Kelompok :8
Anggota : Indah Rahmawati (150341603241)
Mery Susanti (150341603572)
Nur Anggraini Putri (150341607717)
Yulista Trias Rohayati (150341605343)
Judul : Mengembangkan dan mengukur keterampilan bertindak (memanfaatkan ICT:
digital literacy, visual literacy, dan technological literacy) pada pembelajaran abad 21
Kecakapan Bertindak
Generasi Abad 21 membutuhkan kecakapan dalam kompetensi hidup abad 21.
Kecakapan dalam hal ini diartikan sebagai kepandaian dan atau kemahiran dalam
melakukan sesuatu (Alwi Hasan, 2007). Salah satu bentuk kecakapan abad 21 yang perlu
dibelajarkan dan dikuasai oleh generasi abad 21 adalah kecakapan bertindak. Kecakapan
bertindak menurut Griffin dkk. (2012) adalah kecakapan dalam bekerja yang meliputi
kecakapan dalam berkomunikasi dan bekerja sama serta kecakapan penguasaan alat kerja
yang meliputi literasi informasi dan ICT. Kecakapan ini perlu dikuasai oleh generasi abad
21 guna merespon dengan tepat terhadap berbagai persoalan yang dihadapi.
A. ICT Literacy
ICT-literacy adalah salah satu kombinasi dari kemampuan intelektual, konsep
fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus dimiliki seseorang untuk
berlayar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.
Secara teoritis, untuk sampai ke tingkat ICT-Literacy ada empat tahap yang harus
dilalui, yaitu: (1) Information Literacy, (2) Computer Literacy, (3) Digital Literacy, dan
(4) Internet Literacy (Ministry of Communication and Information Technology: 2006).
1. Information literacy adalah kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi dari berbagai bentuk – buku, surat kabar, video, CD-
ROMs. Literasi informasi sebagai bagian dari kecakapan penggunaan alat kerja,
menurut Greenstein (2012) dan Griffin, dkk. (2012) memiliki indikator sebagai
berikut:
a. Mengakses informasi dari berbagai sumber serta memilih informasi secara
efektif dan efisien
b. Mencari, menyeleksi, dan mengumpulkan informasi untuk berbagai tujuan
c. Membedakan informasi apa yang diperlukan untuk tujuan khusus
2. web computer literacy adalah kemampuan menggunakan komputer untuk
memenuhi kebutuhan pribadi.
3. Digital literacy adalah kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari
berbagai sumber ketika disajikan melalui alat digital. Digital literacy juga diartikan
sebagai kemampuan untuk memahami bagaimana informasi dihasilkan dan
dikomunikasikan dalam berbagai bentuk melalui penciptaan kerangka kerja kritis
untuk retrieval, lembaga, evaluasi, presentasi, dan menggunakan informasi
menggunakan alat-alat teknologi digital.
4. Internet literacy adalah kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis
mengenai internet sebagai satu media komunikasi dan informasi retrieval
Literasi teknologi ICT sebagai bagian dari kecakapan penggunaan alat kerja, menurut
Greenstein (2012) dan Griffin, dkk. (2012) memiliki indikator sebagai berikut:
a. Memahami fungsi utama komputer
b. Menggunakan berbagai macam tipe software elektronik, program, dan aplikasi
c. Memilih dari berbagai teknologi untuk mencapai tujuan khusus
Salah satu model untuk mengukur tingkat literacy TIK di masyarakat biasanya
digunakan Personal Capability Matuarity Model (P-CMM). ICT-Literacy (Telematika
Indonesia, 2004) seorang individu dapat dikategorikan atas lima tingkat yang
dipaparkan dalam Tabel 1.
B. Digital Literacy
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media
digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas,
cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan
hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini.
Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu
lainnya. Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital
mempunyai pola berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Setiap orang
hendaknya dapat bertanggung jawab terhadap bagaimana menggunakan teknologi untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Teknologi digital memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
keluarga dan teman dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, dunia maya saat ini semakin
dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-
praktik penipuan. Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital saat ini hanya
bisa ditangkal dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu.
Menjadi literat digital berarti dapat memproses berbagai informasi, dapat memahami
pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini,
bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan, mengolaborasi, mengomunikasikan, dan
bekerja sesuai dengan aturan etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus
digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis
terhadap berbagai dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Memacu individu untuk beralih dari konsumen
informasi yang pasif menjadi produsen aktif, baik secara individu maupun sebagai bagian
dari komunitas. Jika generasi muda kurang menguasai kompetensi digital, hal ini sangat
berisiko bagi mereka untuk tersisih dalam persaingan memperoleh pekerjaan, partisipasi
demokrasi, dan interaksi sosial.
Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan
pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif,
menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan yang berbasis digital. Dengan
demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif.
Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-
sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi
digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam
berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti
komputer. Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang
berakar pada literasi komputer dan literasi informasi.
Pendekatan yang dapat dilakukan pada literasi digital mencakup dua aspek, yaitu
pendekatan konseptual dan operasional. Pendekatan konseptual berfokus pada aspek
perkembangan koginitif dan sosial emosional, sedangkan pendekatan operasional berfokus
pada kemampuan teknis penggunaan media itu sendiri yang tidak dapat diabaikan.
C. Visual Literacy
Informasi visual ada di mana-mana di sekitar kita. Televisi, kompouter, tanda-
tanda, simbol dalam buku, majalah film dan bahkan bahasa tubuh memberikan pesan-
pesan visual. Kita semua harus mampu menginterpretasikan makan yang terkandung
dalam pesan visual untuk memberikan respon yang cerdas. Dalam konteks pendidikan
informasi visual juga sangat banyak. Oleh karena itu guru maupun siswa perlu menguasai
literasi visual untuk mendapatkan manfat yang optimal.
Literasi visual (visual literacy) adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar
dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara kritis.
Bagian-bagian literasi visual terbagi menjadi tiga yaitu.
a. Berpikir visual (visual thinking)
Berpikir visual adalah kemampuan untuk mengubah pikiran, gagasan, dan semua
jenis gambar, grafik, atau gambar lain yang membantu mengkomunikasikan informasi
yang terkait.
b. Komunikasi visual (visual communication)
Komunikasi visual adalah ketika gambar, grafik, dan gambar lainnya digunakan
untuk mengekspresikan ide-ide dan untuk mengajar orang. Agar tercipta komunikasi
visual yang efektif penerima harus membangun makna dan melihat gambar visual yang
diberikan.
c. Belajar visual (visual learning)
Visual belajar adalah proses belajar dari gabar dan media. Belajar visual meliputi
membangun pengetahuan oleh siswa sebagai akibat dari melihat gambar visual yang
diberikan.
Terdapat dua hal mengenai literasi visual yaitu pemahaman dan produksi. Dalam hal
pemahaman literasi visual melibatkan interpretasi, analisis, dan evaluasi. Sedangkan
dalam hal produksi literasi melibatkan kreativitas dan sintesis ide. Secara mendasar,
pemahaman literasi visual ini mengacu pada kemampuan untuk menginterpretasi,
mengaitkan dan memaknai informasi yang disampaikan dalam bentuk visual atau gambar
(Greenstein, 2012).