Anda di halaman 1dari 9

Model-Model Pembelajaran

1. Problem Based Learning (PBL)


Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau permasalahan yang dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah atau akan dipelajari. Permasalahan yang disajikan bukanlah
permasalahan yang biasa atau latihan. Permasalahan dalam PBL dituntut penjelasan atau
sebuah fenomena (Kemdikbud, 2017: 12).

Karakteristik: (Haerullah 2017: 231) dikembangkan oleh Barrow


a. Learning is student centered. Pembelajaran berpusat kepada siswa.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning. Masalah yang disajikan
adalah masalah yang otentik, sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah
tersebut serta dapat menerapkannya.
c. New information is acquired through self directed learning. Dalam proses mungkin saja
siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayarat, sehingga siswa
berusahan sendiri untuk mencari informasi melalui sumbernya.
d. Leraning occurs in small groups. Agar terjadi interaksi dan tukar pemikiran,
pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil dengan pembagian tugas yang jelas.
e. Teachers act as facilitators. Guru hanya sebagai fasilitator. Namun, guru harus selalu
memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target
yang hendak dicapai.

Sintaks: (Herullah, 2017: 232-233)


a. Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
b. Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Fase 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
yang mereka gunakan.

Kelebihan : Herullah (2017: 233)


a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
g. Dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki.
h. Mengembangkan minat siswa secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir.

Kelemahan: (Haerullah, 2017: 234-235)


a. Tidak dapat diterapkan untuk setiap materi, ada bagian guru berperan aktif dalam
menyajikan materi.
b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi
kesulitan dalam pembagian tugas.
c. Cocok untuk mahasiswa atau SMA karena bekerja dalam kelompok.
d. Membutuhkan waktu yang lama sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh
konten yang diharapkan.
e. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok
secara efektif, artinya guru harus memiliki kemampuan memotivasi siswa dengan baik.
f. Ada kalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.

2. Discovery Learning (Model Penyingkapan)


Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap atau mencari tahu
tentang suatu permasalahan atau sesuatu yang sebenarnya ada namun belum mengemuka
dan menemukan solusinya berdasarkan hasil pengolahan informasi yang dicari dan
dikumpulkannya sendiri, sehingga siswa memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakan
dalam memecahkan persoalan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari (Kemdikbud, 2017:
11).

Alur kegiatan pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut (Kemdikbud,


2017:11).
a. Memberikan stimulus (stimulation), guru memberikan stimulus berupa masalah untuk
diamati dan disimiak melalui kegiatan mmembaca, mengamti situasi atau melihat
gambar, dan lain-lain.
b. Mengidentifikasi masalah (problem statement), siswa menemukan
permasalahan ,mencari informasi terkait permasalahan, dan merumuskan masalah.
c. Mengumpulkan data (data collecting), siswa mencari dan mengumpulkan data/ informasi
yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi
(mencari atau merumuskan berbagi alternative pemecahan masalah, terutama jika satu
alternetif mengalami kegagalan).
d. Mengolah data (data processing), siswa mencoba dan mengeksplorasi kemampuan
pengetahun konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata (melatih
keterampilan berfikir logis dan aplikatif).
e. Memverifikasi (verification), siswa mengecek kebenaran atau keabsahan hasil
pengelohan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari
buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
f. Menyimpulkan (generalization), siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil berupa
kesimpulan pada suatu kejadian atau permasalahan yang sedang dikaji.

Kelebihan: Hosnan dalam Haerullah (2017: 220)


a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan menigkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
d. Membantu siswa mempersiapkan konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lain.
e. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
f. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g. Melatih siswa belajar mandiri.
h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j. Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagi jenis sumber belajar.

Kekurangan: Hosnan dalam Haerullah (2017: 221)


a. Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang
umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing.
b. Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas.
c. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.

3. Cooperative Learning
Model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-5 yang heterogen. Hal tersebut bertujuan untuk melatih siswa
menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakang (Nurdyansyah,
2016: 53). Model ini menekankan pada saling ketergantungan positif antar invidu, adanya
tanggung jawab, tatap muka, komunikasi intensif, dan evaluasi proses kelompok.
Karakteristik: (Nurdyansyah, 2016: 59-60)
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kolaboraitf
b. Kelompok dibentuk dengan anggota yang heterogen.
c. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Sintaks: (Nurdyansyah, 2016: 59-60)


a. Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya
topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
b. Fase 2 : Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
c. Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
d. Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
e. Fase 5 : Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Fase 6 : Memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar indivisu dan kelompok.

Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, di antaranya Pemberdayaan berpikir


Melalui Pertanyaan (PBMP), Think Pare Shar (TPS), Student Team-Achievement Divisions
(STAD), Team Game Tournaments (TGT), Group Investigarion (GI), Numbered Heads
Togather (NHT), Team-Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC), Co-Op, Jigsaw, dan complex Instruction (Trianto, 2011; Nur,
2011; Lie, 2008; dan Slavin 2005). Menurut Lie (2008), semua model kooperatif memiliki
karakter sama, perbedaannya hanya terletak pada sintaks pembelajarannya

Kelebihan: (Haerullah, 2017: 112)


a. Saling ketergantungan positif.
b. Adanya kemampuan dalam merespon perbedaan individu.
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
d. Suasana yang rileks dan menyenangkan.
e. Terjadi hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.
f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.
Kelamahan:
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan membutuhkan banyak
tenaga.
b. Membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai.
c. Selama diskusi berlangsung, adany kecenderungan topik meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, sehingga banya anggota yang pasif.

4. Problem Solving
Problem solving dipandang sebagai penggunaan berbagai jalan untuk memecahkan masalah
mulai dari mengidentifikasi masalah, penentuan langkah-langkah, dan kemudian
memecahkannya.
Definisi dari problem solving
1. Proses, problem solving dipandang sebagai proses berpikir dalam menentukan
kombinasi dan aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya yang dapat dipakai untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
2. Strategi, problem solving diartikan sebagai penggunaan berbagai ajalan untuk
memecahkan masalah mulai dari mengidentifikasi, penentuan langkah-langkah dan
kemudian dipecahkan.
3. Keterampilan, problem solving diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan
operasi untuk memecahkan masalah (operasi matematika/komputasi).

Sintaks: Sudjana dalam Haerullah (2017: 237)


a. Orientasi, Guru memusatkan perhatian siswa pada permasalahan dengan memberi kesan
umum dan pemahaman global mengenai yang akan dibahas.
b. Identifikasi masalah, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan
respon sebagai tolak ukur kemampuan awal siswa dalam mengidentifikasi masalah
disekitarnya mengenai materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Mencari alternative pemecahan masalah. Guru menyiapkan bahan atau alat sebagai
sumber belajar berupa buku, grafik, lingkungan, bagan, dll. Siswa di tuntut untuk
melakukan percobaan atau mengemukakan berbagai macam argument dalam proses
pembelajaran secara mandiri. Guru berperan sebagai fasilitator.
d. Menilai setiap alternative pemecahan masalah. Mempertimbangkan jawaban mana yang
paling tepat diantara alternative pemecahan masalah yang ada, dari berbagai macam
respond an tanggapan yang diberikan oleh siswa.
e. Menarik kesimpulan. Guru bersama siswa merumuskan jawaban dari masalah yang
diberikan. Guru dan siswa terjadi interaksi yang harmonis karena guru memberikan
tanggapa dari beberapa alternative pemecahan masalah yang diberikan pada siswa
dengan suasana kelas yang lebih aktif.

Kelebihan: (Haerullah, 2017: 239)


a. Bahan ajar atau materi lebih dapat dihayati dan dipahami oleh siswa.
b. Interaksi sosial antara siswa lebih dikembangkan sebab hamper langkah dalam model
pembelajaran menumbuhkan suasana yang lebih aktif antara siswa maupun antara siswa
dengan guru.
c. Pemecahan masalah dapat mengembangkan solusi yang tepat untuk memecahkan
masalah-maslaah yang dapat mengarahkan siswa dapat memahami materi-materi
pelajaran.
d. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah secara rasional dan sistematis.
e. Pemecahan masalah juga mendorong siswa untuk mengevaluasi proses belajar mengajar
siswa.
f. Pemecahan masalah membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk
mentransfer pengetahuan mereka kedalam dunia nyata.
g. Pemecahan masalah mengajarkan siswa bahwa jawaban mereka harus dapat dijelaskan
serta dipertanggung jawabkan dan juga ditekankan bahwa siswa dapat mengembangkan
kepercayaannya sendiri.
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa
serta kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru.

Kekurangan:
a. Menuntut sumber dan sarana belajar yang cukup termasuk waktu kegiatan belajar
mengajar.
b. Jika kegiatan belajar mengajar tidak dikontrol oleh guru, kegiatan belajar ini dapat
membawa resiko yang merugikan, misalnya waktu terbuang pada saat proses
pembelajaran dalam pengumpulan data dari pemecahan masalah, kegiatan ini tidak
optimal karena sikap tak acuh pada siswa.
c. Jika masalah yang diberikan kurang berbobot dan kurang menarik untuk diteliti, maka
usaha para siswa terkesan asal-asalan sehingga cenderung untuk menerima saja jawaban
yang diperoleh.
d. Siswa tidak terlatih dan tidak terbiasa untuk aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan
dalam proses pembelajaran pemecahan masalah yang menuntut keaktifan siswa.
e. Pemecahan masalah dianggap sesuatu yang merepotkan.
f. Anggapan siswa bahwa guru adalah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan mungkin
mereka akan merasa tidak nyaman dengan model pembelajaran pemecahan masalah
yang digunakan.
5. Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah
dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan konkret.

Karakteristik: Buck Institute of Education dalam Haerullah (2017: 223)


a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
c. Sisw merancang proses untuk mencapai hasil.
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan.
e. Melakuakn evaluasi secara kontinu.
f. Siswa secara teratut melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. Hasil akhir berupa produk dan dievalusi kualitasnya.
h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Sintaks : Haerullah (2017: 226)


a. Menentapkan tema proyek.
 Memuat gagasan umum dan original.
 Penting dan menarik.
 Mendeskripsikan mesalah kompleks.
 Mencerminkan hubungan berbagai gagasan.
 Mengutamakan pemecahan masalah.
b. Menetapkan konteks belajar.
 Pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata.
 Mengutamakan otonimi siswa.
 Melakuakn inquiry dalam konteks masyarakat.
 Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien/
 Sisw penuh belajar dengan kontrol diri.
 Mensimulasikan kerja secara professional.
c. Merencanakan aktifitas-aktifitas.
 Membaca
 Meneliti
 Observasi
 Interview
 Merekam
 Mengnjungi obyek yang berkaitan dengan proyek
 Akses internet
d. Memproses aktifitas-aktifitas.
 Membuat sketsa.
 Melukiskan analisa.
 Menghitung.
 Menggenaralisasikan
 Mengembangkan prototype.
e. Penerapan aktiftas-aktifitas untuk meyelesaikan proyek.
 Mencoba mengerjakan proyek sesuai dengan sketsa.
 Menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh.
 Mengevaluasi hasil-hasil yang diperoleh.
 Merevisi hasil yang telah diperoleh.
 Maelakukan daur ulang proyek ain.
 Mengklifikasi hasil terbaik.

Kelebihan: (Haerullah, 2017:227)


a. Menumbuhkan pola pikir siswa dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh
dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Siswa dibina dengan membiasakan, menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dengan terpadu yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka
untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai.
d. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Siswa menjadi lebih aktif dan
tertantang untuk menyelesaikan/ memecahkan masalah yang lebih komplek lagi.
e. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek adalah mendorong
siswa untuk mengembangkan dan mempraktekan keterampilan komunikasi. Kelompok
kerja kooperatif evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek
kolaboratif dari sebuah proyek.
f. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Pembelajaran berbasis proyek yang
diimplementasikan dengan baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
g. Model pembelajaran berbasis proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
h. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
i. Pembelajaran berbasis proyek membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kekurangan:
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini belum menunjang pelaksanaan
pembelajaran ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas
dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.
e. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah..
f. Memerlukan biaya yang cukup banyak.
g. Banyak peralatan yang harus disediakan.
h. Bagi siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak memahami topik secara keseluruhan

Daftar Pustaka
Haerullan, Ade dan Said Hasan. 2017. Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta: CV. Lintas Nalar
Nurdyansyah dan E F Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning
Center.
Kemdikbud. 2017. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Kemdikbud

Anda mungkin juga menyukai