasi meliputi akumulasi, membuktikan tujuan dari
evaluasi tersebut, bukan terhadap test itu sendiri. Pada alat tes biasanya validitas
akan dihitung secara statistik dan dalam bentuk rumusan angka.
8
didesain untuk kelas 12 SMA. Dalam dua contoh tersebut sudah sangat jelas hasil
asesmen akan menjadi tidak valid.
Pengujian terhadap butir tes secara hati-hati akan menunjukkan apakah tes
yang digunakan untuk mengukur isi materi atau fungsi -fungsi mental yang akan
diakses oleh guru. Bagaimanapun juga, beberapa faktor berikut dapat menjaga
butir tes dari fungsi yang dikehendaki dan dengan demikian juga terjaga dari
rendahnya validitas hasil asesmen. Lima faktor yang pertama dapat diterapkan
sejajar dengan asesmen penampilan siswa secara luas serta tes-tes tradisional.
Lima faktor yang terakhir lebih diterapkan secara langsung terhadap tes pilihan
dan tes dengan jawaban singkat dengan jawaban benar atau salah.
1. Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak jelas menyebabkan siswa
kehilangan waktu untuk sekedar memahami petunjuk pengerjaan atau
bahkan tidak dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
2. Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang sulit. Penggunaan kosa
kata atau struktur kalimat yang sulit dapat menyebabkan siswa terjebak
untuk pemahaman terhadap pemahaman maksud dari sebuah pertanyaan
bukan untuk menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
3. Ambiguitas. Ambiguitas yaitu adanya kemungkinan multi tafsir juga
menyebabkan menurunnya validitas sebuah tes.
4. Alokasi waktu yang tidak cukup. Seyogyanya sebuah tes disediakan waktu
yang cukup untuk mengerjakan seluruh butir tes yang ada. Kekurangan
waktu dalam menyelesaikan sebuah tes bisa jadi bukan karena siswa tidak
mampu untuk menyelesaikan tesnya tetapi karena keterbatasan
kesempatan untuk mengerjakannya.
5. Penekanan yang berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga terlalu
mudah ditebak kecenderungan dari jawaban soal akan menyebabkan
menurunnya tingkat validitas soal.
9
6. Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar.
Kualitas yang tidak memadai misalnya tes dimaksudkan untuk megukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) jelas tidak
cukup hanya digunakan tes yang bersifat untuk mengungkap pengetahuan
faktual saja.
7. Susunan tes yang jelek.
8. Tes terlalu pendek.
9. Penyusunan butir tes yang tidak runtut .
10. Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada soal pilihan ganda
jawabannya adalah A semua, atau B semua atau menunjukkan pola
tertentu misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan sebagainya.
Pemberian skor terhadap jawaban siswa (testee) harus dilakukan secara hati-
hati jangan sampai salah tulis atau meremehkan selisih angka walaupun hanya
sedikit. Hal ini akan menyebabkan hasil pengujian terhadap validitas akan
memberikan makna yang berbeda.
Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya yang berasal dari proses
administrasi dan skor.
10
c) Faktor tanggapan siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item – item tes evaluasi tidak
valid, karna dipengaruhi oleh jawab siswa dari interpretasi item – item pada tes
evaluasi. Sebagai contoh, sebuah tes para siswa menjadi tegang karena guru mata
pelajaran tersebut “killer” galak dan sebagainya. Sehingga siswa yang mengikuti
tes tersebut banyak yang gagal. Contoh lain, ketika siswa melakukan tes
penampilan keterampilan, ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga siswa tidak
dapat berkonsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas
instrumen evaluasi.
Tanggapan siswa yang tidak serius biasanya dijumpai pada saat siswa diminta
untuk mengisi sebuah angket. Hal ini akan menyebabkan siswa mengisi angket
secara sembarangan karena merasa tidak penting maupun alasan -alasan yang
lain. Oleh karena itu berikan angket pada waktu dan kondisi yang tepat .
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrument. Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Ada 4 (empat) macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis di atas yaitu :
a. Validitas Logis.
b. Validitas Empiris .
Cara mengukur validitas, Melalui kriterium itulah kemudian hasil dari pengukuran faktor
ketelitian kerja disoroti, Jika hasil pengukuran faktor ketelitian kerja menunjukkan besarnya
ketelitian kerja yang sesuai dengan kriterium, maka alat pengukur itu dipandang valid.
Ada dua jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur, yaitu :
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar (external) alat itu sendiri. Misalnya : suatu
tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya dengan prestasi kerja yang sesungguhnya
sebagaimana ditunjukkan oleh catatan-catatan hasil kerja atau penilaian pimpinan unit.
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam (internal)alat itu sendiri. Biasanya diambil
hasil keseluruhan pengukuran atau total score sebagai kriteriumnya.
12
c. Faktor tanggapan siswa
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh
informasi mengenai Konsep Validitas Tes. Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan
pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan memberikan
saran.
13
DAFTAR PUSTAKA
14