Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pelajar dalam belajarnya, sejatinya bukan hanya tertumpu pada

guru disekolah melainkan suatu sistem kesatuaan lingkungan dalam pendidikan;

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan pergaulan seharian anak

diluar lingkungan keluarga dan sekolahnya. Realitas yang berkembang pendidikan

anak dalam keluaraga, seharusnya orang tua menjadi guru pertama dan utama

telah memudar seiring dengan tuntutan ekonomi dan target karir Bapa dan Ibu

dalam pekerjaanya. Peran orang tua dalam pendidikan menjadi terbatas sebagai

donatur yang membiayai sekolah anak-anaknya. Interaksi antara anggota

keluarga melakukan komunikasi tatap-muka menjadi terbatas dalam waktu-waktu

tertentu selepas berakhirnya Bapa dan Ibu beraktivitas harian yang sangat padat,

itupun jika sempat disebabkan kecapean atau anaknya sudah tidur pulas terlebih

dahulu. Dengan demikian peran mendidik bagi orang tua tersebut dipercayakan

sepenuhnya pada guru-guru yang ada dilembaga pendidikan. Guru memiliki

tanggung jawab yang besar, bukan hanya menjadi tumpuan satu-satunya harapan

orang tua murid, malainkan secar luas, guru sangat dipercaya untuk mewariskan

nilai-nilai luhur cita-cita suatu bangsa.

Selanjutnya dalam tulisan ini ingin membahas bagaimana peran guru dalam

memaksimalkan tugasnya dalam proses belajar mengajar dengan cara mengajar

yang efektif. Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu

1
bervariasi, maka tida ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua

hal (Diaz, 1997). Guru harus menguasai beragam persfektif dan strategi, dan harus

bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan pengetahuan dan

keahlian profesional, serta komitmen dan motivasi guru (Jhon W. Santrock,

2010).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari mengajar.?

2. Apa definisi dari efektif.?

3. Bagaimana cara mengajar yang efektif.?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari mengajar.?

2. Untuk mengetahui define dari efektif.?

3. Untuk mengetahui cara mengajar yang efektif

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mengajar

1. Definisi mengajar

Kata “teach” atau mengajar berasal dari Bahasa Inggris kuno, yaitu taecan.

Kata ini berasal dari Bahasa Jerman kuno (Old Teotenic), taikjan, yang berasal

dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Kata tersebut ditemukan juga

dalam bahasa sansakerta, dic, yang dalam Bahasa Jerman kuno dikenal dengan

deik. Istilah mengajar (teach) juga berhubungan dengan token yang berarti tanda

atau symbol. Kata token juga berasal dari bahasa Jerman kuno, taiknom, yaitu

pengetahuan dari taikjan. Dalam bahasa Inggris kuno taecan berarti to teach

(mengajar). Dengan demikian token dan teach secara historis memiliki

keterkaitan. To teach (mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti

memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atua symbol:

penggunaan tanda atau symbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau

menumbuhkan respons mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan

lain sebagainya.

Mengajar atau teaching adalah membantu eserta didik memperoleh informasi,

ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan

cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996)

3
Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap

berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak

didik dalam melakukan proses belajar, (Nana Sudjana, 1991: 29).

Di dalam proses mengajar, seorang guru perlu melakukan perencanaan dan

persiapan, serta pengambilan keputusan setiap jamnya. Dengan demikian sebuah

atribut yang melekat pada guru yang menonjol adalah intentionality, yaitu

melakukan sesuatu yang beralasan atau bertujuan. Intentional teacher adalah guru

yang secara terus menerus memikirkan hasil yang mereka inginkan dari siswanya

dan bagaimana setiap keputusan yang mereka buat akan mengarahkan siswa

menuju hasil yang diharapkan. Seringkali siswa belajar dalam keadaan yang tidak

direncanakan. Namun untuk menantang para siswa, untuk memicu usaha terbaik

yang dimiliki, untuk membantu siswa melakukan loncatan yang konseptual, serta

untuk mengorganisasi serta mempertahankan pengetahuan baru, guru perlu untuk

memiliki alasan (purposeful), penuh pemikiran (thoughtful), dan fleksibel, tanpa

kehilangan arah dalam membimbing setiap siswanya.

2. Teori mengajar

Mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara

sadar untuk merubah tingkah laku atau memberikan keterampilan baru kepada

seseorang.

4
Beberapa teori mengajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain

adalah:

1) Teori Mengajar Bruner

Bruner berpendapat bahwa mengajar hendaknya:

a. Menguraikan pengalaman belajar yang perlu ditempuh oleh siswa

b. Menguraikan cara organisasi batang tubuh ilmu pengetahuan yang

akan dipelajarinya.

c. Menguraikan secara sistematis pokok-pokok bahasan yang akan

diajarkan kepada siswa

d. Menguraikan pengaturan-pengaturan dalam proses belajar mengajar

yang dilaksanakan

Bruner mengemukakan beberapa tekhnik penyajian :

a) Simbolik berupa penggunaan bahasa dalam penyajian ide objek

dengan memperhatikan perkembangan kejiwaan anak.

b) Ikonik berupa penggunaan gambar dalam penyajian konsep terhadap

siswa. Penyajian ini bersifat abstrak

c) Enaktif berupa kegiatan kognitif dalam bentuk gerak

psikomotor,artinya si pelajar dan guru langsung mempraktekkan apa

yang diajarkan.

Bila seorang siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran

secara simbolik atau dengan pemberian objek oleh guru secara

verbal,maka guru akan melanjutkan dengan penggunaan secara

ikonik,akan tetapi masih dalam bentuk abstrak. Dan kalau siswa masih

5
belum mengerti tentang apa yang dijelaskan,maka selanjutnya guru

mengajak siswa untuk mempraktekkan langsung atau siswa langsung di

ajak ke situasi sesungguhnya.

2) Teori Mengajar Ausubel

Dalam teori mengajar menurut Ausubel ini,sering juga disebutkan bahwa mengajar

adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa .inti utama dalam

mengajar adalah mengidentifikasi apa yang telah diketahui siswa dan

menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaiman

menstrukturnya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk di

pahami sebagai suatu kebulatan pengetahuan yang utuh.berhubungan dengan

itu,maka Ausubel mengemukakan konsep antara lain :

a) Bahan Pengait

Berupa bahan atau materi pembelajaran lain akan tetapi sangat berkaitan

dengan materi yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga guru dituntut

untuk tahu dan dapat mempelajari bahan-bahan lain yang berkaitan dengan

materi yang disaksikan. Seperti jika seorang guru menerangkan tentang

gerhana matahari total maka bahan pengaitannya adalah perdasaran planet.

b) Belajar Bermakna

Mempelajari bahan pelajaran dengan berusaha menghayati makna logis

dan makna psikologis dari materi yang disajikan.

a. Makna Logis yaitu makna yang terdapat dalam kamus atau dengan

perkataan lain adalah makna yang tidak terbantah kebenarannya.

6
b. Makna Psikologis yaitu menurut persepsi seseorang terhadap apa yang

diterimanya,sehingga bisa saja makna psikologis ini akan berbeda

masing-masing orang.

Gaya Mengajar menurut Ausubel:

Guru harus memahami:

a. Mampu melaksanakan komunikasi dengan baik

b. Mampu mengintegrasi diri dengan bahan yang di ajarkan

c. Mengenal dengan baik murid-muridnya

d. Menguasai belajar dengan baik

Gaya mengajar :

a. Cara berdiri di depan kelas

b. Cara bergerak dan berjalan

c. Gerakan tangan yang dilakukan

d. Pandangan mata

e. Mimik dan gerak muka

f. Suara

g. Sikap berdiri

h. Cara menulis

i. Cara bertanya

j. Cara menenangkan kelas

k. Cara memuji

7
3) Teori Mengajar Gagne

Menurut Gagne,mengajar sesungguhnya adalah penataan situasi dan

kondisi belajar seseorang. Dan orang yang belajar itulah yang sesungguhnya

yang akan berusaha untuk mencari sendiri sedangkan gurunya hanya akan

menata situasi sedemikian rupa.

Dalam menata situasi mencakup beberapa hal,antara lain:

a. Motivasi

b. Arah minat dan perhatian

c. Evaluasi hasil belajar

3. Cara-cara mengajar

Jhon W. Santrock menyatakan bahwa guru yang efektif memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1) Memiliki pengetahuan dan keahlian profesional

Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau

keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi

pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan,

rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana

memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan

murid-murid dari beragam latar belakang cultural. Mereka juga

memahami cara menggunkan teknologi yang tepat guna didalam kelas.

8
2) Penguasaan Materi Pelajaran

Selama satu decade terakhir ini, murid-murid sekolah menengah lebih

memilih memilih “guru yang menguasai materi pelajaran” (NASSP,

1997), guru yang efektif harus berpengetahuan, flaksible, dan

memahami materi, tentu saja, pengetahuan subjek materi bukan hanya

mencakup fakta, istilah dan konsep umum. Ini juga membutuhkan

pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan

berbagai gagasan, car berfikir dan berargumen pola perubahan dalam

suatu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran, dan

kemampuan untuk mengaikan suatu gagasan dari suatu disiplin ilmu

kedisiplin ilmu lainnya.

3) Penguasaan Strategi Pengajaran

Prinsip kontruktivisme adalah inti dari filsafat pendiidkan Willian

James dan Jhon Dewey, konstruktivisme menekankan agar individu

secara aktif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan

dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivis, guru buka sekedar

memberiinformasi kepikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong

anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan,

merenung dan berfikir secara kritis (Brooks&Brooks, 2001).

Reformasi pendidikan dewasa ini semakin mempengaruhi kearah

pengajaran berdasarkan persfektif konstruktivis ini (Hickey,

More&Pllegrino, 2001). Penganut konstruktivisme memandang bahwa

pendididikan anak Amerika sudah terlalu menekan agar anak duduk

9
diam, menjadi pendengar pasif, dan menyuruh anak menghafal

informasi yang relevan maupun yang tidak.

Dewasa ini Konstruktivismejuga menekankan pada kolaborasi-anak-

anak saling bekerjasama untuk mengetahui dan memahami pelajaran

(Gauvain, 2001). Seorang guru yang menganut filosofi

konstruktivisme tidak akan meminta anak sekadar mengahafal

informasi, tetapi juga memberi mereka peluang untuk membangun

pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran.

Namun, tidak semua orang setuju dengan pandangan konstruktivisme

ini. beberapa pendidik lama masih percaya bahwa guru harus

mengarahkan dan mengontrol cara belajar anak. Mereka juga percaya

bahwa konstruktivisme seringkali tidak fokus pada tugas akademik

dasar atau kurang memerhatikan prestasi anak.

4) Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan intruksional

Guru yang efektif tidak sekedar mengajar dikelas, entah itu dia

menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivis. Mereka harus

menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai

tujuan itu (Pintrich&Schunk, 2002). Mereka juga harus menyusun

rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih

hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana,

guru memikirkan cara tentang cara agar pelajaran menantan sekaligus

menarik.

5) Keahlian manajeman kelas

10
Aspek lain untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga

kelas yang tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-

tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan

belajar yang kondusif. Agar lingkungan ini oftimal, guru perlu

senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran,

pengorganisasaian kelompok, monitoring dan mengaktifkan kelas,

serta menangani tindakan murid yang mengganggu kelas

6) Kehalian Motivasional

Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid

agar mau belajar. Para hali psikologi pendidikan percaya bahwa

motivasi ini paling baik didorong dengan memberi kesempatan murid

belajar didunia nyata, agar setiap murid berkesempatan menemui

sesuatu yang baru dan sulit (Brophy, 1998). Guru yang efektif tahu

bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang

sesui dengan minatnya. Guru yang baik akan member kesempatan

murid untuk berfikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka

sendiri (Runco, 1999)

7) Keahlian Komunikasi

Bagi guru sangat penting dalam mengajar mempunyai kehalian dalam

berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal,

memahami komunikasi non verbal dari murid, dan mampu

memecahkan komplik secara konstruktif. Keahlian komunikasi bukan

hanya penting untuk mengajar, tetapi juga untuk berinteraksi dengan

11
orang tua murid. Guru yang efektif menggunkan keahliah komunikasi

yang baik saat mereka berbicara dengan murid, orang tua,

administrator dan lainya, dan tidak terlalu banyak mengkritik, serta

memiliki gay a komunikasi yang asertif, bukan agresif, manipulative,

atau pasif (emmer&Worsham 2003). Guru yang efektif juga bekerja

untuk meningkatkan keahlian komunikasi para murid, ini secar khusus

penting karena keahlian berkomunikasi dianggap sebagai keahlian

yang paling banyak dicari oleh banyak perusahaan dewasa ini (Colins,

1996)

8) Bekerja secar efektif dengan Murid dari latar belakang Kultural yang

lain

Didunia yang saling berhubungan secar cultural, guru yang efektif

harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakng cultural

yang berbeda-beda dan sensitive terhadap kebutuhan mereka. Guru

efektif mendorong murid untuk menjalin hubungan positif dengan

murid yang berbeda. Guru efektif harus memikir cara itu agar upaya

itu berhasil. Guru efektif membimbing murid untuk berpikir secar

kritis tentang isu kultural dan etnis, dan mereka berusaha mengurangi

bias, menanamkan sikap saling menerima dan bertindak sebagai

mediator cultural. Guru efektif harus menjadi perantara antara kultur

sekolah dengan kultur dari murid tertentu, terutama mereka yang

kurang suksessecara akademik (Diaz, 1997) Persolan cultura l yang

harus dipahami dengan baik oleh guru yang kompeten antara lain:

12
“Apakah saya mengetahui kekuatan dan kompleksitas pengaruh

cultural terhadap murid…? “ Apakah penilaian saya tentang murid

memang dasarnya secara cultural atau prasangka..? “ Apakah saya

sudah melihat dari prsepektif murid saya yang datang dari latar

belakng kltural yang berbeda dengan saya..? “ Apakah saya

mengajarkan keahlian yang dibutuhkan murid untuk berbicara dikelas,

terutama kepada murid mempunyai kultur yang jarang member

peluang orang untuk berbicara di depan umum.

B. Efektif

1. Definisi efektif

Pengertian efektif secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapai

suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Efektivitas menurut Moore D.

Kenneth (1998) yang menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai,

atau makin besar presentase yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya, adapun

pengerrtian efektivitas menurut Munandir (1997) efektivitas adalah seberapa besar

tingkat kelekatan tujuan pembeljaarn yang tercapai dicapai dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan dari sejumlah input.

Dari pengertian efektivitas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan

waktu) yang telah dicapai oleh menejmen, yang mana target tersebut sudah

ditentukan terlebih dahulu. Hal ini dapat dipadankan dengan pembelajaran yang

13
telah ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan capaian kualitas, kuantitas dan

waktu. Dalam konteks kegiatan pembeljaran perlu dipertimbangkan efektivitasnya

artinya sjauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai harapan.

Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi nyang efektif.

Efisiensi akan menjadi pemborosan apabila tujuan akhir tidak tercapai. Andaipun

tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa jauh efektifitasnya. Cara

untuk mengukur efektifitas adalah dengan menentukan transferbilitas

(kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat

dicapai dalam waktu singkat dengan strategi tertentu daripada strategi yang lain,

strategi itu efisien. Kalau kemamouan mentransfer informasi atau skill yang

dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi

lain, strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.

2. Teori efektif

Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran.

Efektifitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup

berbagai factor didalam maupun diluar diri seorang. Denagn demikian efektivitas

tiadak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi

persepsi atau sikap individu.

Terdapat beberapa pendapat lain mengenai teori keefektifan, yakni: - Sondang

P. Siagian memberikan definisi sebagai berikut: Efektivitas adalah pemanfaatan

sumber daya, sarana dan prasaran dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan

14
yang dijalankannya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya. - Abdurrahmat (2003:92) Efektifas

adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu

yang secara sadar 2 Husein Umar, Business An Introduction, (Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.73 18 ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. - Hidayat yang

menjelaskan bahwa: Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. - Heinz Weihrich dan

Harold Koontz mendefinisikan efektif adalah pencapaian sebuah tujuan.dan

menurut Peter Drucker mendefinisikan efektif adalah melakukan hal yang benar.3

- Prasetyo Budi Saksono adalah: Efektifitas adalah seberapa besar tingkat

kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.

Dari pengertian - pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (Kualitas,

kuantitas dan waktu ) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana targetnya

tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu

3. Cara-cara Efektif

Belajar pagi para siswa hingga mahasiswa adalah sebuah kewajiban

sebagaimana predikatnya sebagai pelajar. Pelajar yang baik tentunya harus belajar

yang baik, belajar yang baik adalah belajar yang menghasilkan peningkatan

pengetahuan, sikap dan atau keterampilannya.

15
1) Buat Suasana Belajar yang Nyaman

Yang perlu dilakukan pertama adalah bagaimana cara membangun suasana

belajar yang nyaman. Ada banyak cara untuk membuat mood belajar itu

muncul, diantara: bisa belajar sambil mendengarkan musik, belajar di

tempat-tempat yang nyaman misalnya di taman atau dipinggir danau, atau

diruangan ber-AC

2) Merangkum Pokok Pembelajaran

Mencatat pokok-pokok pembelajaran. Karena jika membaca satu buku

maka akan butuh waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan. Hal ini

akan membuat kemudahan mengingat dan juga mudah untuk memahami

inti dari pembelajaran tersebut

3) Belajar Bersama

Metode ini seringkali di katakan metode yg paling efektif karena dalam

suasana belajar berkelompok yang cukup santai otak menjadi lebih rileks

menerima pelajaran/materi yang akan di serap. Selain itu hal-hal yang

belum di ketahui akan lebih mudah di selesaikan dengan bekerja sama.

Maka sangat dianjurkan untuk belajar bersama untuk menghadapi ujian.

4) Metode mempersingkat atau memodifikasi menyerupai nama sesuatu

Metode ini digunakan bagi beberapa orang yang kesulitan dalam

menghafal dengan cara menggunakan nama-nama yang hampir mirip

untuk mengingat materi. Ini sangat efektif digunakan dan otak sangat

mudah mengingatnya.

5) Belajar dengan Praktik

16
Belajar sambil praktek adalah hal yang sangat efektif. Yah, Cara belajar

ini juga akan membuat Anda tak merasa bosan. Misalnya pelajaran IPA

seperti Botani atau Avertebrata, kita bisa belajar sambil mengamati

tumbuh-tumbuhan, hewan atau apapun, dengan itu kita bisa membuat

sebuah acara belajar menjadi lebih asyik.

6) Belajar rutin tapi jangan lama

Dengan rutin belajar Anda akan semakin mudah untuk mengingat hal yang

sudah Anda pelajari. yang perlu Anda lakukan adalah "belajar rutin"

bukan "Terlalu lama belajar". Seperti belajar saat pagi 45 menit, siang 25

menit, sore 50 menit, malam 1 jam. Cara ini sangat efetif dan pikiran juga

akan tetap dalam keadaan rileks dari pada harus belajar terlalu lama.

7) Mengerti Bukan Menghafal

Hal yang paling sering dilakukan oleh siswa ketika ingin menghadapi

ujian adalah menghafal. Sebenarnya tidak salah cuman kurang efektif.

Untuk lebih efektifnya adalah mengerti teorinya maka dengan sendiri akan

kita ingat ketika ujian. Kalau masih dalam metode belajar dengan

menghafal, sangat disarankan untuk pindah ke metode mengerti materi.

C. Mengajar yang Efektif

Mengajar merupakan kegiatan membimbing agar peserta didik mengalami

proses belajar. Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa

peserta didik untuk belajar dengan efektif, prinsip mengajar yang efektif

adalah

17
1) Konteks

Konteks yang baik meliputi:

a. Dapat membuat peserta didik menjadi lawan berinteraksi secara

dinamis dan kuat

b. Terdiri dari pengalaman actual dan konkret

c. Pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun

pengertian, bersifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk

diulangi

2) Individualisasi

Individu sebagai manusia merupakan orang-orang yang memiliki pribadi/

jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu

berbeda dengan individu yang lainnya.

Iqbal mengatakan bahwa perkembangan individualitas merupakan suatu

proses yang kreatif. Dalam proses individu harus memainkan peranan

yang aktif, selalu mengadakan aksi dan reaksi yang bertujuan terhadap

lingkungannya. Dengan demikian tumbuh kembangnya individu sangat

didukung oleh lingkungan (kelas).

3) Urutan

Bila hendak mencapai belajar yang otentik, maka proses belajar harus

diorganisasi berdasarkan rangkaian atau urutan sehingga proses belajar

menjdai penuh makna.

4) Evaluasi

18
Evaluasi sebagai alat untuk mendapatkan cara-cara untuk melaporkan

hasil-hasil pelajaran yang dapat dicapai dan dapat memberi laporan

tentang perkembangan peserta didik.

1. Teori mengajar yang efektif

Setiap teori mengajar harus menjelaskan, Meramalkan dan mengawasi cara-

cara yang di dalamnya perilaku guru mempelajari cara belajar siswa. Menurut N.

L. Gage (1969), teori belajar akan lebih besar gunanya untuk pendidikan teori-

teori itu dijelmakan dalam teori-teori mengajar. Oleh sebab itu di samping teori

belajar juga dibutuhkan teori mengajar untuk pendidikan dengan alas an

sebagai berikut:

1. Keterbatasan teori belajar

Kebutuhan faedah teori balajar dalam pendidikan telah lama diakui Berikut

beberapa teori belajar

a) Teori Disiplin Mental

Sebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah

satunya adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan

tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah

“filosofis atau spekulatif”. Tokoh teori disiplin mental adalah Plato dan

Aristoteles. Teori disiplin mental ini menganggap bahwa dalam belajar,

mental siswa harus didisiplinkan atau dilatih.

b) Teori Behaviorisme

Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan

perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Teori-teori

19
dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan

individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul.

Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun behaviorisme ini

antara lain :

a) Teori Koneksionisme

Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada

dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.

b) Teori Pengkondisian (Conditioning)

Teori pengkondisian (conditioning) merupakan pengembangan lebih

lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov

(1849-1936). Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari Rusia.

c) Teori Penguatan (Reinforcement)

Kalau pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah

perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang dikondisi atau

diperkuat adalah responsnya. Seorang anak yang belajar dengan giat dan

dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka

guru memberikan penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi,

pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak

tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah itu

me-reinforce hubungan antara stimulus dan respons.

4. Teori Operant Conditioning

20
Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan

perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan “conditioning”.

Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner adalah seorang pakar teori

belajar berdasarkan proses “conditioning” yang pada prinsipnya

memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku adalah karena adanya

hubungan antara stimulus dengan respons.

5. Teori Cognitive Gestalt-Filed

Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif. Menurut

teori ini, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui

(knowing) dan bukan respons. Suatu konsep yang penting dalam psikologi

Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan dan pemahaman

mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu

situasi permasalahan. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada

asasnya adalah peristiwa mental. Rumpun psikologi Gestalt bersifat molar,

yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan

perilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan.

2. Contoh mengajar yang efektif

Agar kegiatan mengajar berjalan efektif dan efisien, maka paling tidak guru

perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1) Memilih metode mengajar sesuai kebutuhan siswa

21
Metode diartikan cara untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Oleh

sebab itu cara yang dipilih sesuai kebutuhan siswa. Dalam hal ini adalah

karakter dan kemampuan siswa.

Dalam memilih metode mengajar yang efektif dan efisien, setiap guru

sudah pasti memiliki pengalaman tersendiri. Mana metode yang sesuai

kebutuhan siswa dan mana yang belum bisa diterapkan.

Jika ditelaah lebih dalam, kiranya tidak ada seorang guru pun yang sudah

pintar mengajar siswanya. Guru itu selalu belajar di saat ia mengajar. Belajar

bagaimana cara mengajar yang efektif dan efisien. Ini tidak didapat dengan

sendirinya.

Melainkan melalui serangkaian eksperimen sehingga disimpulkan bahwa

tidak satu pun metode yang dikatakan paling bagus. Kecuali metode yang

sesuai dengan kebutuhan siswa dalam belajar.

2) Penataan bahan ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang siap diberikan

kepada siswa melalui proses belajar mengajar di kelas. Materi pelajaran perlu

ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dikuasai oleh siswa.

Penataan bahan ajar menyangkut penggunaan bahasa yang lebih

sederhana, dimulai dari materi yang paling mudah ke materi yang lebih tinggi

kesulitannya.

3) Membangun komunikasi yang baik

22
Hal yang tak kalah penting dalam upaya mengajar yang efektif dan efisien

adalah membangun komunikasi yang baik dengan siswa. Komunikasi yang

baik ditandai dengan adanya interaksi (hubungan timbal balik) yang harmonis

selama pembelajaran berlangsung.

Siswa bebas dari rasa tertekan oleh guru maupun sulitnya materi pelajaran.

Tidak ada intimidasi atau pemaksaan target tertentu kepada siswa untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas akan menghantarkan guru

pada pola mengajar yang efektif dan efisien. Pembelajaran akan terasa

bermakna dan hasilnya dapat dimiliki dan dirasakan oleh siswa sehingga dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tahap-tahap mengajar yang efektif

Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan

teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat

mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak

mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau

lengkap. Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu

dilakukan langkah-langkah berikut ini:

1) Melibatkan Siswa secara Aktif

Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain

a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen.

23
b. Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab.

c. Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru,

mendengarkan pengarahan guru.

d. Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.

e. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya

tulis

Aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak

melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara

meningkatkan keterlibatan siswa :

a) Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara

menggunakan berbagai teknik mengajar

b) Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan

pembelajaran

c) Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru

harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan

pembelajaran

2) Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar.

Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.

Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat

24
seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat

seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam

pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa.

Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa

merupakan pembelajaran yang diminati.

3) Membangkitkan Motivasi Siswa

Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat

mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses

untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana

membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa

cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :

a. Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya;

b. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta

didalam mencapai tujuan tersebut

c. Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

d. Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

meraih sukses dengan usahanya sendiri;

25
e. Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.

f. Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif

mungkin

4) Memberikan pelayanan individu Siswa

Perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar

dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini

pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.

Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan

kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada

sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau

privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat atau

melalui lembaga-lembaga pendidikan yang memang khusus memberikan

pelayanan yang bersifat individual.

5) Menyiapkan dan Menggunakan berbagai Media dalam Pembelejaran

Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika

mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan

kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran

yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung yang yang dibantu dengan

sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat

peraga tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas.

26
Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

a. Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian

siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan.

b. Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan

pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.

c. Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh menejmen. Contoh

mengajar yang efektif yaitu antara lain Memilih metode mengajar sesuai

kebutuhan siswa,

B. Saran

Sebagai guru seharusnya dapat menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa. Penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun

dan masukan untuk perbaikan makalah ini yang lebih baik lagi.

28

Anda mungkin juga menyukai