Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KAJIAN PROSA

KESUSATRAAN ZAMAN PRA MODERN

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :

Mukelni Ilmaskal (1710752003)


Rahmi Janur (1710751001)
Renu Safitri Sadita Anugrah (1710751017)
Salsabila Ilna (1710753003)
Wiwid Nafrayuni (1710752009)

SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul "Kesusatraan Zaman Pramodern" ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini kami buat sebagai kewajban untuk memenuhi tugas Kajian Prosa.

Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, Februari 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

BAB. I PENDAHULUAN...............................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................
BAB. II ISI .......................................................................................................................
2.1 Garisa Besar Kesusastraan Zaman Pramodern...................................................
2.2 Kanazooshu dan Ukiyoozooshi............................................................................
2.3 Joruri,Kabuki,dan Kayoo......................................................................................
2.4 Haikai .....................................................................................................................
2.5 Senyuu dan Kyoka.................................................................................................
2.6 Waka, Kokugaku, dan Kanshibun......................................................................

2.7 Kusazooshu dan Yomihon.................................................................................

2.8 Sharebon, Ninjoobon, dan Kokkeibon .............................................................

BAB. III PENUTUP.........................................................................................................


3.1 Kesimpulan............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Karya sastra merupakan karya yang sangat pesat perkembangannya. Dari zaman ke zaman karya
sastra mengalami perkembangan yang cukup dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari para kreator atau
penulis karya sastra yang cukup banyak. Didalam karya sastra banyak sekali hal menarik yang bisa dikaji
dan didapatkan oleh para pembacanya. Begitu pula dengan karya sastra dari negara Jepang. Negara
Jepang yang mengalami banyak perkembangan zaman mempunyai banyak karya sastra disetiap
zamannya.

2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Garis Besar Kesusastraan Zaman Pramodern

2. Kanazooshi dan Ukiyoozooshi

3. Joruri, Kabuki, dan Kayoo

4. Haikai

5. Senryuu dan Kyooka

6. Waka, Kokugaka dan Kanshibun

7. Kusazooshi dan Yomihon

8. Sharebon, Ninjoobon, dan Kokkeibon

3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah :

1. Mengetahui garis besar kesusastraan zaman pramodern

2. Mengetahui kanazooshi dan ukiyoozooshi

3. Mengetahui joruri,kabuki, dan kayoo

4. Mengetahui tentang haikai


5. Mengetahui tentang senryuu dan kyooka

6. Mengetahui tentang waka, kokugaku, dan kanshibun

7. Mengetahui tentang Kusazooshi dan Yomihon

8. Mengetahui tentang Sharebon, Ninjoobon, dan Kokkeibon


BAB II

ISI

1. Garis Besar Kesusatraan Zaman Pramodern

 Penyebaran Kesusatraan Rakyat

Masuk zaman pramodern lahirnya bentuk-bentuk kesusastraan rakyat yang menggambarkan


segi-segi kehidupan mereka dikarenakan oleh dua faktor penunjang yaitu, keadaan kehidupan
rakyat dalam bidang ekonomi dan masyarakat cukup kuat dan stabil. Meluasnya pendidikan
rakyat arus pembaca bertambah besar dan bersamaan dengan itu percetakan sebagai sarananya
mulai terbentuk. Bidang ilmu pengetahuan dan bidang kesenian lainnya yang selama ini hanya
terbatas pada golongan bangsawan saja mulai menyebar ke segenap lapisan masyarakat biasa.

 Penggolongan Kesusastraan Pramodern

Kesusastraan pramodern sebagai apokok pembicaraan dibagi dalam dua bagian yaitu,
pertama Kamigata berpusat di Kyoto merupakan masa awal, yaitu masa yang terdiri dari masa
pencerahan dari tahun Keichoo sampai tahun Kanbun (1609-1666) dan masa perkembangan
sekitar zaman Genroku (1688-1703). Kedua masa akhir yang terbagi atas masa kebangkitan dari
tahun An-ei sampai tahun Tenmei(1773-1782) dan masa kematangan dari tahun Bunka sampai
tahun Bunkei(1804-1819).

 Masa Perkembangan Sastra Pramodern

Novel yang muncul pada masa pencerahan disebut Kanazooshi namun eksistensinya belum
begitu sempurna. Novel ini dari segi sastra masih belum matang, tetapi novel ini sudah banyak
memperlihatkan semangat zaman baru.

Penyair Matsunaga Teitoku dan Nishiyama Sooin mengarah pada sastra Haikai yang sudah
lama terlupakan namun sekarang tampil kembali dalam suasana baru penuh imajinasi. Didalam
karyanya melukiskan kegairahan hidup masyarakat zaman pramodern.

Pada zaman Genroku pertumbuhan kebudayaan rakyat lebih menonjol. Kesuburan


pertumbuhan kebudayaan itu digambarkan secara jelas dan seksama dalam karya Ukiyoozooshi
karangan Ihara Saikaku. Haikai dibebaskan oleh Bashoo dengan unsur-unsur permainan bahasa
yang sampai saat ini masih merupakan pokok dasar bidang tersebut, sehingga dapat berkembang
menjadi kesusastraan dengan "sabi"(keindahan dalam kesederhanaan). Ukiyoozooshu yang
pernah maju menjadi mundur sehingga para sastrawan yang bermukim di Kyoto berpindah ke
Edo sebagai pusat kegiatan sastra.
Karya yang sempat terkenal pada tahun Meiwa(1765) melalui tahun An-ei sampai tahun
Tenmei(1782) adalah "Kibyooshi", "Sharebon", "Senryuu", dan "Kyooka".

Semua sastra tersebut ditulis berdasarkan "ugachi" (pengungkapan perasaan manusia


dengan halus), "ifushi" (satire) dan sindiran guna mengikuti selera orang Edo yang tergolong
tinggi ketika itu. Ungkapan demikian yang disenangi rakyat dibatasi kegiatannya oleh
pemerintah pada tahun 1790-1796. Kibyooshi juga tidak luput dari penertiban dan perombakan.
Fushinya dihilangkan dan Sharebon yang melukiskan soal seks secara hati-hati diganti dengan
ajaran moral.

Pada tahun Bunka dan Bunkei pusat perhatian masyarakat beralih pada buku Yomihon yang
beraliran "Kanzenchooaku" (membela kebaikan menghukum kejahatan) dan buku Kibyooshi
yang berubah menjadi buku Kusazooshi. Buku Kokkeibon dan Ninjoobon yang berasal dari buku
Sharebonn digemari orang pada akhir zaman Edo.

Jenis sastra dan penulis utama pada Zaman Pramodern :

Kelompok Sastra Jenis sastra/aliran Penulis

Kelompok Novel Kanazooshi Asai Ryooi

Ukiyoozooshi Ihara Saikaku

Ejima Kiseki

Kusazooshi Koikawa Harumachi

Ryuutai Tanehiko

Yomihon Ueda Akinari

Tanizawa Bakin

Sharebon Santoo Kyooden

Ninjoobon Tamenaga Shunsui

Kokkeibon Jippensha Itsuku

Shikitei Sanba

2. Kanazooshi dan Ukiyoozooshi


 Kanazooshi

Kanazooshi adalah buku bacaan rakyat yang ditulis dengan huruf hiragana. Dikarenakan
buku-buku tersebut ditujukan untuk pembaca yang berpendidikan rendah, maka huruf pokoknya
dipakai huruf hiragana. Buku ini menyelipkan sindiran dan ajaran yang tampaknya meniru essei
Tsurezuregusa. Buku lain yang terkenal adalah Ingamonogatari( cerita sebab akibat) dan Ninin
Bikuni oleh Suzuki Shoosan,.Tookaido Meishoki (tempat-tempat terkenal di Tookaido),
Seisuishoo dan Chiksai oleh Asai Ryooi.

Keberhasilan novel Kanazooshi hanya dalam ide cerita yang berwujudkan tema yang
membawa semangat zamn baru pramodern. Isinya bermacam-macam tetapi belum bernilai
sastra. Walaupun demikian, buku-buku tersebut telah menyebar ke seluruh lapisan pembaca
rakyat biasa. Setelah Kanazooshi timbul buku Ukiyoozooshi yang berbobot sastra dan ternyata
ikut mengambil peranan dalam mempengaruhi perkembangan sastra berikutnya.

 Ukiyoozooshi

Ukiyoozooshi adalah sejenis novel yang menceritakan cara kehidupan para Choonin
(pedagang) yang berekonomi kuat yang suka berfoya-foya. Pada tahun Tenna 2 (1682) terbit
buku Kooshoku Ichidai Otoko (kisah laki-laki penggemar wanita) karangan Ihara Saikaku yang
mencerminkan realitas keborosan hidup para Choonin. Novel Saikaku terdiri dari
"Kooshookumono" (tentang mata keranjang), "bukemono" (tentang kehidupan masyarakat
samurai), "Chooninmono" (tentang kehidupan masyarakat pedagang), dan "zatsumono"(tentang
sumber macam-macam cerita lain).

Lukisan masyarakat pedagang merupakan ciri khas dari buku karangan dari Ihara Saikaku.
Karyanya yang lain adalah Saikaku Shokokubanashi (cerita Shaikaku tentang berbagai negeri)
yang memuat beberapa cerita rakyat Honchoo Niju Fukoo (20 orang pelupa budi) yang
mengisahkan kejelekan hati manusia dan Yorozuno Fumihoogu (bermacam-macam tipe surat)
yang merupakan karangan yang berbentuk kumpulan surat-surat dan terdiribdari bermacam-
macam isi.

 Hachimonjiyabon

Setelah Saikaku meninggal dunia, banyak sekali novel baru terbit yang meniru karyanya.
Dalam novel yang baru terbit tersebut para penulis hanya memperbaharui gagasan atau bentuk
novelnya saja sesuai dengan selera masyarakat. Diantara novel-novel baru tersebut yang terbaik
adalah "katagimono" (tentang sifat dan karakter orang) oleh Ejina Kiseki. Katagimono adalah
jenis novel yang menceritakan orang yang memiliki karakter kebiasaan dan kegemaran streotip
yang berdasarkan kedudukan sosial dan pekerjaan, kemudian dilebih-lebihkan sehingga
menimbulkan ekspresi lucu dan berwujud fatal. Karena buku-buku Ukiyoozooshi ini diterbitkan
oleh perusahaan Hanchimonjiya di Kyoto maka disebut "Hanchimonjiyabon" (buku terbitan
Hanchimonjiya). Akhirnya novel zaman Kamigata (Kyoto) mengalami kemunduran dan
sebaliknya kelompok sastravyang berupusat di Edo (Tokyo) mengalami kemajuan dari tahun
Meiwa sampai tahun An-ei (1764-1772).

3. Joruri, Kabuki dan Kayo

 Boneka Joruri

Joruri timbul dari Jorurihime Monogatari yang juga disebut “ Joruri Juunidan Sooshi”
dengan tema kisah cinta antara Jorurihime dan Ushiwakamaru. Maka terbentuklah drama musik
dengan musik pengiring “shamisen” dan permainan boneka.

 Pembentukan Teater Boneka Joruri

Pada awal tahun Keichoo (1600) Boneka Joruri berkembang di Kyoto. Pada tahun Kan ei
(1624) Berkembang di Edo. Berbagai usaha dilakukan dari cara penceritaan seperti Kinpirabushi
dan pementasannya. Pada tahun Jokyoo (1684-1687) di Osaka muncul Takemoto Gidayo. Dalam
usahanya ia mengambil berbagai bagian yang terbalik sehingga terbentuk Gidayu Bushi. Berkat
kerjasama yang baik Takemoto Gidamayu dan Chikamatsu Monzaemon sebagai penulis skenario
terbentuklah teater boneka Joruri. Joruri sebelumnya disebut “Kojoruri” dan bahannya pada
masa itu dari “koowaka”(drama Noh) dan “yookyoku”(nyanyian drama Noh) yang sedikit
mengalami perbaikan.

 Jouri Karya Chikamatsu

Drama chikamatsu merupakan drama pembuka zaman baru yang susunannya bersifat
drama joruri tunggal dengan kalimatnya yang penuh puitis. Karya chikamatsu ada 110 buah yaitu
jidaimono, dan sewa mono. Jidaimono bertema riwayat pahlawan dan wanita cantik sejarah yang
benar terjadi dan dilukiskan secara romantis. Beberapa karya Jidaimono terbaik yaitu Shuusei
Kagekiyo, Goban Taiheiki, dan Kakuseinya Gassen. Sewamono menceritakan kejadian
sesungguhnya dengan orang kota sebagai tokoh utama. Kejiwaan tokoh utama lebih
dipentingkan dari pada alurnya. Karyanya yang terkenal yaitu Sonezaki Shinjuu, Meido-no
Hikyaku, Shinjuu Ten-no Amijima dan Onnagoroshi Abura-no Jigoku.

Teori drama Chikamatsu bisa dilihat pada buku Naniwa karangan Hozumi ikan diamana
Chikamatsu mempertahankan tidak perlunya melukiskan keadaan sebenarnya begitu saja,
Melainkan membesarkan ataupun menyingkatnya. Penulis yang sezaman dengan Chikamatsu
ialah Kino Kaion. Karya Kino bersifat intelektual dan kalimat-kalimatnya mengandung prosa.

 Drama Joruri Setelah Chikamatsu

Penulis yang muncul setelah Chikamatsu dan Kino Kaion adalah Takeda Izumo generasi
pertama dan kedua Chikamatsu Hanji. Beberapa orang menangani kaarangan yang disebut
‘gassaku’ sehingga lebih bervariasi dan efektifitas dramanya dari tiap-tiap babak sangat tinggi.
Karya Takeda Izumo pada generasi petama adalah Sugawara Denju Tenarai Kagami dan generasi
kedua yaitu Yoshitsune Senbonzakura dan Kanadehon Chuusingura. Diantara karya Chikamatsu
Hanji dan kawan-kawan terdapat Hanchoo Nijuushikoo, Imoseyama Onna Teikin dan Oomi
Genji Senjin Yakata. Saat Takeda Izumo aktif di teater takemotoza ,di teater Toyotakeza , Namiki
Soosuke menulis Ichinotani Futaba Gunki, kemudian drama Joruri mengalamai kemajuan.
Setelah tahun Meiwa (1772) drama Joruri dikalahkan oleh drama Kabuki.

 Masa Permulaan kabuki

Drama kabuki dimulai dengan tarian Kabuki yang ditarikan oleh Izumono Okuni ditahun
Kaichoo (1600). Tetapi kegiatan Kabuki wanita dilarang kerna terjadi pelanggaran tata susila
diantara mereka, lalu diganti dengan kaum laki-laki remaja (Wakashu Kabuki), namu juga
dilarang dan diganti dengan laki-laki dewasa yang rambut depannya dipotong(yaroo Kabuki) dan
sejak itu mengalami kemajuan.

 Genroku Kabuki

Munculnya aktor-aktor terkenal yaitu Ichikawa Danjuuro dari Edo dan Sakata Toojuuroo
dari Kyoto. Danjuuro berhasil memerankan samurai romantis dengan keberanian yang
merupakan kesenangan orang Edo.Toojuro terkenal dengan mengisahkan kehidupan realitas
masyarakat. Yang menjadi penulis Lakon saat itu adalah Chikamatsu Monzaemon.

 Perkembangan di Edo

Genroku Kabuki dikalahkan oleh drama boneka Joruri, akan tetapi di tahun Hooreki
(1751) dan seterusnya mengalami kemajuan lagi yang mengejutkan, da drama boneka Joruri
mengalami kemunduran. Penulis skenario mengalami perkembangan. Pengarang Namiki dan
Nagawa menulis lakon dengan ide yang rumit. Lakon populer di Edo adalah Date Kurabe Okuni
Kabuki oleh Sakurada Jisuke. Godairiki Koi-no Fuujime dan Kinmon Gosan-no Kiri oleh Namiki
Gohei. Pada tahun Bunka (1804-1808) dan Bunsei (1819-1829) pusat kabuki pindah ke Edo dan
penulisan tentang “kizeya Kyoogen “ disempurnakan oleh Tsuruya Nanboku.

 Kabuki Akhir Zaman Edo

Hubungan masyarakat dengan kabuki bertambah erat, setelah Nanboku meninggal tidak ada lagi
pengarang baik selain Segawa Jokoo yang menulis Yowanasake Ukina-no Yokogushi. Pada
zaman Meiji muncul pengarang Kawatake Shinshichi dengan nama lain Mokuami, yang berjasa
menyempurnakan kabuki Edo.

 Kayoo (Nyanyian rakyat)


Pada mulanya terkenal ‘ ryuutatsu kouta’ yang dipengaruhi pantun-pantun pada
kumpulan pantun Kanginshuu. Zaman Genroku berkembang nyanyian yang umumnya ada
dikalangan rakyat lapisan bawah seperti ‘kumi uta’, ‘naga uta’, ‘ha uta’, dan ‘shibai uta’.
Semuanya menggunakan alat musik shamisen dan terkumpul dalam buku Matsu no-ha .
Nyanyian ini terkenal di Osaka dan Kyoto, di Edo sedikit terlambat. Nyanyian-nyanyian ini
bertemakan suka duka percintaann, kebiaasaan empat musim dan perjalanan yang
menggembirakan.

4. Haikai

 Masa Perkembangan Haikai

Haikai diciptakan di zaman sebelumnya, ketika masuk zaman Edo berkembang sangat
pesat. Hal ini berkat Matsunaga Teitoku.

 Haikai Aliran Teimon

Teitoku mengumpulkan karya muridnya dalam sebuah buku Enokoshuu kemudian


diterbitkan. Berdasarkan Inutsukubashuu ia menyusun sebuah kamus tentang kosa kata Haikai
dengan judul Gosan dan buku lain Shinzoo Inutsubashuu yang menjelaskan pemakaian dari
‘renku’. Penerbitan ini sanagat mendidik rakyat biasa dalam masalah kesusastraan. Para pengikut
Tetoku disebut Teimon.Beberapa orang yang terkenal diantaranya Matsue Shigeyori, Yasuhara
Teishitsu dan Kitamura Kigin.

Salah satu contoh: Maza-maza –to imasuga gotoshi tama matsuri (Kigin)

Kata-kata kuno pun sekarang masih berlaku.

 Pembaharuan Oleh Aliran Danrin

Pengikut Matsunaga Teitoku mengutamakan permainan kata-kata yang ditekankan untuk


hal-hal yang menjadi lucu. Namun membuat hal ini membosankan karna tidak mengikuti pola
bait (5-7-5 suku kata) yang biasa digunakan dalam haikai. Penyair ini adalah Nishiyama sooin
dan pengikutnya Ihara Saikaku serta penyair-penyair muda dari kalangan rakyat jelata. Aliran ini
dari Osaka, menyebar ke Kyoto dan Edo.

Salah satu contoh: Sareba kokoni Danrin-no ki ari ume-no hana. (Sooin)

6 8 5

Sekarang disini mekar bunga ume yang rindang.

 Perintis Aliran Bashoo


Pantun aliran Danrin mengalami kemusnahan. Pada tahun Enpoo sampai tahun Tenwa
(1675-1683), penyair seperti Ikenishi Gonsui, Konishi Raizan, Uejima Onitsura, Yamaguchi
Sodoo,Matsuo Bashoo dan laiinnya berusaha mengenyampingkan aliran Danrin dan menciptakan
aliran baru. Onitsura mencoba memusatkan gubahannya pada hakekat ‘Makoto’ dan dengan
bertitik tolak dari hakekat ini ia mengembangkan pantu lisan sedehana sifatnya.

Salah satu contoh : Kogarashi-no hate-wa arikeri umi-no oto. (Gonsui)

Sampai dimanakah angin kencang di musim dingin akan berhembus,


apabila terdengar desir air laut, tentulah disana tibanya.

 Kesusasteraan Bashoo

Saat muda Bashoo perhatian pada gubahan-gubahan Matsunaga Teitoku. Ia keluar dari
samurai dan merantau ke Edo dan memupuk karirnya. Ia sering membaca pantun Danrin tapi
lama-kelamaan ia lebih menjurus kepada gubahannya sendiri yang bersifat sunyi,sepi, tapi mulia.
Ia menyenangi perjalanan masa tuanya. Ia melakukan perjalanan hingga akhir hayatnya. Ia
meninggal di Osaka. Karyanya antara lain Oku-no Hosomichi, Nozarashi Kikoo, Oi-no Kobumi,
Genjua-no Ki, dan lainnya. Karya ini berbentuk pantun haikai.

 Haikai Aliran Bashoo

Gaya Bashoo menonjol sejak Minashiguri muncul tahun Tenwa 3 (1683). Gaya ini lebih
terbentuk lagi sejak terbitnya Fuyu –no Hi pada tahun Jookyoo 1 (1684).Fuyu –no Hi masih
samar sifatnya dalam pengungkapannya, pada haru-no Hi,Arano, dan Hisago sedikit demi
sedikit tampak tampak mantap dan pada Sarumino di tahun Genroku 4 (1691) gaya Bashoo
mencapai puncaknya. Pada tahun Genroku 7 (1694), muncul gubahan Sumidawara, ciri khasnya
menurun. Bashoo tidak meninggalkan tulisan Hattori Tohoo yang berjudul sanzooshi.

Salah satu contoh : Horo horo-to yamabuki chiruka taki-no oto (Bashoo)

5 7 5

Satu persatu bunga yamabuki berguguran dan terdengar deras gemercik air hujan.

 Murid-murid Bashoo

Murid –murid Bashoo yang menonjol yaitu Enomoto Kikaku, Hattori Ransetsu, Myukai
Kyorai, Naitoo Josoo, Shida Yaba, Sugiyama Sanpuu, Ochi Etsujin, Tachibana Hokushi,
Kagamishikoo dan Morikawa Kyoriku. Haikai Bashoo sangat mendalam sehingga sukar bagi
muridnya mencapai tingkatannya. Mereka hanya berpegang pada prinsip dasar Bashoo dan
masing-masing mengembangkan bakatnya sendiri.
Salah satu contoh : Echigoya-ni kinu saku oto-ya koromogae. (Kikaku)

Di toko Echigoya terdengar suara pemotongan kain,teringatlah bahwa


sebentar lagi akan tiba musim baru.

 Kebangkitan pada zaman Tenmei (1781-1788)

Sepeninggal Bashoo, murid-muridnya masing-masing mengembangkan alirannya sendiri


sehingga mematikan Haikai. Pada zaman Tenmei terjadi gerakan yang berusaha membangkitkan
kembali haikai ala Bashoo disamping menuntut suatu perubahan. Selama gerakan ini
berlangsung muncul banyak penyair bermutu yang mengembangkan variasinya sendiri. Pada
zaman Meiwa(1764-1771) ada penyair bernama Tantaigi dan Yokoi Yayuu. Lalu banyak mucul
penyair baik di Kyoto ada Yosa Buson dan muridnya Takai Kito Dan Takakuwa Rankoo. Katoo
Kyootai di Nagoya, Oshima Ryoota dan Kaya Shirao di Edo, dan Miura Chora di Ise.Yosa juga
seorang pelukis kelas satu. Variasi pantun memberi kesan yang bersifat lukisan. Pantun haikai
Bashoo bersifat subyektif, dan Haikai Yosa Buson bersifat Obyektif.

Salah satu contoh Haikai : Kochi fuku-to katari –mozo yuku shuu-to zusa.(Taigi)

Angin dingin musim salju bertiup, samurai dan pengikutnya menempuh


perjalanan sambil berbincang-bincang melupakan statusnya masing-
masing.

 Haikai pada zaman Kaseiki (1804-1829)

Memasuki zaman Bunka dan Bunsei ,penyebaran Haikai meluas di kalangan rakyat biasa.
Segi kuantitas naik,tapi dari segi kualitas menurun,sehingga tidak ada perkembangan lebih
lanjut. Hanya ada seorang penyair bernama Kobayashi Issa yang menonjol. Ia memasukkan
unsur kehidupan sehari-hari dalam gubahanya, sehinnga haikainya penuh dengan penggambaran
tentang manusia. Beberapa karyanya yaitu Oragaharu dan Chichi no shuuen Nikki.

Contoh : Yasegaeru makeru-na Issa Kore-ni ari

Melihat dua ekor katak berkelahi, aku berseru: “Hei !, katak yang kurus,
janganlah kau sampai kalah, karena ada aku disisimu”.

Dengan demikian, haikai berkembang dari zaman ke zaman, semakin populer,sampai


menjadi kesusastraan rakyat dan tersebar diseluruh negeri Jepang. Namun dari segi sastra, tidak
sedikit haikai bermutu rendah. Dalam keaadaan ini haikai memasuki zaman berikunya yaitu
zaman Meiji.

5. Senryuu dan Kyooka


Senryuu adalah bagian awal dari kumpulan haikai yang berdiri sendiri dan mengandung
arti lucu. Bagian awal dari kumpulan haikai ini terdiri dari dua frase, bentuknya lebih sederhana
jika dibandingkan dengan haikai itu sendiri. Isi dari senryuu ini bersifat kerakyatan dan sangat
populer sekali di kalangan rakyat banyak lama kelamaan diterbitkan juga kumpulan-kumpulan
senryuu dan ahli-ahli dalam bidang inipun mulai bermunculan. Pada zaman hoorreki (1751-
1763), ada orang yang bernama karai senryuu yang terkenal karena pilihannya tentang pantun
bagian awal dari kumpulan haikai tersebut. Pada tahun Meiwa 2 (1765), orang yang bernama
goryookrn arubeshi mengumpulkan dan menerbitkan apa yang telah dipilih oleh karai senryuu,
yaitu yang terdiri dari dua frase yag meskipin dihilangkan frase pertamanya ia tetap mengadung
arti dan diberi nama haifuu yanagidaru.

 Ciri-ciri Khas Senryuu

Senryuu menitik beratkan masalah kemanusiaan yang awam,perasaan manusia sebagai


obye untuk menciptakan pantun-pantun yang bisa membuat tawa, kadang kala di dalamnya juga
mengandung sindiran-sindiran yang tajam. Bentuk frasenya sama dengan frase dalam haikai,
tetapi tidak seperti haikai, Senryuu tidak memakai kata-kata yang berkaitan dengan musim, dam
juga tidak perlu selalu berkalimat selesai karena kebanyakan kalimatnya berakhir dalam bentuk
bukan selesai (bentuk sambungan) dan iramanya pun rngan serta mudah.

Contoh:

Kaminari-o manete haragake yatto sase.

Dengan menirukan petir bahwa nanti pusar akan diambil, akhirnya melekat juga tutup perutnya.

Urarakasa shikiri-ni zeni-ga hoshiku nari.

Di watu aku ingin berbakti pada orang tua, ia telah tiada.

Utsukushii kao-de yookihi buta-o kui

Sayang wajah secantik itu makan daging babi, sangat menghinakan si cantik yookihi.

 Kyooka (Pantun Jenaka)

Pantun-pantun lucu jauh sebelumnya pun sudah dikenal yaitu dari Manyooshuu, tetapi
baru mulai populer pada zaman muromachi (abad XII). Setelah memasuki zaman pra-
modern,sejajar dengan haikai, kyooka mulai berkembang, penyair-penyairnya banyak
bermunculan antara lain Matsunaga Teitoku. Juga diterbitkan antologi-antologi seperti Kokon
Hinaburishuu oleh Shoohakudoo Gyoofuu. Pada zaman Genroku (1688-1703) di Osaka muncul
Taiya Teiryuu dan berkat jasanya kyooka mencapai kemajuan smpai meluas ke masyarakat.
Pantun kyooka pada zaman itu sebagian besar merupakan sindiran terhadap pantun-pantun waka
tetapi dari sudut pengetahuan isinya dangkal.

 Kyooka Pada Zaman Tenmei (1781-1788)

Pantun kyooka selain berkembang di Osaka dan Kyoto, sejak zaman meiwa (1765-1771)
di Edo juga mengalami perkembangan. Perkembangan awalnya di kalangan samurai dan
kalangan cendekiawan saja,tetapi sejak diterbitkan antologi Mansai Kyookashuu oleh Yomo no
Akara, kepopuleran kyooka mencapai klimaksnya. Pada zaman An-ei (1772-1780) dan Tenmei
penyair-penyair kyooka kenamaan seperti Yomo no Akara, Karakoromo Kitsushuu dan Akera
Kankoo meninggalkan banyak karyanya yang berkonsep menakjubkan. Perkembangan kyooka
ini mencapai zaman keemasan pada zaman Tenmei, zaman Bunka (1804-1817) dan Bunsei
(1818-1829), ia memiliki kepopuleran haikai tapi pada hakekatnya kualitasnya. Sehingga tidak
mencapai kesuksesan yang sebenarnya. Penyair ternama pada masa ini Yadoya no Meshimori
dan Shikatsube no Magao.

Contoh :

Fuji-no yama yume-ni miru kosos kahoo nare rogin-mo irazu kutabire-mo sezu. (Taiya Teiryuu)

Bermimpi melihat gunung fuji adalah pertanda kebahagiaan untuk itu tidak usah biaya,juga tidak
usah cape.

Yamabuki-no hana kami bakari kamiire-ni mino hiitotsudani nakizo kanashiki. ( Yomono Akara)

Tak sehelai pun uang dalam dompetku, hanyalah helai-helai bunga yamabuki,sungguh
menyedihkan.

Utayomi-wa heta koso yokere tenchi-no ugoki idashite tamaru mono kawa. (Yadoyano
meshimori)

Menyanyikan lagu justru lebih baik yang bodoh, karena tidak mampu menggeser bumi dan langit
ini.

6. Waka Kokugaku dan Kanshibun

 Grup Penyair Pada Zaman Kan-ei (1624-1647)

Pembuatan syair wakadan penyeldikan tentang syair pada permulan zaman pra-modern
disebar-luaskan oleh anak didik Hosokawa Michikatsu,Karasumaru Mitsuhiro dan lain-lain
adalah penyair yang berasal dari kaum bangsawan atau cendekiashita Chooshooshi, Matsunaga
Teitoku (1571-1653) dll.

Penyair yang aktif pada zaman Kan-ei dan merupakan anak didik penyair Hosokawa
Yuussai. Gaya bahasa pantun waka pada zaman itu kurang segar biar pun pantun pantun itu
membawa ke arah yang lebih mencerahkan secara ilmiah kurang berbobot. Pantun yang di
anggap bermutu adalah karya Kinoshita Chooshooshi yang berjudul Kyohakushtu dan karya dari
Gensai, seorang pendeta dari aliran Budha Nichiren yang berguru pada Teitoku, yang hidup
menyendiri di Kyoto.Dari pengikut pengikut Teitoku inilah muncul pengeritik – pengeritik
terhadap ajaran klasik Jepang seperti Kitamora Kigin.

 Pembaharuan Pada Zaman Genroku

Pada zaman ini mengadakan pembaharuan pada bidang pantun waka dan penelitian
tentang pantun (1629-1706) buku yang di tulis tentang teori pantun waka adalah Higago to
Sierabe dan Nasi-no Motoshu, mereka tidak setuju dengan pendapat penyair keluarga Nijoke
yang terlalu berpegang teguh pada tradisi dan menuntut adanya kebebasan kata-kata yang di
gunakan dalam pantun waka.

 Timbulnya Kokugaku

Setelah Zaman Genroku di kyoto muncul penyair yang meletakan dasar untuk penelitian
bahasa dan sastra klasik Jepang seperti Simokoobe Chooryuu, Soo Keichuu, Kada no
Azumamaro dll. Keichuu melakukan penelitian satra berdasarkan filogi dan salah satu hasilnya
yang besar ialah Manyoo Daisookii sesuai dengan permintaan Tokugawa Mitsukuni. Karangan
yang terkenal dalam penelitian bahasa bernama Waji Sooransoo (kamus kanji jepang).
Kokugawa berusaha menyelidiki pemikiran asli orang jepang dizaman kuno. Dia merupakan
seorang yang berjasa dalam mengembangkan study jepang, tapi bukanlah seorang penyair dalam
arti yang sesungguhnya.

Kokugak ialah usaha untuk meneliti segala sesuatu tentang jepang yang mencakup
bahasa dan sastra klasiknya.

 Pembentukan Kokugaku

Orang yang berhasil membuka Kokugaku ini adalah Kamo no Mabutchi berteman
dengan Azumamaro, dia berkeinginan menjadi peneliti Kokugaku hasil karyanya seperti Manyoo
Koo (studi tentang Manyoooshuu) dll. Kamono Mabutchi merupakan juga seorang penyair
terkenal bahasa yang digunakan mula-mula adalah gaya bahasa Sinkokinshuu kemudian berubah
menjadi gaya bahasa Manyooshuu. Kumpulan pantun waka yang ditulis sendiri berjudul Kamo
no Ookashuu (kumpulan pantun keluarga kamu) dari inilah muncul pengikut terkenal seperti
Tayashuu Umetake, Katoo Chikage, Murata Harumi, Katori Nahiko, Simizu Hamaomi, dll.

Contok pantun waka Kamo no Mabuchi


Nihodori-no Katsushika wase-no niishibori kumitsutsu oreba tsuki katamukinu

5 7 5 7 7

Apabila seseorang minum sake yang dibuat dari padi baru di Katsushika, dengan tidak disadari
hari telah menjadi malam.

Shinano naru suga-no arano-o tobu sagi-no tsubasa-mo tawa-ni fuku arashikana

5 7 5 7 7

Burung bangau di Shinano (nagano),sayapnya menjadi mekar karena ditiup angin padang rumput
yang kencang.

Grup penyair Kyotoo pada pertengahan zaman Edo. Ketika Mabuchi dan muridnya aktif
di dunia penyair di Edo, di Kyoto ada penyair bernama Ozawa Roan (1723-1801). Ozawa Roan
tidak setuju dengan Mabutchi yang menyenangi sastra klasik jepang, dia menyenangi pantun
biasa tanpa teknik khusus dan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti tanpa terlalu
terikat pada teknik penyairan. Kumpulan waka yang ditulisnya sendiri adalah Rookujoo Eisoo.
Ueda Akinari pantun wakanya bernama Tsuzurabumi.

 Pematangan dan perpecahan Kokugaku

Motoori Norinaga meneliti tentang sastra klasik jepang secara ilmiah. Hasil karya yang
merupakan jeri payahnya adalah Kozikiden (tentang Kojiki). Ada yang meneliti bidang
filologinya saja sampai hal-hal yang kecil diantaranya yang terkenal adalah Bannobu Tomo. Ada
pula yang meneliti pemikiran agama sintosaja, diantaranya yang terkenal adalah Hirata Atsutane.

Contoh pantun Waka Ozawaroan`

Ooigawa tsuki-to hana-tono oboroyo-ni hitori kasumanu nami-no oto kana

5 7 5 7 7

Suatu malam dimusim semi di Ooigawa (sungai di Kyoto), bunga sakura sedang berkembang
dan bulan memancarkan sinarnya, sedangkan air disungai memperdengarkan suara
gemercikannya, mendengarkan ini serasa seperti ombak dilaut.

Waka pada akhir zaman pra modern

Zaman pra modern rakyat biasa menganggap waka makin lama makin populer, penyair
Kagawa Kageki dari Kyoto yang mendapat pengaruh daro Ozawa Roan mengemukakan Sirabe-
no setsu (pendapat yang mementingkan unsur irama atau sajak pada pantun Waka) ia
mengusulkan pembacaan waka yang lancar dan wajar untuk mengungkapkan perasaan.
Ryookan dan Akemi sambil mempelajari Manyooshuu melalui pantunnya menuturkan
perasaanya terhadap hidup secara bebas dan cerah. Motoyoshi juga mempelajari Manyooshuu
dan pada karyanya ia menunjukkan variasi yang bersifat jujur tapi keras. Kotomichi bercipta
dengan memakai bahasa sehari-hari sehingga karyanya bersifat segar dan baru,

contohnya

Izuku-yori koma uchi iremu sahogawa-no sazare-ni utsuru shiragiku-no hana. (kageki)

Entah dari mana kuda dibawa untuk minum di sungai saho,di sana terlihat bunga seruni
yang menyolok mata di antara batu-batu kerikil di pinggir kali.

Kaze-wa kiyoshi tsuki-wa sayakeshi iza tomo-ni odori akasamu oi-no nagori-ni (ryookan)

Pada waktu angin bertiup sejuk dan bulan bersinar-sinar,marilah kita menari bersama-
sama sampai larut malam untuk kenang-kenangan karena entah kapan kita harus mati.

 Konfusianisme

Oleh karena pemerintah feodal militer menetapkan konfusianisme aliran Chuzi sebagai
ilmu resmi,pada aliran ini terdapat ahli-ahli terkenal seperti Hayashi Razan,Kaibara Ekiken,Arai
Hakuseki, Muro Kyuusoo dll.

Karya Hakuseki yang berjudul Oritaku Shiba-no Ki dan karya Kyuu-so yang berjudul Sundai
Zatsuwa sangat dihargai sebagai essei bahasa jepang.

Pada zaman Genroku(1688-1703) ada seorang sarjana yang bernama Itoo Jinsai. Ia berpendapat
studi studi tentang Konfusianisme harus dikembangkan dengan mempelajari faham itu secara
langsung dari karya-karya peninggalan Konfusius dan Mengzi. Pandangan ini dikategorikan
sebagai ilmu filsafat kuno(kogaku).

 Kanshibun

Pada awal zaman pramodern,penyair kanshibun yang patut dikenal hanyalah Ishikawa
Joozan. Pada akhir zaman pramodern,oleh karena disamping Konfusianisme sudah populer,juga
terjadi kecendrungan lebih mementingkan pembuatan syair kanshibun dari pada ilmu
pengetahuan,maka pada masa itu muncul banyak sekali penyair kanshibun yang terkenal seperti
Hattori Nankaku, Kansazan, Yanagawa Seigan, Raisanyoo,Hirose Tansoo dll.

7. Kusazooshi dan Yomihon


 Kusazooshi

Dahulu di Edo telah dibuat buku gambar yang dibubuhi tulisan-tulisan buat anak-anak,
nama buku tersebut sesuai dengan warna kulit bukunya. Kemudian, buku-buku ini bersama
dengan “Gookan” yang timbul belakangan disebut Kusazooshi. Buku-buku ini mula-mula
merupakan bacaan untuk anak-anak, tetapi setelah terbitnya buku berkulit kuning
(Kibyooshi), baru lah dikatakan ada karya yang berarti.

 Kibyooshi

Buku Kibyooshi yang pertama kali muncul adalah buku yang berjudul Kinkin Sensei
Eiga no Yume (pak guru kinkin bermimpi kaya) pada tahun An-ei 4 (1775) karangan Koikawa
Harumachi. Setelah buku ini terbit, maka Kibyooshi mulai menjadi bacaan orang dewasa.
Buku Kibyooshi ini berisikan lelucon yang santai, sindiran-sindiran dan hasil observasi
terhadap masyarakat secara nyata.

 Gookan

Buku Ikazuchi Taroo Gokuaku Monogatari (Kisah kejahatan Ikazuchi Taroo) yang terbit
dalam bentuk dua jilid, sebetulnya merupakan gabungan dari 10 jilid buku Kibyooshi. Buku
ini ditulis oleh Shikitei Sanba pada tahun Bunka 3 (1806). Sejak itu buku yang terbit dengan
bentuk seperti itu disebut dengan “Gookan” (kumpulan beberapa cerita). Pengarang utama
dari jenis buku seperti ini adalah Ryuutei Tanehiko (1783-1882) dan karangannya yang
terkenal adalah Nise Murasaki Inaka Genji dan Shoohonji Tate.

 Yomihon Pada Periode Awal Zaman Pramodern

Dari zaman Meiwa (1764) sampai dengan zaman Tenmei (1786), para cendekiawan yang
pernah membaca cerita-cerita Cina menulis cerita-cerita pendek yang berdasarkan buku cerita
Cina tersebut. Oleh karena pada masa itu ide dalam menyusun alur cerita masih kurang baik,
maka kekurangan ini diatasi dengan meniru yang ada pada buku cerita Cina, hanya saja di
dalam cerita tersebut dimasukkan unsur-unsur fiksi yang sesuai dengan selera pembaca.
Yomihon yang terkenal pada masa itu adalah buku yang berjudul Kokon Kidan
Hanabusazooshi karangan Tsuga Teisho, Amatsuki Monogatari (cerita tentang musim hujan)
dan Harusame Monogatari (cerita hujan di musim semi) karangan Ueda Akinari, Nishiyama
Monogatari dan Honchoo Suikode karangan Takebe Ayatari.

 Yomihon Pada Periode Akhir Zaman Pramodern

Di daerah Edo berkat munculnya Santoo Kyooden dan Takizawa Bakin, berhasil dibuka
suatu lembaran baru bagi buku-buku bacaan (yomihon) itu. Ciri-ciri khas dari yomihon pada
periode akhir ini terletak pada strukturnya yang rumit dan alur cerita yang bersifat aneh.
Meskipun begitu, omihon pada periode akhir merupakan buku hiburan yang bisa dinikmati
oleh semua orang. Buku-buku bacaan ini merupkan cerita panjang yang memiliki ide
penyusunan yang maha besar dan berisikan gambar-gambar selingan yang sangat bagus
sekali. Di samping itu juga ada maksud mendidik yang sangat kuat.
Di Edo (Tokyo) Santoo Kyooden adalah penulis pertama yang menghasilkan yomihon
baru. Kegiatan yomihon berkembang terus dan di bawah penulisan Takizawa Bakin
kesusastraan yomihon ini mencapai zaman keemasannya. Salah satu karyanya yang sangat
bernilai ialah Nansoo Satomi Hakkende (kisah delapan ekor anjing sakti), buku ini merupakan
karya Takizawa Bakin yang maha besar yang ditulisnya dengan menghabiskan waktu selama
28 tahun.

8. Sharebon, Ninjoobon dan Kokkeibon

 Sharebon

Sharebon adalah buku bacaan yang mengambil panggung di tempat hiburan (tempat
prostitusi) dan menceritakan orang-orang yang keluar masuk di tempat itu serta orang-orang
yang tahu betul akan jalan gelap itu. Sharebon ini mendapat pengaruh dari buku-buku tentang
pelacuran di negeri Cina dan merupakan kesusastraan yang bersifat percobaan yang pertama-
tama dilakukan oleh kaum cendekiawan. Banyak orang berpendapat bahwa Sharebon baru
menjadi kesusastraan yang mantap setelah terbit buku Yuushi Hoogen (cerita seorang anak
yang pandai melacur) karangan Inakaroojin Tadanojijii.
Dari tahun Tenmei (1781) sampai awal tahun Kan Sei (1789) sharebon mencapai puncak
kejayaannya tetapi sebaliknya isinya bertambah rumit dan mendapat pengawasan yang ketat
dari pemerintah. Dengan adanya pengawasan ketat ini tema sharebon diganti dari tema erotis
menjadi tema percintaan atau ‘giri’ (budi) serta ‘ninjoo’ (perasaan) sehingga menjadi
‘Ninjoobon’.

 Ninjoobon

Ninjoobon lahir berdasarkan sharebon. Buku jenis ini mengalami kepopuleran dari tahun
Bunsei (1818) sampai akhir zaman pemerintahan feodal-militer. Ninjoobon melukiskan kisah
percintaan dari kehidupan sehari-hari msyarakat pedagang. Meskipun luarnya bersifat
pengajaran, sebetulnya di dalamnya menggambarkan kegilaan dunia dan kebebrokan
masyarakat pada akhir zaman pemerintahan feodal-militer seperti apa adanya. Diantaranya
yang terkenal adalah Kanamajiri Musumesetsuyoo dan Shunshoku Umegoyomi.
Walaupun buku jenis ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat tetapi tidak luput
dari pengamatan dan pengawasan pemerintah. Pada tahun Tenpoo 13 (1832) pengarang
Shunsui dihadapkan ke pengadilan oleh wakil pemerintah Mizuno Tadakuni berdasarkan
peraturan pembaharuan yang dibuatnya sehingga sejak itu buku bacaan ini dalam waktu
singkat hilang dari peredaran.
 Kokkeibon

Fuuryuushi Dookenden merupakan buku pertama kokkeibon yang dipelopori oleh


Furaisanjin Hiragagennai. Buku ini dilengkapi dengan pemikiran Shinto, Budha, ajaran
Konfusius dan satire. Dengan adanya pembaharuan Kansei buku kibyooshi yang
mengutamakan satire dan kelucuan dibuat menjadi jenis gookan yang mengakibatkan
keistimewaannya menjadi hilang. Begitu pula buku sharebon akhirnya menghilangkan
satirenya dan terlalu condong kepada pelukisan perasaan manusia sehingga menjadi jenis
ninjoobon. Dengan demikian, sebagai gantinya muncul bacaan yang mengutamakan pelukisan
kelucuan dan ini dikenal dengan nama ‘Kokkeibon’ sekitar tahun Koowa (1801).
Pengarang terkemuka kokkeibon adalah Jippensha Itsuku dan Shikitei Sanba. Bukunya
yang berjudul Doochuu Hizakurige adalah sebuah buku bacaan jenaka rendahan yang
menggambarkan seorang anak Edo bernama Tochimenya Yajirobei dipermainkan dan
diganggu oleh kenalannya Kitahachi, sedangkan Kitahachi sendiri ditolong dan diberi
penghidupan oleh Tochimenya. Shikitei Sanba mulanya menulis sharebon dan gookan tetapi
kemudian menulis kokkeibon yang bermutu baik sehingga membuat namanya menanjak.
Karya Sanba antara lain Ukiyoburo (tempat mandi umum) dan Ukiyodoko (tempat
menatarambut).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Kesusateraan pra modern di jepang di pengaruhi oleh kehidupan masyarakatnya yang mana
karya sastra pada saat itu menggambarkan segi-segi kehidupan masyarakatnya. Kesusasteraan
pra modern dibagi menjadi dalam dua bagian, yaitu Kamigata berpusat di Kyoto merupakan
masa awal, yaitu masa yang terdiri dari masa pencerahan dari tahun Keichoo sampai tahun
Kanbun (1609-1666) dan masa perkembangan sekitar zaman Genroku (1688-1703). Kedua masa
akhir yang terbagi atas masa kebangkitan dari tahun An-ei sampai tahun Tenmei(1773-1782) dan
masa kematangan dari tahun Bunka sampai tahun Bunkei(1804-1819).
Selama zaman pra modern ini banyak sekali karya-karya sastra baru yang muncul seperti
kanazooshi dan ukiyozoozooshi, hachimonjiyabon,joruri, kabuki dan kayo. Selain novel, pantun
dan syair juga berkembang pada zaman ini. Dapat disimpulakan pada zaman para modern
kesustraan di jepang mulai berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Asoo, Isoji, dkk.1993.sejarah kesusateraan jepang.Jakarta : Universita Indonesia

Anda mungkin juga menyukai