Anda di halaman 1dari 36

NURUL SA’ADAH

Model-model pembelajaran koperatif


1. STAD (Student Teams Achievement Division)
1) Defenisi model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke
dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi
materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan
menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites
secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja
dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru
terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada
siswa.
a) Penyampaian tujuan dan motivasi
b) Pembagian kelompok
c) Presentasi dari guru
d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
e) Kuis (evaluasi)
f) Penghargaan prestasi tim
1. Menghitung skor individu
2. Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-
rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua perkembangan indvidu anggota kelompok dan membagi sejumlah
anggota kelompok tersebut.
3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD:

1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai


dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi
karakteristik kecerdasan, kemampuan awal bahasa Indonesia, motivasi belajar,
jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.
2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan
pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan
presentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu
siswa.
3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberitugas-tugas kelompok.
Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling
bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan
masalah dalam kelompok. atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran
tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi
juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa
mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota
kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh
menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan
soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki
sebelumnya.
5. Hasil tes kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-ratasebelumnya dan poin
akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau
melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk
membentuk skor kelompok.
6. Setelah itu memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik
presentasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan dapat
berupa hadiah, pujian, tambahan nilai dan lain-lain
3) Kelebihan model pembelajaran STAD
menurut Daniati (2013: 38) kelebihan model snowball throwing antara lain :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa,
2. Sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa,
3. Melatih kerja sama kelompok dalam berdiskusi,
4. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa,
5. Praktis bukan pengajaran konvensional,
6. Melatih kesiapan siswa,
7. Saling memberikan pengetahuan,
8. Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali,
karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus
dijawab dengan cara berargumentasi.
4) Kekurangan model pembelajran STAD
kelemahan sebagaimana yang dirumuskan oleh Rasyid (2011: 70) diantaranya :

1. Terbatasnya jumlah siswa (kurang dari 30 siswa),


2. Pengetahuan tidak luas, hanya terkuat pada pengetahuan sekitar murid,
3. Kurang efektif digunakan untuk semua materi pelajaran.

2. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)


1) Defenisi model pembelajaran TAI
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat
individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan
selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota
kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan
sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
2) Langkah-langkah model pembelajaran TAI
1. Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations).
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan
singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin
oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan
skor kelompok.
2. Belajar dalam Kelompok (Teams)
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan
kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya,
jenis kelamin, etnikdanras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang
peserta didik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau
kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar
kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan
konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
3. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game
atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game
atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang
peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta
didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu
akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk
turnamen atau lomba mingguan.
4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau
permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD). Turnamen
atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja
turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)


Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata
skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good
Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para
peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.
3) Kelebihan model pembelajaran TAI
1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas
(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut
aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan
dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru
menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok
terbaik.
4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi
lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan
berupa tournamen dalam model ini.
4) Kekurangan model pembelajaran TAI
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat
lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi
pelajaran yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.
Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru
harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga
terendah.
3. Model pembelajaran jigsaw
1) Defenisi model pembelajaran jigsaw
pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model
pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab
siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain.
Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggung jawabnya, karena
selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota
kelompoknya yang lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa
sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota
dari dua kelompok, yaitu:
a. kelompok asal (home group)
b. kelompok ahli (expert group).

Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw siswa secara individual dapat


mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari
serta menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota
kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw mempelajari materi yang
berbeda dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing.
Pembelajaran dengan kooperatif  jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif  Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk
belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan
pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya
meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-
bentuk penghargaan (rekognisi) tim lainnya sehingga para siswa termotivasi
untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok
ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan
baik (Slavin, 2006:5).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan
demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari
tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli)
saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan
kepada mereka. Kemudian siswa –siswa itu kembali pada tim atau kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam 
Kelompok  asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada  anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
anggota sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok
ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara mandiri juga akan dituntut saling ketergangtungan yang positif (saling
memberi tahu ) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran
siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan kuis dengan baik.
2) Langkah-langkah model pembelajaran jigsaw
a. Materi pelajaran dibagi ke dalam beberapa bagian. Sebagai contoh suatu materi
dibagi menjadi 4 bagian.

b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi
jumlah siswa dengan banyak bagian materi. Misalnya dalam kelas ada 20 siswa, 
maka banyak kelompok adalah 5, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada
setiap anggota dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
c.   Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk
kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya
kelompok ahli ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli
inilah siswa melakukan diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung
jawabnya.
d. Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota
kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan
kepada anggota kawan-kawannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang
yang mengajar secara bergantian.
e. Guru melakukan evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
f. Penutup, yaitu menutup pelajaran sebagaimana biasanya.

3) Kelebihan model pembelajaran jigsaw


Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
b.  Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
c.  Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
d.  Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, menerapkan
bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih
tinggi dan memperbaiki kehadiran.
e. Pemahaman materi lebih mendalam, meningkatkan motivasi belajar
f.   Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
g.   Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
kelompok lain
h.   Setiap siswa saling mengisi satu sama lain (Arends, 2001:23).
4) Kekurangan model pembelajaran jigsaw
a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian
baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi,
agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c.  Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
d. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas
yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti
jalannya diskusi.
e.   Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran.
f.    Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang
belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang
dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan (Arends,
2001:25)

4.  Metode TGT ( Teams Games Tournament)


1) Defenisi Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya
dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
a. Pembelajaran terpusat pada siswa
b. Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
c. Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan
persoalan)
d.  Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
e. Dalam kompetisi diterapkan system point
f. Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal
kesetaraan dalam kinerja akademik
g. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas
yang diterbitkan secara mingguan
h. Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
i. Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak
2) Langkah-langkah Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
a. Guru menyiapkan: kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat/bahan.
b. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya
lima/enam siswa).
c. Guru mengarahkan aturan permainannya. 
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut, 
 siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suka. 
 Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam
tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.
 Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka
tidak dapat saling membantu. 
3) Kelebihan Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.
2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara  mendalam.
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
6. Motivasi belajar lebih tinggi.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.  
4) Kekurangan Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
1. Bagi Guru 
Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari
segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai
pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan waktu
yang dihabiskan  untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secara menyeluruh. 
2. Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya
kepada siswa yang lain.

5. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)


1) Pengertian Three-Step Interview
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah, Tipe model
pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan
siswa problem solving (pemecahan masalah).
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Three-Step Interview
a) Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam
opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh
siswa di kelas.
b) Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara
dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah
wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara
berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai.
c) Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat
membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh
kelas secara bergiliran.
3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Three-Step Interview
1) Kelebihan dari model pembelajaran the three-step interview menurut Heather
Coffey (2009) “The three-step interview helps students develop listening and
language skills while promoting individual accountability” atau three-step
interview membantu siswa mengembangkan kemampuan mendengarkan dan
berbahasa selain mempromosikan tanggung jawab individu. Selain itu, siswa yang
pada awalnya pasif dalam mengungkapkan pendapatnya mengenai materi yang
sedang dipelajari akan menjadi lebih berani mengungkapkan kesulitannya karena
yang mewawancarai adalah temannya sendiri.
2) Adapun kelemahan dari model pembeajaran the three-step interview adalah
bahwa siswa yang kurang memahami maksud dari teman yang diwawancarainya
mungkin akan sedikit kesulitan dalam menuliskan hasil wawancaranya, kemudian
selama proses wawancara dikhawatirkan kelas akan menjadi sedikit gaduh.

6. model pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round


a. Pengertian model pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round
Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning mengacu pada metode
pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil, saling
membantu dalam belajar, dalam Pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda satu sama
lain. Pembelajaran kooperatif dapat dimaknai juga sebagai strategi belajar dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
Dalam pembelajaran kooperatif sering terjadi ada anggota yang terlalu dominan
dan banyak bicara, sebaliknya ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada
rekannya yang lebih dominan dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab
dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Isjoni, (2009:113) dan Lie, (2008:64), bahwa “teknik keliling kelompok masing-
masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi
mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain”
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok ini memberikan
kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan.
Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang efektif untuk
mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap anggota
kelompok. Dimana penerapannya dimulai dari pertama sekali siswa membentuk
kelompoknya masing-masing, kemudian masing-masing kelompok diberi waktu 15
menit untuk mempelajari materi yang akan dibahas. Sebelumnya guru telah
mempersiapkan pertanyaan yang sesuai dengan indikator (satu buah karton dibuat
satu pertanyaan) ditempel di dinding kelas (depan, samping, belakang) dengan jarak
tertentu..
b. Langkah-Langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round
Menurut Lie, (2008 : 63) langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe Maryy Go
Round sebagai berikut:
1. Salah satu siswa dalam kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2. Siswa berikutnya juga ikut memberi tanggapan
3. Demikian seterusnya, giliran bicara bisa dilaksanakan menurut perputaran arah
jarum jam atau dari kiri kekanan.
Dari langkah-langkah pembelajaran tipe Maryy Go round siswa dituntut untuk
aktif dalam proses belajar di kelas. Dari masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan pemikiran yang aktif
dan kritis karena teknik ini dapat berbagi keahlian dan ide, memberi saran, umpan
balik.

c. Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go


Round
Menurut Sefra(2006) kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe
Maryy Go Round adalah:
Keunggulan pembelajaran tipe Maryy Go Round antara lain:
1. Siswa termotivasi dalam belajar
2. Siswa aktif dan kreatif
3. Siswa dapat membina kerjasama yang baik dalam kelompoknya
4. Siswa yang biasanya kurang berani mengemukakan pendapat, dengan teknik ini
sudah mulai mengutarakan pendapatnya.
5. Siswa lebih cepat menguasai konsep yang diajarkan, hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa dalam ulangan harian.

Kelemahan pembelajaran koperatif tipe Maryy Go Round adalah:

1) Guru kurang memahami tingkat kesulitan pertanyaan yang diberikan, sehingga rentangan
waktu untuk setiap pertanyaan sama.
2) Waktu yang diberikan untuk mempelajari materi terlalu singkat sehingga dalam
pelaksanaanya siswa kurang tanggap terhadap kegiatan pembelajaran yang terjadi baik
dalam kelompoknya maupun anggota kelompok lain.

7. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)


1) Defenisi Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik)
dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal
teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa
untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan
atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akan bergantian
membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan
balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa
untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi,
bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan.Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal
teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa
lainnya
2) Langkah-Langkah Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
a) Siswa diminta untuk untuk membentuk pasangan-pasangan
b) Guru memberikan tugas mengenai sebuah teks (bahan bacaan).
c) Setiap anggota pasangan akan bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan menerima dan memperoleh umpan balik (feedback)
3) Kelebihan dan Kekurangan
1) Kelebihan Pembelajaran Reciprocal teaching menurutNur Hayati (2009) :
Melatih kemampuan siswa belajar mandiri. Dengan merangkum siswa terlatih
untuk menemukan hal-hal penting dari apa yang siswa pelajari. Dengan siswa membuat
pertanyaan dan menyelesaikan pertanyaan tersebut, dikatakan bahwa reciprocal teaching
dapat mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
2) Kelemahan pendekatan reciprocal teachingdiantaranya:
Terletak pada Siswa dengan kesulitan dekoding atau merangkai kata-kata dan
mereka merasa tidak nyaman atau malu ketika bekerja dalam kelompok yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang cukup
banyak.
a. Pengertian Think Pairs Share
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan
oleh Frank T. Lyman (1981).Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan
setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang
diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan
pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian
mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari
seluruh kelas.
b. Langkah-langkah pelaksanaan Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-
Share
1) Guru menyampaikan inti materi atau kompetensi yang ingin dicapai.
2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya dan mengutarakan hasil
pemikirannya masing-masing.
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi,tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut,guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkap siswa.
6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Penutup.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share
a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share antara lain:
1) Meningkatkan daya pikir siswa.
2) Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa.
3) Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.
4) Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.
5) Siswa dapat belajar dari siswa lain.
6) Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau
7) menyampaikan idenya.
b. Kekurangan
1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
2) Lebih sedikit ide yang muncul.
3) Jika jumlah siswa sangat besar maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing
siswa yang membutuhkan perhatian lebih.
4) Lebih banyak waktu yang di perlukan untuk presentasikaren kelompok yang banyak.
5) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

8. Model pembelajaran TPS (Think Pairs Share)


a) Pengertian Think Pairs Share
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan
oleh Frank T. Lyman (1981).Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan
setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang
diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan
pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian
mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari
seluruh kelas.

b) Langkah-langkah pelaksanaan Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-


Share
a) Guru menyampaikan inti materi atau kompetensi yang ingin dicapai.
b) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang
disampaikan guru.
c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya dan mengutarakan hasil
pemikirannya masing-masing.
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi,tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
e) Berawal dari kegiatan tersebut,guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap siswa.
f) Guru memberikan kesimpulan.
g) Penutup.
3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share
Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share antara lain:
a) Meningkatkan daya pikir siswa.
b) Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa.
c) Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata
pelajaran.
d) Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.
e) Siswa dapat belajar dari siswa lain.
f) Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau
g) menyampaikan idenya.
Kekurangan
a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b) Lebih sedikit ide yang muncul.
c) Jika jumlah siswa sangat besar maka guru akan mengalami kesulitan dalam
membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih.
d) Lebih banyak waktu yang di perlukan untuk presentasikaren kelompok yang
banyak.
e) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

9. TPC (Think Pairs Check)


1) Pengertian Think Pairs Check
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe
think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk
saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
2) Langkah-Langkah Pembelajaran Think Pairs Check
a) Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan
mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
b) Pelatih Mengecek : Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
c) Bertukar Peran : Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
d) Pasangan Mengecek : Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan
jawaban.
e) Penegasan Guru : Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
3) Kelebihan dan Kekurangan Think Par Check
 Kelebihannya
1) Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2) Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3) Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep
dan / atau proses
4) menmemenimelatih berkomunikasi
 Kekurangannya
1) memerlukan banyak waktu
2) memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.

10. MODEL PEMBELAJARAN TPW (Think Pairs Write)


1) Pengertian Think Pairs write
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan
variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share).Penekanan
model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka
diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah
diberikan oleh guru.Model
2) langkah-langkah pembelajaran think Pair Write ini memiliki yaitu:

1) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta
petunjuk pelaksanaannya.

2) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan
(think) dan hasil catatan tersebut dikomunikasikan (talk).

4) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa
jawaban atas soal dalam bentuk tulisan (write).

5) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang
dipelajari. Sebelum itu, dipilih beberapa siswa atau perwakilan kelompok untuk
menyajikan jawabannya.

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair and Write


 Kelebihan
1) Proses kegiatan belajar mengajar tidak bergantung pada guru. Dengan demikian, peserta
didik dirangsang untuk lebih aktif sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari beberapa sumber, dan dapat
saling dan bertukar informasi antar peserta didik.
2) Memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
3) Peserta didik dapat memiliki kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-
kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.
 Kekurangan
1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas.
2) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang
berharga, untuk itu guru harus membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
3) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas.

11. MODEL PEMBELAJARAN MAKE – A MATCH


1) Pengertian Kooperatif Tipe Make a-Match

Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorn


Curran pada tahun 1994 pada model ini siswa diminta mencari pasangan dari kartu, Aqib
Zainal (2013 : 23 )

Menurut Tarmizi dalam Novia (2015 : 12 ) menyatakan bahwa model pembelajaran


make a match artinya siswa mencari pasangan setiap siswa mendapat sebuah kartu ( bisa
soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia
pegang.

Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokan kartunya diberi poin.

2) (Mencari pasangan) Lorna Curran, 1994. Langkah-langkah:


a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b) Setiap perserta didik mendapat satu buah kartu.

c) Tiap perserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap perserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).

e) Setiap perserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap perserta didik mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya.

g) Demikian seterusnya.

h) Kesimpulan/penutup.

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif MAKE A-MATCH


 Ada lima keunggulan dalam tehnik make a match ini yaitu:
a) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
b) Tehnik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan bisa digunakan untuk semua
usia.
c) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran
d) Kerjasama siswa akan terwujud dengan dinamis
e) Munculnya dinamika gotong royong seluruh siswa yang merata.
 Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a
match mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
a) Memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran.
c) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai
d) Akan tercipta kegaduhan dan keramaian yang tidak terkendali
12. MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
1) Pengertia Kooperatif Tipe Group Investigation

Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation (GI) – Arifin dan Afandi (2015:
13) mengungkapkan bahwa Group Investigation (GI) merupakan, pembelajaran dimana
siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik/ sub topik maupun cara
untuk pembelajaran secara investigasi dan model ini menuntut para siswa memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik dalam arti bahwa pembelajaran investigasi
kelompok itu metode yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informan) pelajaran yang akan di pelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia misalnya dari buku pelajaran, masyarakat, internet. Group investigation
(GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan
siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran

2) (Sharan, 1992). Langkah-langkah:

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu
materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.

d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang
bersifat penemuan.

e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan


kelompok.

f. Guru memberiikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

g. Evaluasi.

h. Penutup.
3) Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif GI
 Kelebihan Group Investigation (GI).

a) Pembelajaran kooperatif ini terbukti telah unggul dalam menigkatkan hasil belajar siswa
dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini.
Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan sebagai berikut

b) Peningkatan belajar tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran dan aktivitas siswa.

c) Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi


terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam
kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang
lebih sederhana.

d) Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi aktif, lebih bersemangat dan
berani mengemukakan pendapat.

e) Pembelajaran kooperatif ini juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan
lebih termotivasi.

f) Penerapan model pembelajaran ini dapat membantu siswa mengaktifkan kemampuan


latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka
sendiri.

g) Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-
tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam
memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk
terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif
ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki
rasa dendam.

h) Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk meyelesaikan tugas.

 Kekurangan model pembelajaran Group Investigation (GI)


a) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki
prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota
kelompok yang pandai lebih dominan.

b) Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan
kelompok yang memiliki nilai rendah.

c) Untuk menyelesaikan materi pelajaran, akan memakan waktu yang lebih lama
dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak
dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Guru
membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat
menerapkan belajar kooperatif model Group Investigation (GI) dengan baik.

13. MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK


1) Pengertian Kooperatif Tipe Talking Stick
Model pembelajaran talking stick merupakan sebuah model belajar yang mana
dalam pengaplikasiannya nanti siswa akan mempergunakan tongkat dalam
kegiatannya. Hal yang pertama kali guru lakuan adalah mengambil tongkat dan
memberikannya kepada siswa, setelah itu pendidik memberikan sebuah pertanyaan
dan siswa yang memegang tongkat mesti menjawab pertanyaan dari gurunya tersebut.
Demikian seterusnya sampai semua siswa mendapatkan giliran menjawab pertanyaan.
2) Langkah-langkah Pemebalajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

a) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

b) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberiikan


kesempatan kepada perserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.

c) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, perserta didik


menutup bukunya.

d) Guru mengambil tongkat dan memberiikan kepada perserta didik, setelah itu guru
memberiikan pertanyaan dan perserta didik yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
e) Guru memberikan kesimpulan.

f) Evaluasi.

g) Penutup.

3) Kelebihan dan Kekurangan Model koperatif Tipe Talking Stick


 Menguji kesiapan peserta didik dalam KBM
 Melatih kecepatan peserta didik dalam mempelajari materi
 Melatih keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat
 Melatih siswa dalam menghargai ide serta jawaban orang lain
 Menumbuhkan tingkat kepercayaan diri siswa
14. MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
1) Pengertian Model Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang


dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa
serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam materi tersebut.

Model Pembelajaran snowball throwing (melempar bola) merupakan jenis


pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. Metode ini
bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap
materi yang disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan, Siswa harus
dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat
onar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan berdasar pada uraian di atas peneliti
dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan snowball throwing yaitu metode
pembelajaran yang didalam terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya
dalam rangka mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru

2) Langkah-langkah Kooperatif Tipe Snowball Throwing

a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.


b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberiikan penjelasan tentang materi.

c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian


menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

d) Kemudian masing-masing perserta didik diberikan satu lembar kertas kerja untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok.

e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu perserta didik ke perserta didik yang lain selama 15 menit.

f) Setelah perserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
perserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian.

g) Evaluasi.

h) Penutup.

3) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Snowball Throwing


b) Keunggulan
 Kelebihan pembelajaran dengan metode Snowball Throwing sebagai berikut:
1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi
yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang
dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang
secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis
dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman
lain maupun guru.
4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang
dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.
7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu
masalah.
8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
9) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat
dan intelegensia.
10) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
4) Kelemahan
 Disamping terdapat kelebihan tentu saja model pembelajaran Snowball Throwing
juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari model ini adalah:
1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang
dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya
hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang
tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan
bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
4) Memerlukan waktu yang panjang.
5) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
15. MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
1) Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture And Picture –


Suprijono (dalam huda 2014: 236), mengemukakan: “Picture And Picture merupakan
strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. strategi
ini mirip dengan Example Non- Example, dimana gambar yang diberikan pada siswa
harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi perangkat
utama dalam proses pembelajaran”.
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture

a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b) Menyajikan materi sebagai pengantar.

c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan


materi.

d) Guru menunjuk/memanggil perserta didik secara bergantian


memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

f) Dari alas an/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi


sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

g) Kesimpulan/rangkuman

3) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture And Picture

Menurut Suprijono (dalam Huda 2014:239) model pembelajaran picture and picture
memiliki kelebihan dan kekurangan.

 Kelebihan model pembelajaran Picture And Picture


1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2) Siswa dilatih berfikir logis dan sistematis
3) Siswa dibantu belajar berfikir berdasarkan sudut pandang suat subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktek berfikir
4) Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan
5) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
 Kekurangan model pembelajaran Picture And Picture
1) Memakan banyak waktu
2) Membuat sebagian siswa pasif
3) Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas
4) Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai
16. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC).
1) Pengertian Model Pembelajaran CIRC

Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition disingkat


CIRC adalah salah satu model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis,
dimana peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman dalam membaca, menulis, memahami kosakata dan seni
berbahasa.

Fokus utama kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu menjadi lebih
efektif. Siswa dikondisikan dalam tim-tim kooperatif yang kemudian dikoordinasikan
dengan pengajaran kelompok membaca, supaya memenuhi tujuan lain seperti
pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, dan ejaan. Tujuan utama CIRC
adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari
kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2010: 203).

2) Langkah-langkah Model Pembelajaran CIRC

a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

b) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

c) Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas

d) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

e) Guru membuat kesimpulan bersama

f) Penutup

3) Kelebihan dalam penggunakan model pembelajaran CIRC antara lain


sebagai berikut:
a) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) sangat tepat untuk
meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita.
b) Dominasi guru dalam proses pembelajaran berkurang.
c) Pelaksanaan program sederhana sehingga mudah diterapkan.
d) Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok.
e) Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.
f) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal cerita.
g) Peserta didik yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
h) Sedangkan kekurangan yang ditemukan dalam penggunaan model pembelajaran CIRC
adalah sebagai berikut:
i) Metode ini kurang tepat jika diterapkan pada peserta didik yang kurang bisa membaca
akan kesulitan.
j) Jika diterapkan terlalu sering peserta didik akan merasa bosan.
k) Peserta didik merasa jenuh dan lelah jika diminta untuk membaca terlalu banyak
17. Round Table atau Rally Table
1) Pengertian Model Round Table/Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally
Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa.(misalnya kata-
kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan
satu kata secara bergiliran.
2) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Round Table/Rally Table
Langkah-langkah pembelajaran dari Three-Step Interview adalah :
a) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 siswa.
b) Guru membagi setiap kelompok menjadi 2 pasang.
c) Setiap pasang siswa menentukan siapa yang terlebih dahulu menjadi pewawancara dan
terwawancara.
d) Guru memberikan lembar kerja ke setiap siswa yang kemudian setiap siswa mengerjakan
lembar kerja tersebut.
e) Pewawancara mewawancarai pasangannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penyelesaian lembar kerja oleh pasangannya sedangkan terwawancara menyampaikan
tanggapan-tanggapan tentang pertanyaan yang disampaikan oleh pewawancara.
f) Siswa bertukar peran.
g) Kedua pasangan yang berada dalam satu kelompok bergabung kemudian setiap siswa
menyampaikan apa yang telah dia dapat ketika menjadi pewawancara.
h) Terakhir, kelompok mempresentasikan hasil dari kelompok mereka kepada seluruh kelas
3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Round Table/Rally Table
Menurut Siti Maryam kelebihan dan Kekurangan dalam penggunaan model
cooperative learning tipe roundtable sebagai berikut :
a. Kelebihan
1) Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berfikir kritis dan bekerjasama
kelompok
2) Adanya saling ketergantungan yang positif
3) Adanya tanggung jawab pribadi dimana setiap anggota kelompok harus memiliki
konstribusi aktif dalam bekerja kelompok.
b. Kelemahan
1) Siswa cenderung mengandalkan teman sekelompoknya dalam memberikan pendapat.
2) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan
bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
3) Membutuhkan waktu yang panjang.
18. MODEL PEMBELAjARAN ROUD CLUB
1) Defenisi MODEL PEMBELAjARAN ROUD CLUB
Keliling kelompok ( raoud club ) adalah masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untun memberikan kontribusi mereka dan mendegarkan
pandangan serta pemikiran oaring lain. Model pembelajran ini dimasukkan agara
masing-masing anggota kelompok, mendapatkan sertakan pemikiran anggota lain
2) langkah-langkah MODEL PEMBELAARAN ROUD CLUB
a. guru menjelaskan tujuan pembelajran atau kompetensi dasar
b. guru membagi siswa menjadi kelompok
c. guru memberikan tugas atau lembar kerja
d. salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
tugas atau lembar kerja
e. siswa berikutnya juga ikut memberikan kostibusinya
f. demikian seterusnya giliran bicara bisa dialksanakan arah berputar jarum jam atau
dari kiri kanan
3) kelebihan
a. adanaya tanggung ajwab setiap kelompok
b. adanya pemberian subangan ide pada kelompoknya
c. lebih dari sekedar belajar kelompok
d. bisa saling mendegar dan mengutarakan pendapat , pandangan serta pemikiran
e. hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
f. dapat membina dan memperkaya emesional
4) kekurangan
a. banyak waktu yang terbuang dalam pembelajran keliling kelompok
b. suasana kelas menjadi ribut
c. tidak bisa diterapkan dalam mata pelajran pengayaan
19. Model Pembelajaran Decision Making
1) Pegertian Model Pembelajaran Decision Making
Pengambilan keputusan (decision making) tidak jarang disamakan dengan
berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir replektif.
Berpikir kritis (critical thinking) untuk sampai suatu kesimpulan diawali dengan
pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada
dalam pertanyaan itu.Pemecahan masalah (problem solving), untuk sampai pada
kesimpulan diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan
bagaimana masalah itu dapat diselesaikan/dipecahan.
Berpikir logis (logical thingking) untuk sampai pada suatu kesimpulan yang
diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai dari identifikasi, meramalkan,
menganalisis fakta dan opini serta verifikasi.Ketiga ketrampilan berpikir tersebut
semuanya bermuara pada pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu
alternatif atau pilihan yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan.
Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata bertujuan
untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, tetapi juga dilandasi oleh
pertimbangan secara nalar dan penilaian, tindakan yang diambil akan dapat
dipertanggungjawabkan.Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan
ketrampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir kritis
dan kreatif.
2) Langkah Model Pembelajaran Decision Making
a. Informasi tujuan dan Perumusan masalah.
b. Secara klasikal tayangkan gambar, wacana atau kasus permasalahan yang
sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
c. Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai
dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
d. Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan
membuat alternatif pemecahannya.
e. Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang
dibahas dan cara pemecahannya.
f. Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka
menilih alternatif tersebut.
g. Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinjya
masalah tersebut.
h. Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Decision Making


Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajarmengajar
akan memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga halnya dengan model
Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making).
Menurut Mulyono (2008:6), kelebihan dari model Cooperative Learning
Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) yaitu:
a) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
b) Meningkatkan kesetiakawanan sosial.
c) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
d) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan
informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.
e) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Kekurangan model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision
Making) menurut Lie (2002:47) yaitu:
a) Membutuhkan lebih banyak waktu.
b) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
c) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
d) Kurang kesempatan untuk individ

20. MODEL PEMBELAJARAN TARI BAMBU

1) Pertian Model Pembelajaran Tari Bambu

Menurut Huda (2013:147) metode pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu


(Bambu Dancing) merupakan teknik belajar mengajar yang merupakan modifikasi
lingkaran kecil lingkaran besar. Di beberapa kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar
seringkali tidak bisa dilaksanakan karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak
menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran dan tidak
selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di alam
bebas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model
klasikal/tradisional. Bahkan banyak penataan tradisional ini bersifat permanen; kursi dan
meja yang sulit dipindahkan. Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling
berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bamboo yang digunakan dalam
tari bamboo Filipina yang juga popular di beberapa daerah di Indonesia

2) langkah-langkah model pembelajaran tari bambu

Langkah-langkah belajar kooperatif tipe Tari Bambu menurut Huda (2013:148)


sebagai berikut.

 Tari Bambu Individu


Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada
cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan kelas.Kemungkinan lain adalah siswa berjajar
di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan
kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat.Separuh kelas lainnya berjajar
dan menghadap jajaran yang pertama.Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran
berbagi informasi.Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran
pindah keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini,
masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi informasi .
Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
 Tari Bambu Kelompok:

Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain. Kelompok
bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas, kemudian mereka pun saling
berbagi informasi

menurut Suprijono (2013:98) langkah pembelajaran model kooperatif tipe Tari Bambu
adalah:

Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan
topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui
peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap
menghadapi pelajaran yang baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu
kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.

Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh orang
berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri
berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-
pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap
pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup
kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.

Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling
berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik
akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran
searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada


seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab
dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui
diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan
bersama seluruh kelas.

3)Kelebihan dan kekurangan model pembelajran tari bambu


 Kelebihan
Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik. Oleh
karena itu kelebihan metode ini adalah:
1. Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses
pembelajaran.
2. Meningkatkan kerjasama diantara siswa.
3. Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.
 Kekurangan
Selain memiliki kelebihan, model belajar tari bambu juga memiliki beberapa kekurangan,
yaitu:
1. Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses belajar
mengajar.
2. Siswa lebih banyak bermainnya dari pada belajar.
3. Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
4. Sebagian siswa saja yang aktif karenak elompoknya terlalu gemuk.
5. Interaksi pembelajaran tidak terjadi secara baik.

Anda mungkin juga menyukai