Anda di halaman 1dari 17

EFEKTIVITAS MIND MAPPING DALAM PENINGKATAN

KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(KARYA ILMIAH BERBASIS KAJIAN/ PEMIKIRAN)

TUGAS AKHIR MATA KULIAH


PENULISAN KARYA ILMIAH

DOSEN PENGAMPU : Dr.Tarto,M.Pd

DISUSUN OLEH:

DARYATI

NIM. 19255140001

PROGRAM PASCASARJANA PIPS

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2021

i
EFEKTIVITAS MIND MAPPING DALAM PENINGKATAN

KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Daryati

Program Studi Pascasarjana Pendidikan IPS

daryati70@gmail.com

ABSTRAK
Mind mapping is a creative and effective way of recording, an
easy way to enter and release information in the brain that
matches how the brain works. Mind mapping can be an
alternative method to increase creativity and student learning
outcomes. This study aims to describe the effectiveness of mind
mapping in increasing the creativity of students. Qualitative
descriptive research methods through literature study the results
of the study prove that mind mapping can improve students'
learning creativity.
Keywords: mind mapping, creativity, learning outcomes, students

Mind mapping adalah cara merekam yang kreatif dan efektif, cara
mudah untuk memasukkan dan melepaskan informasi di otak
yang sesuai dengan cara kerja otak. mind mapping bisa jadi
alternatif metode untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
peserta didik. Kajian ini bertujuan untuk menggambarkan
efektivitas mind mapping dalam meningkatkan kreativitas peserta
didik. Metode penelitian deskreptif kualitatif melalui studi
pustaka hasil kajian membuktikan bahwa mind mapping dapat
meningkatkan kreativiats belajar peserta didik.
Kata kunci : mind mapping, kreativitas, hasil belajar, peserta
didik

1
A. PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah proses pembelajaran.

Menurut Fathurrohman (2015: 16) pembelajaran pada hakekatnya adalah

proses interaksi antara guru dan peserta didik pada suatu lingkungan belajar

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Menurut

Syarifah Nur Fajrin (2021) guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan

dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan

penting bagi peningkatan mutu pendidikan adalah apabila pelaksanaan proses

belajar mengajar dilakukan oleh pendidikpendidik yang dapat diandalkan

keprofesionalannya

Guru diharapkan dapat membuat desain pembelajaran dengan

mempertimbangkan kemampuan awal siswa, tujuan yang akan dicapai,

karakteristik bahan ajar, metode dan media atau sumber belajar yang akan

digunakan serta unsur lain sebagai penunjang. Menurut Fauziah, (2017)

seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki tugas dalam memilih

model ataupun metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikam suatu

materi pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan dari pendidikan. Nurlaila

(2016) menjelaskan bahwa kreativitas dari guru dalam mengembangkan

proses pembelajaran dan asesmennya merupakan hal yang dapat menjadi

tolak ukur untuk meningkatkan pembelajaran bagi siswa. Hal ini terjadi

ketika guru mengajar secara tradisional yang masih bersifat otoriter dan

berpusat pada guru ( teacher centered). Wahidmurni (2017: 28) berpendapat

bahwa peserta didik hanya dijadikan objek bukan subjek. Guru mengajar

menggunakan metode pembelajaran yang monoton dan didominasi dengan

ceramah, sementara peserta didik hanya duduk mendengarkan saja.

2
Pembelajaran yang baik menuntut guru memotivasi dan

memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan

menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi. Munandar

(2016: 12) menyatakan bahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian

merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang

merupakan tempat individu berinteraksi dapat mendukung berkembangnya

kreativitas, tetapi ada juga yang justru menghambat. Di sinilah guru sebagai

pendidik sekaligus pengajar diharapkan mampu mengkondisikan lingkungan

belajar agar dapat menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas peserta didik.

Fields and Bisschoff (2017: 23) berpendapat “Creative thinking and creative

abilities are increasingly being used in finding solutions to problems that

impact on human progress and survival.” Berpikir kreatif dan kemampuan

kreatif apabila semakin digunakan maka akan mampu mengatasi masalah dan

mampu bertahan. Kreativitas merupakan membutuhkan kerja otak secara

keseluruhan secara divergen. Di sinilah guru sebagai pendidik sekaligus

pengajar diharapkan mampu mengkondisikan lingkungan belajar agar dapat

menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas peserta didik.

Salah satu solusi yang mampu mengatasi permasalahan di atas adalah

menggunakan model pembelajaran mind mapping (pemetaan pikiran). Model

pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran) adalah model yang dirancang

secara sistematis untuk membantu peserta didik dalam proses belajar,

menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh peserta

didik pada saat pembelajaran, dan membantu peserta didik menyusun inti-inti

yang penting dari materi pelajaran ke dalam bentuk peta, grafik maupun

3
penggunaan simbol sehingga peserta didik lebih mudah mengingat pelajaran

tersebut.Mind mapping (Faisal 2018: 40) mampu meningkatkan hasil belajar

IPS. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukannya pada peserta

didik Kelas VII-F SMP Negeri 7 Bandung. Fauziah (2017: ) dalam

penelitiannya juga menyatakan bahwa mind mapping mampu meningkatkan

kreatvitas dan hasil belajar peserta didik khususnya peserta didik SDN

Galanggang II.

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui efektivitas mind mapping

sebagai model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas dan

hasil belajar peserta didik. Penelitian ini berbasis kajian/ pemikiran. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi kualitatif dengan

mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan

penelitian.

B. PEMBAHASAN

1. Model Pembelajaran Mind mapping

Mind mapping adalah salah satu bagian dari model pembelajaran

kooperatif yang mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-

peta. Salah satu pengagas metode ini adalah Tony Buzan. Pada awalnya ia

berangan-angan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat. Suatu

ketika ia menemukan sebuah cara yang efektif dan mudah menghafal

pelajaran serta membuat belajar tidak bosan dengan berangan-angan keliling

dunia, selanjutnya pemikiran keliling dunia ia namakan sebuah peta

pemikiran atau mind map. Buzan (2012: 4) mengatakan bahwa mind mapping

4
adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan

mnegeluarkan informasi dari otak, karena mind map adalah cara mencatat

yang kreatif,efektif,dan akan memetakan pikiran-pikiran kita.

Mapping disebut juga dengan mind mapping. Swadarma (2013: 2)

menyatakan bahwa mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak

dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk

membentuk kesan. Mapping adalah cara mencatat yang efektif, efisien,

kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara

memetakan pikiran – pikiran kita. Selanjutnya, mapping juga dapat dijelaskan

sebagai sistem berpikir yang terpencar (radiant thinking) sehingga dapat

mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya

secara utuh dalam berbagai sudut pandang. Senada dengan pendapat di atas,

Shoimin (2014: 105) menyebut Mind Mapping (pemetaan pikiran) adalah

salah satu model pembelajaran inovatif dengan teknik pemanfaatan seluruh

otak menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk

membentuk kesan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Mind

Mapping (peta pikiran) adalah model yang dirancang secara sistematis untuk

membantu peserta didik dalam proses belajar, menyimpan informasi berupa

materi pelajaran yang diterima oleh peserta didik pada saat pembelajaran, dan

membantu peserta didik menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran

ke dalam bentuk peta, grafik maupun penggunaan simbol sehingga peserta

didik lebih mudah mengingat pelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran

mind mapping, peserta didik tidak lagi dituntut untuk selalu mecatat tulisan

5
yang ada di papan tulis atau yang didiktekan oleh guru secara keseluruhan.

Peserta didik akan mengetahui inti masalah, kemudian secara aktif membuat

peta pikirannya masing-masing sesuai dengan kreativitas mereka.

Mind mapping sangat berguna dalam pembelajaran terutama untuk dalam

keterampilan mencatat dan mengingat materi pelajaran. Peserta didik menjadi

kreatif dalam merangkum materi pelajaran. Yaitu dengan menggunakan

gambar, simbol, garis dengan berbagai warna yang menarik.

Mind Mapping ( Buzan,2012: 6) dapat membantu kita untuk merencana,

berkomunikasi, lebih kreatif, hemat waktu, memusatkan perhatian, menyusun

dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan baik, belajar lebih cepat

dan efisien, serta dapat melihat “gambar keseluruhan” Hal serupa juga

dikemukakan oleh Doni Swadarma. Kegunaan Mind mapping, yaitu 1)

Mengumpulkan data yang akan digunakan secara sistematis, 2) Memudahkan

untuk melihat kembali sekaligus mengulang-ulang ide dan gagasan, 3)

Mempermudah proses brainstorming karena ide dan gagasan menjadi lebih

mudah dituangkan diatas selembar kertas, 4) Menyederhanakan ide dan

gagasan, 5)Mempercepat pemahaman saat pembelajaran karena dapat melihat

keterkaitan antartopik, 6) Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping

penuh dengan unsur kreativitas (Swadarma, 2013: 8)

Menurut Buzan ( 2012: 12) bahwa Mind Map ini akan membantu peserta

didik (a) Mudah mengingat sesuatu; (b) Mengingat fakta, angka, dan rumus

dengan mudah; (c) Meningkatkan motivasi dan konsentrasi; (d) Mengingat

dan menghafal menjadi lebih cepat. Manfaat lain dari model pembelajaran

Mind Mapping dijelaskan oleh Swadarma (2013: 9) yakni : meningkatkan

6
kinerja manajemen pengetahuan; memaksimalkan sistem kerja otak; Saling

berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang

dapat dijelaskan; memacu kreativitas, sederhana dan mudah.

Yang diperlukan dalam membuat mind mapping hanyalah kertas kosong

tak bergaris, pensil warna, otak, dan imajinasi (Buzan, 2012:14). Kertas

kosong yang digunakan wajib berwarna putih polos tak bergaris. Kertas

bergaris menghambat daya berpikir dan kreativitas. Ukuran kertas minimum

kuarto/A4/folio atau menggunakan buku gambar ukuran A4 atau A3.

Ballpoin, pensil atau spidol warna-warni minimum menggunakan 6 warna,

pilih spidol dengan ujung runcing agar mudah mengatur ketebalan cabang

mind mapnya. (Silberman, 2018: 32)

Setelah bahan dan peralatan berikut ini langkah-langkah membuat mind

map menurut Silberman (2018: 33) yakni; 1) Kertas diletakkan dalam posisi

mendatar (landscape); 2) Menentukan topik yang akan dibuat mind map. Bisa

topik utama dalam kegiatan meringkas ,materi pelajaran. 3) Membuat pusat

mind map di tengah-tengah kertas ( cental image), berupa gambar atau kata

kunci. 4) Membuat cabang utama yang memancar dari pusat mind map.

Cabang utama ini tugasnya menyatuakn dan mengelompokkan informasi

yang sejenis. Menggunakan warna yang berbeda pada setiap cabang yang

berbeda. 5) Informasi yang ditulis di atas cabang cukup satu kata yang berupa

kata kunci. 6) Mengembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain

berikutnya yang berisi informasi yang sejenis atau masih berhubungan

dengan cabang induknya. Pengembangan cabang ini menggunakan warna

7
yang sama dengan cabang utama.7) Menambahkan gambar jika diperlukan

untuk memperkuat informasi atau membantu kreativitas peserta didik.

Gambar 1. Contoh hasil mind map

2. Kreativitas Peserta Didik

Munandar (2016: 25) berpendapat bahwa kreativitas adalah

kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai

kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada

sebelumnya.Kreativitas menurut Asrori (2015: 65) adalah ciri khas yang

dimiliki peserta didik yang ditandai dengan adanya kemampuan menciptakan

sesuatu yang baru, atau kombinasi dari sesuatu yang sudah ada melalui

interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan

8
mencari alternatif pemecahannya dengan berpikir divergen. Jadi peserta

didik memiliki kemampuan menciptakan, atau mengkombinasi sesuatu yang

sudah ada menjadi sesuatu yang baru yang sebelumnya belum ada. Menurut

Fan and Cai (2020: 2)... creativity in learning as the ability to create new

robust ideas and novel ways of dealing with a learning problem, which

emerge from discussion and interaction between peers. Kreativitas dalam

belajar merupakan kemampuan untuk menciptakan ide dan cara baru dalam

mengatasi masalah belajar yang muncul dari diskusi dan interaksi dengan

temannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas

belajar adalah kemampuan peserta didik menciptakan sesuatu yang baru atau

kombinasi dari sesuatu yang sudah ada dalam mengembangkan gagasan/ide-

ide baru untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Kemampuan

berpikir dan menghasilkan sesuatu yang baru atau membuat sesuatu dari

yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru yang berbeda dengan yang

sebelumnya. Ide atau gagasan yang muncul mampu membantu memecahkan

masalah dalam belajarnya.

Kreativitas menurut et.al (2016: 25-26) sangat bermanfaat bagi peserta

didik kelak di kemudian hari karena di dalam jiwa anak yang kreatif ada nilai-

nilai kreativitas. Kreativitas bermanfaat untuk memberikan kesenangan dan

kepuasan pribadi, membuat bahagia karena mampu membuat sesuatu yang

baru, membantu mencapai keberhasilan/prestasi, dan nilai kreativitas yang

penting adalah kepemimpinan. Kreativitas sangat bermakna dalam hidup.

Oleh karena itu, kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri peserta didik.

9
Siregar et al. (2020: 22) berpendapat bahwa kreativitas sangat penting dalam

membantu peserta didik memahami konsep-konsep materi belajar. Fields and

Bisschoff (2017: 25)menyatakan creativity involyes a set of atributes (like

self confidence desire for achievement,sensitivity) and thinking skills (like

fluency,mental flexibility,imagination). Fields and Bisschoff (2017: 24 )

menyebut bahwa “Tertiary education should encourage students to better

understand and use their own creativity and to apply their creativity to

develop innovations that can enhance the quality and sustainability of

human.” Pendidikan sebaiknya mendorong peserta didik untuk menggunakan

kreativitasnya untuk mengembangkan inovasi dan meningkatkan kualitas

serta keberlanjutan kehidupan manusia.

Jadi, tujuan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran IPS dengan

model mind mapping adalah: 1) Mengenal cara mengekspresikan diri melalui

hasil karya mind mapping yang dibuat; 2) Mengenalkan cara menemukan

alternatif pemecahan masalah dalam pembuatan mind mapping; 3) Membawa

peserta didik agar memiliki sikap terbuka terhadap pengalaman peserta didik

lain, adanya sikap toleransi ketika menciptakan mind mapping secara

kolaborasi dalam kelompok; 4) Membuat anak memiliki kepuasan terhadap

hasil karya mind mapping sendiri serta mampu menghargai hasil karya orang

lain( kelompok lain).

Susanto (2016: 101) juga mengemukakan bahwa ciri-ciri peserta didik

kreatif dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek kognitif dan afektif. Aspek

kognitif; ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir

kreatif atau divergen. Kemampuan ini ditandai dengan adanya keterampilan

10
berpikir lancar (fuency), berrpikir luwes/fleksibel ( fleksibility), berpikir

orisinal (originality), keterampilan memerinci (elaboration), dan keterampilan

menilai (evaluastion). Aspek afektif; ciri kreativitas yang berkaitan dengan

sikap dan perasaan seseorang yang ditandai dengan berbagai perasaaan

tertentu, seperti : rasa ingin tahu, imajinatif,merasa tertantang oleh

kemajemukan, berani mengambil risiko, sifat menghargai, percaya diri,

keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan menonjol dalam salah satu

bidang seni.

Pamungkas, Subali, and Linuwih (2017: 126) dalam penelitiannya

menyarankan bahwa selain aspek kelancaran, keluwesan, keaslian, kesadaran

dan ingatan, kreativitas juga perlu dilihat dari aspek lain seperti elaborasi,

evaluasi, dan percaya diri. Fauziah (2017: 137) berpendapat bahwa kreativitas

dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kebaruan, pemecahan masalah, dan bentuk.

Fields and Bisschoff (2017: 23) menyatakan bahwa setidaknya ada duabelas

faktor yang perlu diperhatikan dalam mengukur kreativitas. Faktor tersebut

adalah “challenging the status quo, detachment, synthesis, cognition,

associate and communicate, awareness, similarity, external motivation,

sensitivity, experiment and combine, dimensional thinking and problem-

solving.”

3. Evektivitas Mind Mapping dalam Peningkatan Kreativitas Peserta Didik.

Mind Mapping sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif efektif

dalam meningkatkan kreativitas belajar peserta didik. Hal ini terbukti dari

penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Fauziah (2017: 128) mind

mapping mendapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mempelajari

11
sejarah kerajaan Islam di Indonesia di SDN II Galanggang. Penelitian Faisal

(2018) juga membuktikan bahwa Mind Mapping meningkatkan hasil belajar

IPS peserta didik kelas VII- F 7 Bandung. Syarifah Nur Fajrin (2021: 84)

menyatakan bahwa Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik secara signifikan. Wulandari, Mawardi, and Wardani (2019: 10 )

membuktikan bahwa penerapan model Mind Mapping sangat membantu

siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam penuangan

ide-ide baru.Zulfia Latifah et al. (2020), Fauziah( 2017) menyatakan bahwa

mind mapping mampu meningkatkan kreativitas belajar peserta didik.

Dari penelitian-penelitian di atas terlihat bahwa pembelajaran model mind

mapping secara umum efektif meningkatkan kreativitas dan hasil belajar

peserta didik. Mind mapping mampu mengolah kerja keseluruhan bagaian

otak sebingga pesereta didik mampu berfikir divergen. Berpikir divergen

mengoptimalkan kerja otak kiri dan kanan secara bersamaan. Melalui mind

mapping peserta didik belajar secara aktif. Zulfia Latifah et al. (2020: 40)

menyatakan bahwa Mind mapping merupakan salah satu metode

pembelajaran dimana siswa mampu menjadi kreatif dalam menghasilkan

suatu gagasan atau pikiran, mencatat apa yang harus dipelajari. Metode ini

lebih menekankan pada pengkombinasian warna dan bentuk yang akan

membuat siswa semakin tertarik dan bersemangat dalam proses pembelajaran,

sehingga materi yang diserap dapat mudah dipahami. Selain itu juga mind

mapping menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar dan biasanya

menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

12
Gavens et al. (2020: 1) mengatakan bahwa These results indicate that the

popularity of mind mapping in learning practices does not reflect its

effectiveness. Artinya bahwa mind mapping dalam parktik pembelajaran tidak

mencerminkan kefektivannya. Dia menguji penggunaan mind mapping pada

siswa kelas menengah di Perancis. Hasil penelitian ini tidak mengkonfirmasi

keefektifan pemetaan pikiran untuk pembelajaran dalam kondisi kelas nyata,

dan sampai saat ini, tidak ada bukti kuat dalam literatur yang

membenarkannya. digunakan dalam praktik pedagogis. Berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Wang (2020: 201) Hasil empiris

menunjukkan bahwa: (1) Integrasi peta pikiran digital ke dalam pengajaran

praktik perdagangan internasional penting untuk semua. Efektivitas belajar

siswa mendapat dukungan positif dan signifikan. (2) Pengajaran pembelajaran

kooperatif dengan peta pikiran digital dan pengelompokan heterogen. Metode

belajar lebih cocok untuk siswa di departemen pendidikan lanjutan yang tidak

memiliki pengetahuan sebelumnya, dan efek belajarnya sangat meningkat.

Berbagai penelitian yang dilakukan tersebut dapat kita lihat bahwa mind

mapping secara umum efektif meningkatkan kreativiats peserta didik yang

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Terlepas dari

penelitian yang hasilnya berbeda. Justru di sinilah perlu adanya penelitian

lebih lanjut mengenai keefektivan pembelajaran model mind mapping dalam

meningkatkan kreativiats dan hasil belajar peserta didik.

C. KESIMPULAN

Pembelajaran model mind mapping adalah pembelajaran kooperatif

yang salah satu bagian dari model pembelajaran kooperatif yang

13
mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Dengan mind

mapping sistem berpikir yang terpencar (radiant thinking) sehingga dapat

mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya

secara utuh dalam berbagai sudut pandang.

Mind mapping mampu mengasah kreativitas peserta didik karena mind

mapping mengoptimalkan kerja otak secara keseluruhan. Baik otak kiri

maupun otak kanan. Peserta didik mampu berfikir secara divergen sehingga

bakat kreatif dapat dikembangkan. Kreativitas ditandai dengan adanya

keterampilan berpikir lancar (fuency), berrpikir luwes/fleksibel ( fleksibility),

berpikir orisinal (originality), keterampilan memerinci (elaboration), dan

keterampilan menilai (evaluastion).

Penelitian telah banyak dilakukan untuk membuktikan bahwa mind

mapping efektif dalam meningkatkan kreativitas peserta didik, meski dari

kajian telaah literatur penulis menemukan bahwa mind map tidak efektif

dalam pembelajaran kelas secara nyata. Hal ini justru menjadi tantangan bagi

praktisi pendidikan (guru) untuk menelitilebih lanjut penggunaan mind

mapping sebagi model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas

belajar peseeta didik.

D. DAFTAR PUSTAKA
Asrori. 2015. Perkembangan Peserta Didik;Pengembangan Kompetensi
Pedagogis Guru. Yogyakarta: Media Akademi.

Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

14
Faisal, Budi Nur. 2018. “Mind Mapping Methods Using to Improve Student
Learning Outcomes of Social Studies Learning in Class VII-F 7 Bandung
Junior High School (Classroom Action Research at Class VII-F 7 Bandung
Junior High School).” International Journal Pedagogy of Social Studies
2(2):38. doi: 10.17509/ijposs.v2i2.10162.

Fan, Mudan, and Wenjing Cai. 2020. “How Does a Creative Learning
Environment Foster Student Creativity? An Examination on Multiple
Explanatory Mechanisms.” Current Psychology. doi: 10.1007/s12144-020-
00974-z.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran


Inovatatif;Alternatif Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan. 1st ed.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fauziah, Dian Nur. 2017. “Penerapan Model Mind Map Untuk Meningkatkan
Kreativitas Dan Pemahaman Siswa Pada Materi Sejarah Kerajaan Islam Di
Indonesia.” Mimbar Sekolah Dasar 4(2):128–38. doi: 10.23819/mimbar-
sd.v4i2.7767.

Fields, Ziska, and Christo A. Bisschoff. 2017. “Developing and Assessing a Tool
to Measure the Creativity of University Students of University Students.”
8923:23–31. doi: 10.1080/09718923.2014.11893233.

Gavens, Nathalie, Nadège Doignon-Camus, Anne Clémence Chaillou, Alexandre


Zeitler, and Maria Popa-Roch. 2020. “Effectiveness of Mind Mapping for
Learning in a Real Educational Setting.” Journal of Experimental Education
0(0):1–10. doi: 10.1080/00220973.2020.1848765.

Munandar, Utami. 2016. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nurlaila, Lela. 2016. “Menilai Mind Siswa Dengan Teknologi Digital.” Prosiding
Seminar Nasional II 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Dengan Pusat Studi Lingkungan Dan Kependudukan (PSLK) Universitas
Muhammadiya Malang 3(1):1019–28.

Pamungkas, Aji, Bambang Subali, and Suharto Linuwih. 2017. “Implementasi


Model Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan
Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa.” Jurnal Inovasi Pendidikan IPA

15
3(2):118–27. doi: 10.21831/jipi.v3i2.14562.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.


1st ed. edited by Rose. Ar-Ruzz Media.

Silberman, M. 2018. Active Learning; 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nuansa Cendekia.

Siregar, Hasrani, Article Info, Hasrani Siregar, and Kampung Baru. 2020.
“Kreativitas Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA.” 1(1):21–26. doi:
10.37251/jee.v1i1.27.

Sit, Masganti; Khadijah; Nasution, Fauziah; Wahyuni, Sri; Rohani. 2016.


Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ( Teori Dan Parktik). Medan:
Perdana Publishing.

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping Dalam Kurikulum


Pembelajaran. edited by I. Hanifah. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Syarifah Nur Fajrin, Syarifah Aeni Rahman. 2021. “Pengaruh Model Mind
Mapping Terhadapa Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar.” 04(April):80–
85.
Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wang, Chih-Hsu. 2020. “Analysis of Digital Mind Mapping and Cooperative
Learning Approach on the Learning Effectiveness of International Trade
Practice.” Shangguan Keji Jikan= Commerce & Management Quarterly
21(2):201–23.

Wulandari, Fitriana Ayu, Mawardi Mawardi, and Krisma Widi Wardani. 2019.
“Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas 5 Menggunakan
Model Mind Mapping.” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 3(1):10. doi:
10.23887/jisd.v3i1.17174.

Zulfia Latifah, Ana, Heri Hidayat, Heny Mulyani, Ajeng Siti Fatimah, and
Amallia Sholihat. 2020. “Penerapan Metode Mind Mapping Untuk
Meningkatkan Kreativitas Pada Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.” Jurnal Pendidikan 21(1):38–50. doi:
10.33830/jp.v21i1.546.2020.

16

Anda mungkin juga menyukai