Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH GEMAR MENONTON ANIME TERHADAP PEMEROLEHAN

KOSAKATA SEBAGAI BAHASA KEDUA


(KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)
Oleh
Merry Christin Sirait
2222120191
6A

ABSTRAK
Tulisan ini akan mencoba memaparkan mengenai pengaruh kegemaran menonton
anime dengan kaitannya dalam pemerolehan bahasa kedua. Pada penelitian pemerolehan
bahasa kedua tersebut terjadi pada tataran sintaksis paling rendah yaitu pada tataran kata
atau kosakata. Penelitian ini merupakan sebuah kajian psikolinguistik yang dilakukan pada
mahasiswi FISIP UNTIRTA, Siti Rodhiyah. Hal yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah pengaruh anime berupa motivasi dalam penguasaan bahasa kedua dan beberapa
kosakata yang hadir dalam tuturan kseharian Siti Rodhiyah dalam berbahasa.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman membuat segala sesuatunya menjadi mudah, tidak terkecuali
masuknya budaya luar ke Indonesia. Dalam hal ini, kebudayaan luar dapat masuk melalui
cara apapun yang dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Kebudayaan Jepang
misalnya, dengan seni menggambar komiknya yang terkenal dan membudaya, dapat
dengan cepat diminati masyarakat Indonesia. Tidak hanya menyentuh kalangan kanak1

kanak, remaja, tetapi juga orang dewasa. Bahkan seni menggambar Jepang (komik) tidak
jarang dijadikan film atau sejenis serial anime. Daya pikat anime yang kuat mampu
menyihir para penggemarnya.
Gemar menonton anime menjadikan si penggemar hafal dengan intrik-intrik yang
disajikan pada film yang sudah tentu bernuansa hal kebudayaan Jepang. Kenal dengan
kebudayaannya tentu juga kenal dengan bahasanya. Durasi yang cukup banyak dalam
menyimak dan mendengarkan bahasa Jepang setiap kali menonton anime lantas tidak
membuat penggemarnya fasih berbahasa Jepang. Beberapa kosakata barangkali dapat
dikuasai dengan baik. Lainhal jika mereka menyukai dan ingin mempelajari lebih dalam
untuk memperkaya pengetahuan mereka lagi, terlebih mengenai anime.
Masyarakat Indonesia pada umumnya memperoleh bahasa daerah atau bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama mereka. Pemerolehan ini tentunya disebabkan oleh
faktor lingkungan dan faktor orangtua mereka. Menjadi hal menarik jika pemerolehan
bahasa berikutnya selain bahasa pertama dilakukan dengan cara atau media yang berbeda.
Tidak hanya melalui pendidikan formal seperti di sekolah. Pemerolehan bahasa asing
seperti bahasa Jepang pun dapat diperoleh melalui sebuah kebiasaan.
Untuk itu, penulis tertarik untuk dapat menganalisis pemerolehan bahasa asing
dalam hal pemerolehan kosakata dikarenakan kebiasaan gemar menonton anime ini lebih
jauh. Analisis yang penulis gunakan yaitu analisis psikolinguistik dengan kajian sintaksis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1) Bagaimanakah pengaruh dari gemar menonton anime dalam pemerolehan
bahasa?
2) Kosakata apa sajakah yang cenderung di peroleh dikarenakan gemar menonton
anime?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut.
1) Menjelaskan pengaruh menonton anime dalam hal pemerolehan bahasa.
2) Mendeskripsikan apa saja kosakata yang cenderung diperoleh dikarenakan
gemar menonton anime.
LANDASAN TEORI
2

A. Hakikat Pemerolehan Bahasa


Chaer dalam bukunya yang berjudul Psikolinguistik (2003: 167), mengatakan
bahwa pemerolehan bahasa atau akusisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam
otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa
berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak
mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi pemerolehan
bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa pertama
berkenaan dengan bahasa kedua.
Secara umum pemerolehan bahasa kedua mengacu kepada mengajar dan belajar
bahasa asing atau bahasa kedua lainnya. Pemerolehan bahasa memang bersamaan dengan
proses yang digunakan oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa pertama dan bahasa
kedua. Menurut Dardjowidjodjo, pemerolehan bahasa kedua diperoleh melalui proses orang
dewasa yang belajar di kelas adalah pembelajaran secara formal diperbandingkan dengan
bahasa pertama secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar
bahasa kedua di samping bahasa ibu, mereka mengacu pada aspek sadar dan bawah sadar
dari masing-masing proses. Bahasa kedua biasanya mengacu pada semua bahasa yang
dipelajari setelah bahasa ibu mereka yang juga disebut bahasa pertama.
B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Bahasa Kedua
1)

Faktor Motivasi
Dalam pembelajaran bahasa kedua menyatakan bahwa orang yang di dalam dirinya

ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar bahwa kedua
cenderung akan lebih berhasil dibanding dengan orang yang belajar tanpa dilandasi oleh
suatu dorongan, tujuan, dan motivasi itu.
2) Faktor Usia
Ada anggapan umum dalam pembelajaran bahasa kedua bahwa anak-anak lebih
baik dan lebih berhasil dalam pembelajaran bahasa kedua dibanding dengan orang dewasa.
Anak-anak tampaknya lebih mudah dalam memperoleh bahasa baru, sedangkan orang
dewasa tampaknya mendapat kesulitan dalam memperoleh tingkat kemahiran bahasa
kedua.
3

3) Faktor Penyajian Formal


Pembelajaran atau penyajian bahasa secara formal tentu memiliki pengaruh
terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam memperoleh bahasa kedua karena disebabkan
beberapa faktor dan variable yang disediakan dengan sengaja.
4) Faktor Bahasa Pertama
Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa
pertama mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar.
Sedangkan bahasa pertama ini telah lama dianggap menjadi pengganggu di dalam proses
pembelajaran bahasa kedua. Hal ini karena biasanya terjadi seorang pembelajar secara tidak
sadar atu tidak melakukan transfer unsur-unsur bahasa pertamanya ketika menggunakan
bahasa kedua. Akibatnya terjadilah yang disebut dengan interfensi, ahli kode, campur kode,
atau kekhilafan.
5) Faktor Lingkungan
Dulay menerangkan bahwa kualitas lingkungan bahasa sangat penting seseorang
pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa baru (bahasa kedua). Yang
dimaksud denagn lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh
pembelajaran sehubungan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Yang termasuk dalam
lingkungan bahasa adalah situasi di restoran atau di toko, percakapan dengan kawankawan, ketika menonton televisi, saat membaca koran, dsb.

C. Pemerolehan Pada Bidang Sintaksis


Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata
(Atau bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia
belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh
kalimat itu. yang menjadi pertanyaan adalah kata mana yang dia pilih? Seandainya anak itu
bernama Dodi dan yang ingin dia sampaikan adalah Dodi mau bubuk, dia akan memilih di
(untuk Dodi), mau (untuk mau), ataukah buk (untuk bubuk)? Kita pasti akan menerka
bahwa dia akan memilih buk. Tapi mengapa demikian?
Dalam pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai
pengetahuan tentang informasi lama versus informasi baru. Kalimat diucapkan untuk
memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dari tiga kata pada kalimat Dodi mau
4

bubuk, yang baru adalah kata bubuk. Karena itulah anak memilih buk, dan bukan di, atau
mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran Satu
Kata, USK, (one word utterance) anak tidak sembarangan saja memilih kata itu; dia akan
memilih kata yang memberikan informasi baru.
Dari segi sintaktiknya, USK sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari
satu kata saja; bahkan untuk bahasa spserti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata
itu. namun dari segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu kata ini bisa memiliki
lebih dari satu makna.
Ujaran satu kata yang mempunyai berbagai makna ini dinamakn ujaran holofrastik.
Di samping ciri ini, USK juga mempunyai ciri-ciri yang lain. Pada awalnya USK hanya
terdiri dari CV saja. Bila kata itu CVC maka C yang kedua dilesapkan. Pada perkembangan
kemudian, konsonan akhir ini mulai muncul. Pada awal USK juga tidak ada gugus
konsonan. Semua gugus yang ada di awal atau akhir kalimat disederhanakan menjadi satu
konsonan saja. Ciri lain dari USK adalah bahwa kata-kata yang dipakai hanyalah kata-kata
dari kategori sintaktik utama, yakni nomina, verba, adjektiva, dan mungkin juga adverbial.
Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata. UDK (Two Word
Utterance). Anak mulai dengan dua kata diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu
terpisah. Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa
menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas. Ciri
lain dari UDK adalah bahwa kedua kata ini adalah kata-kata dari kategori utama: nomina,
verba, adjektiva, atau bahkan adverbial (Pradopo, :248).
D. Pengertian Anime
Anime adalah sitilah untuk menyebut film animasi atau kartun dari Jepang. Asal
katanya animation, dalam bahasa Jepangnya, animeshon yang disingkat anime. Dan sampai
sekarang istilah anime sering dipakai untuk

membedakan film kartun buatan Jepang

dengan yang lainnya. Anime biasanya dicirikan melalui gambar berwarna-warni yang
menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita yang ditujukan pada
beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Anime Terhadap Pemerolehan Bahasa


Pengaruh anime terhadap pemerolehan bahasa merupakan salah satu cara yang unik.
Umumnya pemerolehan bahasa didapatkan dari belajar formal di kelas dan dari orangtua,
namun dalam hal ini, pemerolehan bahasa terjadi dikarenakan kegemaran menonton anime
dan intensitasnya yang tinggi atau rutin. Penelitian ini dilakukan pada Siti Rodhiyah,
mahasiswi FISIP UNTIRTA. Data diambil saat melakukan kegiatan sehari-hari di tempat
kost beserta angket1 berupa delapan pertanyaan terkait dengan kegemaran dan motivasi
menonton anime. Dalam hal ini peneliti menemukan pemerolehan bahasa pada satuan
terkecil sintaksis yaitu kata atau lebih khususnya pemerolehan pada kata dalam kegiatan
sehari-hari Siti Rodhiyah. Beikut tiga kata yang cenderung diucapkan Diyah dalam
kegiatan sehari-hari.
Data (1)
Saat teman-teman kos makan bersama.
Diyah

: Ittadakimasu!

Teman-teman kos

: Yoo.. selamat makan!

Data tersebut menunjukkan bahwa kata ittadakimasu merupakan kata yang


diucapkan Diyah sesaat sebelum makan. Kata tersebut menjadi kebiasaan yang
diucapakannya ketika hendak ingin makan. Baik itu saat makan pagi, makan siang ataupun
makan malam. Dalam hal ini, pemerolehan bahasa yang terjadi merupakan tahap
pemerolehan pada kata. Kata ittadakimasu merupakan kata dalam bahasa Jepang yang
memang sering diucapkan sesaat sebelum makan.
Kegemaran menonton anime, memotivasi Diyah menggunakan beberapa kosakata
bahasa Jepang pada anime yang disaksikannya. Salah satunya ittadakimasu seperti di atas,
yang digunakan dalam percakapan atau penggunaan bahasa sehari-hari. Berdasarkan
angket, ittadakimasu merupakan kata menarik yang sering didengarkan Diyah setiapkali
menyaksikan anime. Ittadakimasu berarti mensyukuri setiap berkat yang hendak di makan
1

Angket Terlampir

oleh karena itu dia mengadopsinya sebagai kata favorit yang sering diucapkannya setiapkali
hendak ingin makan.
Data (2)
Diyah : Kakak, bukunya sudah Diyah balikin yah. Arigatou.
Merry : Oke Diyah. Sama-sama.
Pada data (2) di atas, terdapat penggunaan kosakata lain yang digunakan Diyah
selain ittadakimasu, yaitu arigatou. Kata arigatou biasa digunakan untuk mengucapkan
terima kasih. Kata arigatou merupakan kata kedua yang diadopsi Diyah dalam kegiatan
sehari-hari sebagai kata yang frekuensi kemunculannya setiap kali menyaksikan anime
sangat tinggi.
Data tersebut menunjukkan terdapat pengaruh yang besar terhadap kebiasaan Diyah
dalam kegiatan berbahasa sehari-hari. Diyah memilih menggunakan kata arigatou
ketimbang terimakasih dikarenakan minat yang besar pada kata tersebut. Berdasarkan
angket, arigatou menggambarkan rasa terimakasih terhadap apa yang telah Diyah peroleh
atau Diyah dapatkan.
Data (3)
Vivi

: Diyah, titipan aku tadi mana?

Diyah : Gomen kakak, tadi Diyah lupa. Titip Ka Fina aja, lagi di luar.
Kata gomen pada data di atas merupakan satu dari beberapa kosakata yang paling
digemari Diyah dan sudah menjadi bagian tuturan keseharian Diyah dalam kegiatan
berbahasa. Frekuensi kemunculan kata gomen pada anime yang disaksikan Diyah sangat
tinggi pula, sehingga pada kesehariannya, Diyah pun memilih menggunakan kata gomen
ketimbang kata maaf. Gomen merupakan kata dengan artian meminta maaf. Dan Diyah
lebih memilih menggunakan kata gomen dalam tuturannya ketimbang bahasa Indonesia,
yatiu kata maaf dalam menyampaikan permintaan maaf.

Ketiga kata tersebut merupakan tiga kosakata yang paling sering dituturkan Diyah
dalam berbahasa dan melekat dalam kegiatan sehari-hari. Penggunaan kata-kata tersebut
dikarenakan kenyamanan dalam pengucapannya pula. Ketiga kata tersebut menjadi katakata favorit Diyah juga dikarenakan didengar dengar frekuensi yang banyak setiapkali
menyaksikan anime. Kegiatan menyaksikan anime yang dilakukan setiap hari oleh Diyah
mendorong motivasi Diyah untuk mempelajari bahasa Jepang lebih jauh. Ketertarikan awal
membuat tuturan Diyah dalam percakapan sehari-hari menjadi bercampur-campur antara
bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang. Berdasarkan angket, mempelajari bahasa Jepang
menjadi menarik untuk Diyah dan faktor pekerjaan menjadi pendorong motivasi Diyah
untuk mempelajari bahasa Jepang lebih jauh. Menonton anime yang awalnya merupakan
penularan dari oranglain (Kakak-kakak Diyah) kini menjadi motivasi dasar Diyah untuk
mendalami bahasa Jepang lebih jauh.
Proses pembelajaran bahasa Jepang yang dilakukan oleh Diyah melalui komunitas
pencinta Jepang, Nishikai merupakan proses pemerolehan bahasa kedua untuk Diyah.
Menonton anime sebagai motivasi awalnya, lalu bergabung pada komunitas Jepang sebagai
langkah Diyah selanjutnya untuk memperkaya pengetahuannya mengenai bahasa Jepang.
Faktor motivasi dan faktor lingkungan merupakan faktor yang paling mempengaruhi
penguasaan bahasa kedua untuk Siti Rodhiyah.
KESIMPULAN
Pengaruh gemar menonton anime sangat besar kaitannya dalam memotivasi
pemerolehan dan penguasaan bahasa kedua pada Siti Rodhiyah. Pemerolehan dan
penguasaan bahasa kedua tersebut yaitu berupa bahasa Jepang. Dalam hal ini, pemerolehan
dan penguasaan bahasa kedua terbanyak terjadi pada tingkat tataran sintaksis paling rendah
yaitu berupa penguasaan kosakata. Berdasarkan angket, beberapa kosakata yang diperoleh
oleh Diyah berjumlah 30 kosakata dengan penambahan lain yang masih sulit diingat oleh
Diyah dikarenakan kurang intens digunakan dalam kegiatan berbahasa sehari-hari. Tiga
kosakata yang paling digemari dan paling sering digunakan dalam tuturan sehari-hari Siti
Rodhiyah, yaitu ittadakimasu, arigatou dan gomen.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dardjowidjodjo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Daftar laman:
www.wikipedia.com. (diakses pada senin, 27/ 04/ 2015, pkl. 20.00 wib)
vaniojank.blogspot.com. (diakses pada senin, 27/ 04/ 2015, pkl. 20.00 wib)
ayusumarni93.blogspot.com. (diakses pada senin, 27/ 04/ 2015, pkl. 20.00 wib)

LAMPIRAN

ANGKET DATA
Nama

: Siti Rodhiyah

Semester

: 2 (Dua)

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNTIRTA

Umur

: 19 Tahun

PERTANYAAN
1. Mengapa menyukai menoton anime?
2. Sejak umur berapa mulai menyukai menonton anime?
3. Dari semua film anime yang pernah ditonton, kosakata apa yang paling diminati yang
4.
5.
6.
7.
8.

sering didengarkan saat menonton anime tersebut?


Mengapa tertarik menggunakan kosakata tersebut dalam kegiatan sehari-hari?
Kosakata apa saja yang paling banyak diperoleh (atau paling sering ditemukan?)
Termotivasi atau tidak untuk mendalami belajar bahasa Jepang? Jika iya, mengapa?
Apakah Diyah mengikuti les bahasa Jepang?
Apa yang dilakukan Diyah untuk dapat belajar bahasa Jepang lebih dalam?

JAWABAN
9

1.
2.
3.
4.

Karena lebih menarik dan imajinatif


Sejak kelas 5 SD
Itadakimasu , arigatou, dan gomen
Itadakimasu, Karena kosa kata itu aku suka ka, merupakan wujud dari mensyukuri
telah di berikan berkat berupa makanan yang kita makan. Terimakasih atas makanan
yang kita dapat. Jadi kalo setiap makan reflek ngucapin itadakimasu hehe
Arigatou, karena kosa kata itu merupakan ucapan terimakasih atas apa yang kita
dapatkan.
Gomen, karena kosa kata tersebut merupakan perminta maafan kepada teman jika kita

melakukan sebuah kesalahan yang disengaja atau tidak.


5. Lebih ke kata ucapan seperti : otanjoubi omedetou (hbd), oyasumi (met mlm), ohayou
(met pagi), arigatou (terimakasih), daijoubu (tdk mengapa), chotto (tunggu), gomen
(maaf), konbawa (selamat sore), tadaima (aku pulang), nande (knp), , sumimasen
(permisi), kochi (sini), daisuki (suka), dare (siapa), irasaimase (slmt datang, toko), sou
desu ka (benarkah), dozou (silahkan), oishii (enak), suyoi (kuat), sugoi (hebat), ganbate
(semangat), okairi (slmt datang, rumah), kurasai (berisik), kawaii (lucu, imut), kirei
(cantik), aitakata (kangen), dan haraheta (lapar)
Kata umpatan : bakka (bodoh), aho (bodoh)
6. Termotivasi, Karena bahasa jepang itu menarik dan itu merupakan nilai plus jika kita
mendapatkan pekerjaan kelak (amin :P hehehe)
7. Iyah ikut
8. Menonton anime, dengerin musik Jepang, mengikuti komunitas Jepang Nishikai

10

Anda mungkin juga menyukai