Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Evaluasi Pendidikan Joni, M.Pd

KONSEP VALIDITAS TES

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

AZIZAH MUNAWARAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, sertataufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan saya mengenai Konsep Validitas Tes. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 3 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 ....................................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................................1
1.2 ....................................................................................................................................Rumus
an Masalah.................................................................................................................1
1.3 ....................................................................................................................................Tujuan
Pembahasan................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1 ....................................................................................................................................Penger
tian Validitas..............................................................................................................3
2.2 ....................................................................................................................................Maca
m Macam Validitas....................................................................................................4
2.3 ....................................................................................................................................Cara
Mengukur Validitas....................................................................................................7
2.4 ....................................................................................................................................Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Validitas.......................................................................8
Bab III Penutup
3.1 ....................................................................................................................................Kesim
pulan...........................................................................................................................12
3.2 ....................................................................................................................................Saran
....................................................................................................................................13
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah
yang lebih luas. Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana
pendidikan. Penilaian proses belajar-mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru,
kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan program belajar-mengajar.
Sedangkan penilaian hasil hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil
belajar jang kapanjang. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian
nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Keberhasilan
mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil
penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara
pelaksanaannya. Berdasarkan beberapa data di atas serta dikaitkan dengan permasalahan
yang kamiakan jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada pembahasan tentang
“Validitas Tes’’. Agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya validitasdan reliabilitas
serta lebih memahami bagaimana mengetahui suatu alat penilaian dikatakan mempunyai
kualitas yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan validitas tes dalam belajar?


2. Apa saja Macam-macam Validitas?
3. bagaimana Cara mengukur validitas ?
4. Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Validitas?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

1
2. Agar Mengetahui Apa Yang Dimasud Dengan Validitas Tes
3. Agar Mengetahui Macam-Macam Validitas
4. Agar Mengetahui Bagaimana Cara Mengukur Validitas
5. Mengetahui Factor-Faktor Apa Saja Yang Dapat Memengaruhi Validitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Validitas

Validitas berasal dari kata ’’validity’’ yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang
tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah (Azwar, 1997).

Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau
evaluasi, jadi jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat
dikatakan bahwa istrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tetang
data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya jadi jika data
yang dihasilkan oleh instrument benar atau valid, sesuai kenyataan, maka instrument
yang digunakan tersebut juga valid.

Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip


keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur
apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran
atau pengamatan.

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur
tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A

3
dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai
alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur
variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B,
dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel
A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar: 1997).

2.2 Macam-Macam Validitas

Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas
empiris.

a. Validitas Logis

Istilah ’’validitas logis’’ mengandung kata ’’logis’’ berasal dari kata


’’logika’’ yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas
logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah
instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument yang
bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang
ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan,
jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis
karangannya sudah baik. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami
bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrument disusun mengikuti
ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas
logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah
instrument tersebut selesai disusun. Ada dua macam validitas logis yang dapat
dicapai oleh sebuah instrument, yaitu: validitas isi dan validitas konstrak.

b. Validitas Empiris

Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman.


Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui

4
jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang
tersebut memang jujur. Contoh lain, seseorang dikatakan kreatif apabila dari
pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-
ide baru yang diakui bebeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan
contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris dapat diperoleh
hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya
validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam
validitas empiris, yakni validitas ada sekarang dan validitas prediksi.

Dari uraiaan diatas ada dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada
dua macam, dan validitas empiris yang juga ada dua macam, maka secara
keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu:

1) Validitas Isi (Content Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan


khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum
maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler. Validitas isi
dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara
memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.

Misalnya: tes bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang
studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek
yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal
lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama
berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini dia berpendapat
bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang
menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan
bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga
mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

5
2) Validitas konstruksi (Construct Validity)

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah


validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Sebuah tes dikatakan
memeiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun
tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam
tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal
mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang
menjadi tujuan instrusional.

Contoh: siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan efek


psikologis, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar siswa
membedakan antara dua efek tersebut.

Konstruksi dalam pengertian ini bukanlah susunan seperti yang sering


dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu
rekaan yang dibuat oleh para ahli ilmu jiwa. Seperti halnya validitas isi,
validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan
memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dan tujuan instrusional
khusus. Pengajarannya berdasarkan logika, bukan pengalamannya.

3) Validitas bandingan/ ’’ada sekarang’’ (Concurrent Validity)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Jika ada istilah ’’sesuai’’ tentu ada dua hal yang
dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil
pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga
data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang).

Contoh: seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang


disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium
masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misal nilai ulangan harian atau
nilai sumatif yang lalu.

6
4) Validitas ramalan/ prediksi (Predictive validity)

Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu menganai hal


yang akan datang yang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan
untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Misalanya tes masuk keperguruan tinggi adalah sebuah tes yang


diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam
mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon yang tersaring
berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi rendahnya
kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin
keberhsilannya kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus tes
karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu
mengikuti perkuliahan yang akan datang.

2.3 Cara mengukur validitas

Pekerjaan untuk mencari validitas suatu alat ukur disebut validation. Prinsip dari
validation adalah membandingkan hasil-hasil dari pengukuran faktor dengan suatu
kriterium, )suatu ukuran yang telah dipandang valid untuk menunjukkan faktor yang
dimaksud). Jadi misalnya suatu alat pengukur hendak menyelidiki faktor ketelitian
kerja, maka harus diambil lebih dahulu suatu kriterium yang telah dipandang
mencerminkan suatu ketelitian kerja. Melalui kriterium itulah kemudian hasil dari
pengukuran faktor ketelitian kerja disoroti, Jika hasil pengukuran faktor ketelitian
kerja menunjukkan besarnya ketelitian kerja yang sesuai dengan kriterium, maka alat
pengukur itu dipandang valid.

Ada dua jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur,
yaitu :

a) Kriterium luar (external criterion)

Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar (external) alat itu sendiri.
Misalnya : suatu tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya dengan prestasi

7
kerja yang sesungguhnya sebagaimana ditunjukkan oleh catatan-catatan hasil
kerja atau penilaian pimpinan unit.

b) Kriterium dalam alat (internal criterion)

Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam (internal)alat itu sendiri.
Biasanya diambil hasil keseluruhan pengukuran atau total score sebagai
kriteriumnya. Misalnya, kita ingin mengukur intelegensi (yang terdiri dari faktor-
faktorl) daya analisa, daya klarifikasi, daya ingatan, daya pemahaman, daya kritik
dan sebagainya), maka untuk menguji apakah sekelompk item benar-benar
mengukur daya analisa, misalnya, jawaban-jawaban terhadap item daya analisa
dicocokkan dengan hasil tes secara keseluruhan atau total score-nya. Antara nilai
total harus terdapat korelasi yang positif (tinggi dan cukup meyakinkan).
Kecocokkan antara hasil-hasil dari item yang disangka mengukur suatu faktor
dengan suatu kriterium yang dipandang telah valid disebut factorial validity atau
validitas faktor, di mana besar kecilnya validitas faktor tergantung kepada besar
kecilnya kecocokan itu.

Validitas alat tes berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan alat tes tersebut
dalam melakukan fungsi tes atau fungsi ukurnya. Menurut buku Standards, yang
ditulis oleh Asosiasi Psikolog Amerika (APA), validitas mengacu pada derajat
dimana bukti dan teori menyokong interpretasi dari skor tes dan mengacu pada
tujuan tes. Validitas adalah hal yang paling mendasar dalam pengembangan dan
evaluasi tes. Proses validasi meliputi akumulasi, membuktikan tujuan dari
evaluasi tersebut, bukan terhadap test itu sendiri. Pada alat tes biasanya validitas
akan dihitung secara statistik dan dalam bentuk rumusan angka.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas

Banyak faktor yang menyebabkan hasil asesmen tidak valid. Beberapa di


antaranya tampak jelas dan mudah untuk menghindarinya. Tidak ada guru yang akan
berpikir untuk mengukur pengetahuan biologi dengan asesmen matematika.
Demikian pula juga tidak ada guru yang akan mengukur kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) biologi kelas 7 SMP dengan menggunakan asesmen yang

8
didesain untuk kelas 12 SMA. Dalam dua contoh tersebut sudah sangat jelas hasil
asesmen akan menjadi tidak valid.

Faktor yang mempengaruhi validitas tes antara lain:

a) Faktor dari dalam tes itu sendiri

Pengujian terhadap butir tes secara hati-hati akan menunjukkan apakah tes
yang digunakan untuk mengukur isi materi atau fungsi -fungsi mental yang akan
diakses oleh guru. Bagaimanapun juga, beberapa faktor berikut dapat menjaga
butir tes dari fungsi yang dikehendaki dan dengan demikian juga terjaga dari
rendahnya validitas hasil asesmen. Lima faktor yang pertama dapat diterapkan
sejajar dengan asesmen penampilan siswa secara luas serta tes-tes tradisional.
Lima faktor yang terakhir lebih diterapkan secara langsung terhadap tes pilihan
dan tes dengan jawaban singkat dengan jawaban benar atau salah.

1. Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak jelas menyebabkan siswa
kehilangan waktu untuk sekedar memahami petunjuk pengerjaan atau
bahkan tidak dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
2. Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang sulit. Penggunaan kosa
kata atau struktur kalimat yang sulit dapat menyebabkan siswa terjebak
untuk pemahaman terhadap pemahaman maksud dari sebuah pertanyaan
bukan untuk menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
3. Ambiguitas. Ambiguitas yaitu adanya kemungkinan multi tafsir juga
menyebabkan menurunnya validitas sebuah tes.
4. Alokasi waktu yang tidak cukup. Seyogyanya sebuah tes disediakan waktu
yang cukup untuk mengerjakan seluruh butir tes yang ada. Kekurangan
waktu dalam menyelesaikan sebuah tes bisa jadi bukan karena siswa tidak
mampu untuk menyelesaikan tesnya tetapi karena keterbatasan
kesempatan untuk mengerjakannya.
5. Penekanan yang berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga terlalu
mudah ditebak kecenderungan dari jawaban soal akan menyebabkan
menurunnya tingkat validitas soal.

9
6. Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar.
Kualitas yang tidak memadai misalnya tes dimaksudkan untuk megukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) jelas tidak
cukup hanya digunakan tes yang bersifat untuk mengungkap pengetahuan
faktual saja.
7. Susunan tes yang jelek.
8. Tes terlalu pendek.
9. Penyusunan butir tes yang tidak runtut .
10. Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada soal pilihan ganda
jawabannya adalah A semua, atau B semua atau menunjukkan pola
tertentu misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan sebagainya.

b) Faktor administrasi dan skor

Pemberian skor terhadap jawaban siswa (testee) harus dilakukan secara hati-
hati jangan sampai salah tulis atau meremehkan selisih angka walaupun hanya
sedikit. Hal ini akan menyebabkan hasil pengujian terhadap validitas akan
memberikan makna yang berbeda.

Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya yang berasal dari proses
administrasi dan skor.

1. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban


dalam situasi yang tergesa – gesa.
2. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan siswa
yang belajar dengan yang melakukan kecurangan.
3. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan semua
siswa.
4. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, mislanya pada tes essay, juga
dapat mengurangi validitas tes evaluasi.
5. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
6. Adanya orang lain yang bukan siswa yang termasuk dan menjawab item
tes yang diberikan.

10
c) Faktor tanggapan siswa

Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item – item tes evaluasi tidak
valid, karna dipengaruhi oleh jawab siswa dari interpretasi item – item pada tes
evaluasi. Sebagai contoh, sebuah tes para siswa menjadi tegang karena guru mata
pelajaran tersebut “killer” galak dan sebagainya. Sehingga siswa yang mengikuti
tes tersebut banyak yang gagal. Contoh lain, ketika siswa melakukan tes
penampilan keterampilan, ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga siswa tidak
dapat berkonsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas
instrumen evaluasi.

Tanggapan siswa yang tidak serius biasanya dijumpai pada saat siswa diminta
untuk mengisi sebuah angket. Hal ini akan menyebabkan siswa mengisi angket
secara sembarangan karena merasa tidak penting maupun alasan -alasan yang
lain. Oleh karena itu berikan angket pada waktu dan kondisi yang tepat .

d) Hakikat kelompok dan criteria

Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa validitas bersifat spesifik. Sebuah


asesmen atau instrumen alat ukur mungkin hanya valid untuk kelompok tertentu
saja dan tidak valid untuk kelompok yang lain. Sebagai contoh misalnya sebuah
tes diujicobakan pada sekelompok siswa pada sebuah sekolah dengan kualitas
biasa –biasa saja tentu akan berbeda hasilnya jika tes yang sama diberikan pada
sekelompok siswa pada sekolah yang favorit.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrument. Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang seharusnya
diukur.

Ada 4 (empat) macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis di atas yaitu :

a. Validitas Logis.

1. Validitas Isi (content validity).

2. Validitas Konstruksi (construct validity).

b. Validitas Empiris .

1. Valditas” ada sekarang” (concurrent validity).

2. Validitas ramalan (predictive validity).

Cara mengukur validitas, Melalui kriterium itulah kemudian hasil dari pengukuran faktor
ketelitian kerja disoroti, Jika hasil pengukuran faktor ketelitian kerja menunjukkan besarnya
ketelitian kerja yang sesuai dengan kriterium, maka alat pengukur itu dipandang valid.

Ada dua jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur, yaitu :

Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar (external) alat itu sendiri. Misalnya : suatu
tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya dengan prestasi kerja yang sesungguhnya
sebagaimana ditunjukkan oleh catatan-catatan hasil kerja atau penilaian pimpinan unit.

Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam (internal)alat itu sendiri. Biasanya diambil
hasil keseluruhan pengukuran atau total score sebagai kriteriumnya.

Faktor yang mempengaruhi validitas tes antara lain:

a. Faktor dari dalam tes itu sendiri

b. Faktor administrasi dan skor

12
c. Faktor tanggapan siswa

d. Hakikat kelompok dan criteria

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh
informasi mengenai Konsep Validitas Tes. Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan
pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan memberikan
saran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Amir Daien Indrakusuma. 1975. Evaluasi Pendididkan. Jilid I terbitan sendiri.

Saifuddin azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai