Anda di halaman 1dari 5

III.

Menjaga Iffah (KesucianDiri) Dengan Tidak Pacaran Dan Tidak Berzina

1. Katakan Tidak pada Pacaran

Menurut KBBI (EdisiKetiga, 2002), pacar adalah kekasih atau teman (lawan
jenis) yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Adapun
berpacaran adalah becintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Sedangkan
Duvall dan Miller (1985) menyebutkan bahwa pacaran adalah suatu aktivitas yang
dilakukan untuk menemukan dan mendapatkan pasangan dari lawan jenis yang
disukai, yang dirasakan nyaman, dan dapat mereka nikahi pendapat yang berbeda.
Pacaran dalam pandangan penulis adalah aktivitas cinta kasih yang dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan. Definisi inilah yang dipergunakan
dalam tulisan ini.

Dalam rangka memberikan penilaian yang obyektif tentang pacaran, perlu


dibahas terlebih dahulu keuntungan dan kerugian pacaran. Berikut ini adalah sejumlah
keuntungan dan kerugian pacaran menurut hasil diskusi di situs internet (Http://ada-
akbar.com/2011), wawancara dengan mahasiswa UM pada tahun 2011 dan 2012, dan
pendapat Wijayanto (2003:26).

a. Keuntungan pacaran
1. Belajar mengenal karakter lawan jenis
2. Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, yakni pacar.
3. Mudah menemukan tempat menyampaikan keluhan, unek-unek atau curhat
berbagai permasalahan yang dihadapi kepada pacar.
4. Memiliki tempat berbagi di saat suka dan duka
5. Tidak kesepian karena ada yang setia menemani kapanpun dan dimanapun
6. Ada yang mentraktir makan, minum, pulsa, dan sebagainya
7. Antar-jemput atau ojek gratis
8. Sarana mencari pendamping hidup agar mengenal dia dan tidak salah pilih
9. Senang dan bahagia karena bias menyalurkan rasa cinta dan diintai
10. Menimbulkan motivasi atau semangat hidup
11. Sarana untuk menyalurkan hasrat atau nafsu seksual
Bila dikaji lebih lanjut, keuntungan pacaran di atas sesungguhnya tidak
sepenuhnya berlaku pada sepasang pacar. Malah keuntungan bagi si pacar sangat
mungkin menjadi kerugian bagi pacarnya. Sebagi contoh, keuntungan nomor enam
dan tujuh (umumnya) merupakan keuntungan pihak perempuan, tapi kerugian di
pihak laki-laki. Sebagai kompensasinya, pihak laki-laki mungkin mencari nomor
sebelas sebagai keuntungannya. Terlepas dari itu, dalam perspektif Islam,
keuntungan nomor sebelas sebenarnya merupakan kerugian karena mengakibatkan
dosa besar.
Adapun keuntungan pertama sampai kelima ternyata dapat juga diperoleh
dari selain pacar, yaitu sahabat dekat atau keluarga. Selain itu, keuntungan nomor
delapan juga layak dipertanyakan. Meski sering diutarakan pelaku pacaran,
keuntungan ini ternyata sering kali tidak terjadi. Penyebabnya adalah para pelaku
pacaran cenderung menutupi sifat atau prilaku buruknya agar tidak ditinggal
pacarnya.
b. Kerugian Pacaran
Meskipun pacaran dilakukan suka sama suka, tapi aktivitas ini juga menimbulkan
sejumlah dampak negative pada diri pelaku dan orang terdekatnya. Kerugian-
kerugian tersebut antara lain:
1. Mengurangi waktu untuk diri sendiri
2. Menghambat kinerja otak karena hanya memikirkan satu obyek saja (pacar)
3. Mendorong orang untuk berbohong agar tidak merugikan dirinya
4. Menghabiskan uang, seperti untuk beli pulsa, bensin, makanan, dan jalan-jalan
5. Menghambat cita-cita, karena waktu dan pikiran banyak yang tercurah kepada
pacar
6. Berternak dosa. Hampir semua aktivitas dalam pacaran menimbulkan dosa
7. Hati menjadi resah dan tidak tenang karena telah memperbanyak dosa
8. Perasaan resah dan gelisah karena cemburu dan takut ditinggal pacar.
9. Memunculkan fitnah, bila berduaan di dalam rumah bias digrebek warga
10. Hilangnya keperawanan dan keperjakaan bila tidak mampu mengendalikan
nafsu
11. Menimbulkan aib bagi keluarga bila sampai terjadi hamil di luar nikah
12. Menunda pernikahan karena keasyikan berpacaran
13. Menimbulkan efek sakit hati, bahkan bunuh diri apabila putus cinta
14. Membatasi pergaulan dan wawasan karena dilarang pacar
15. Terjadi kekerasan dalam pacaran (KDP), baik fisik maupun psikis
16. Menyebabkan konflik dengan orang tua bila hubungan tersebut tidak disetujui
17. Menganggu kuliah atau studi, tidak selesai tepat waktu bahwa drop out

Beragam kerugian pacaran di atas tidak selalu terjadi pada setiap pelaku pacaran,
tergantung pada gaya pacaran mereka. Meskipun begitum, sejumlah kerugian hampir
pasti dialami oleh pelaku pacaran, yakni: pengeluaran bertambah, berternak dosa, sakit
hati karena cemburu, dan mengurangi waktu berkarya.

Ditinjau dari sudut pandang ajaran Islam, aktivitas pacaran pranikah dengan
beragam gayanya adalah haram alias tidak bias dibenarkan. Apapun bentuk gaya
pacarannya, ini dilakukan sebelum menikah hukumnya tetap terlarang. Kecuali, bila
pacarnya pranikah tersebut tidak melanggar aturan agama terkait hubungan laki-laki
dengan perempuan non mahram.Aturan tersebut antara lain:

1. Larangan mendekati zina (QS. Al-Isra:32)

Dan janganlah kamu mendekati zina.Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk

2. Larangan berduaan di tempat sunyi (berkhalwat)

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia
berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut, karena
syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua (HR. Ahmad dari Jabir)
3. Larangan melihat lawan jenis tanpa maksud yang dibolehkan agama
katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan
dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa Nampak daripadanya (QS. An-
Nur: 30-31)
4. Larangan menyentuh, apalagi memegang, lawan jenis.
ditikam seseorang dari kalian dikepalanya dengan jarum dari besi itu lebih baik
daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya (HR. At-Thabrani).
5. Larangan membayangkan lawan jenis (HR. Muslim)
setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti
terjadi, tidak bias tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua
telinga adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah.
Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu ,kemaluanlah
yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim)
Permasalahannya adalah adakah hubungan pacaran tanpa berpandangan,
berpegangan, berduaan, atau membayangkan si doi? Bila ada gaya hubungan cinta
kasih laki-laki dan permepuan yang memenuhi criteria ini, maka layak disebut
pacaran Islami. Selain itu perempuan yang bukan hanya diperbolehkan oleh ajaran
Islam, tapi malah dianjurkan dan mendatangkan pahala bagi pelakunya, yakni
hubungan laki-laki dan perempuan setelah terjadinya akad nikah. Jenis hubungan
ini menghasilkan pahala karena tidak ada aturan agama yang dilanggar. Bahkan
dapat mendatangkan kesenangan bagi kedua belah pihak.
Lingkungan pergaulan remaja zaman sekarang yang cenderung bebas
merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja muslim. Hal ini merupakan tantangan
yang tidak mudah bagi remaja muslim. Namun mempertimbangkan betapa pacaran
terlarang dalam Islam dan ternyata sarat dengan kerugian dan amat minim
keuntungan, maka sangat layak setiap remaja muslim berani berkata tidak pada
pacaran.
2. Pacaran dan Perilaku Seksual Remaja
Dari sejumlah dampak negatif diatas, dampak pacaran yang paling
mengkhawatirkan adalah seks dan pergaulan bebas. Perkebangan zaman yang
menyebabkan informasi tentang seks mudah diakses remaja, kontrol yang lemah
dari orang tua, sikap permisif masyarakat, dan promosi seks bebas oleh para artis
menyebabkan remaja zaman sekadang rentan terpengaruhi dan mencoba hal-hal
yang berbau seks. Salah satunya adalah gaya pacaran remaja zaman sekarang
yang mengarah pada hura-hura dan pemuasan kebutuhan seks. Parahnya, muda-
mudi tersebtu menyalurkan hasrat seksual mereka pada orang yang seharusnya
mereka lindungi, yakni pacar.
Jakarta (ANTARA News) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mencatat hasil survei pada 2010 menunjukkan, 51 persen
remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah. Hasil survei untuk
beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan
beberapa remaja, misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di
Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan.

Anda mungkin juga menyukai