Anda di halaman 1dari 12

Analisis Struktural Cerpen Hitofusa no Budo Karya

Arishima Takeo

Oleh:
1. Dwi Novi Rahakjani (1701581002)
2. Ni Komang Sri Astuti (1701581006)
3. Ajeng Diana Wati (1701581017)
4. Dewangga Merdeka Putra (1701581028)
5. Ni Kadek Rika WIjayanti (1701581067)

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU BUDAYA
TAHUN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Cerpen adalah bagian dari karya sastra yang berbentuk prosa naratif fiktif/fiksi yang
menceritakan kisah suatu tokoh beserta konflik dan permasalahannya yang dituangkan dalam
cerita pendek yang ditulis dengan singkat dan padat. Hitofusa no Budo merupakan sebuah
cerpen dikarenakan memiliki halaman kurang dari lima puluh halaman. ”Lazimnya, cerpen
terdiri atas lima belas ribu kata atau sekitar lima puluhan halaman” (Stanton, 2007: 75).
Cerpen juga dapat diartikan sebagai sebuah prosa yang dapat dibaca dengan sekali duduk.
Hitofusa no Budou merupakan cerpen karya Arishima Takeo. Arishima Takeo adalah
putra dari seorang samurai golongan tinggi berasal dari Klan Satsuma yang lahir pada
tanggal 4 Maret 1878. Cerpen karyanya yang berjudul Hitofusa no Budo menceritakan
tentang seorang anak pribumi yang tinggal dan bersekolah yang banyak terdapat orang asing.
Didalam cerpen ini, tokoh aku diceritakan sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pemalu,
pendiam, dan introvert. Tokoh aku juga tidak dapat mengungkapkan apa yang ada dalam
benaknya, tokoh aku tidak berani meminta apa yang diinginkannya sehingga hanya bisa
memikirkannya saja. Didalam cerpen ini tokoh aku memiliki keinginan untuk memiliki tinta
yang sama seperti temannya yang bernama Jim, namun tokoh aku akhirnya mencuri tinta
temannya yaitu temannya yang bernama Jim tersebut, namun pada akhirnya mereka berdua
kembali berteman dan melupakan permasalahan.
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis cerpen ini adalah pendekatan struktural.
Pendekatan struktural merupakan metode analisis karya sastra dengan membongkar unsur-
unsur karya sastra sehingga dapat diketahui unsur-unsur pembangun karya sastra yaitu salah
satunya adalah unsur intrinsik dalam menghasilkan makna yang menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan struktural?
2. Bagaimana analisis struktural yang terkandung dalam cerpen Hitofusa no Budou ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi pendekatan struktural

2
2. Mengetahui bagaimana analisis struktural yang terkandung dalam cerpen Hitofusa no
Budo

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya


tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut
meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah,
biografi pengarang dan segala hak yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). 

Riswandi dan Titin Kusmini (2018: 52) menyebutkan beberapa kriteria dan konsep teori
strukturalisme, yaitu sebagai berikut:
a. Memberi penilaian terhadap keharmonisan semua komponen yang membentuk keseluruhan
struktur dengan menjalin hubungan antara komponen tersebut sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang bermakna dan bernilai estetik.
b. Memberikan penilaian terhadap hubungan harmonis antara isi dan bentuk karena jalinan isi
dan bentuk merupakan hal yang sama penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra.
Yang dimaksud dengan isi dalam kajian sruktural adalah persoalan, pemikiran, falsafah, cerita,
pusat pengisahan, dan tema, sedangkan yang dimaksud dengan bentuk adalah alur (plot), bahasa,
sistem penulisan, dan perwajahan karya tulis.

2.2 Analisis Struktural Cerpen Hitofusa no Budo


1. Tema
Tema yang bisa diambil dari cerpen Hitofusa no Budou adalah tentang keberanian.
Dimana tema ini diambil berasarkan beberapa kejadian yang menggambarkan
keberanian.
Berikut kalimat pendukung dalam cerpen yang menggambarkan keberanian:
- Dan setelah merasa tidak ada yang melihat, tanganku segera membuka tutup kotak
itu. Mengambil tinta warna nila dan merah tua, lalu aku segera memasukkannya ke
dalam saku.
- Murid – murid itu mendekatiku hendak menyeretku yang diam tak mau bergerak itu
ke lantai dua.

4
- Namun, meskipun dikata – katai demikian, sebaliknya aku malahan bersikap tenang.
- Kata seorang anak yang paling pintar dengan suara geram mengolok – olokku.
- Apa boleh buat, dengan perasaan tidak semangat aku tinggalkan rumah.
- Hanya satu alasan itu saja yang membuat aku melewati gerbang sekolah
Dalam kalimat diatas menunjukkan kalau tokoh Aku memberanikan diri untuk mencuri
warna tinta, dan juga berbohong. Dalam kalimat diatas juga menunjukkan bahwa teman -
teman dari tokoh aku berani untuk membawa dan memberitahukan kepada guru mereka
bahwa tokoh aku telah melakukan kesalahan. Dan mereka juga berani mengata – ngatai,
mengolok olok tokoh aku yang sudah melakukan kesalahan. Tokoh aku juga
memberanikan diri untuk pergi ke sekolah meskipun dia sudah melakukan kesalahan.

2. Tokoh
1. 私(Aku)
2. ジム(Jim)
3. 女の先生 (Guru Perempuan)
4. Murid yang paling besar dan pandai di kelas

3. Penokohan
1. Aku
Memiliki watak penakut, lemah, dan introvert
Kalimat pendukung
- 僕はかわいい顔はしていたかも知れないが体も心も弱い子でした。その上臆病者で。
Aku mungkin berwajah polos, namun aku adalah anak yang berbadan dan berhati
lemah. Selain itu aku juga penakut.
- かわいがられなかったし、友達もない方でした。
Aku juga adalah seorang anak yang tidak punya banyak teman.
2. Jim
Memiliki watak baik dan juga pemaaf
Kalimat pendukung
- ジム、あなたはいい子。よく私の言ったことがわかってくれましたね。ジムはもうあな
たからあやまって貰わなくってもいいと言っています。

5
Jim, kamu anak yang baik. Kamu benar – benar mengerti apa yang ibu katakana ya.
Jim telah mengatakan bahwa kamu tidak perlu lagi minta maaf kepadanya.
3. Guru Perempuan
Memiliki watak yang lembut dan juga baik hati
Kalimat pendukung
- いつものとおりのやさしい顔をこちらに向けて
- それにしても僕の大好きなあのいい先生はどこに行かれたでしょう。
4. Murid yang paling besar dan pandai dikelas
Memiliki sifat pemberani
Kalimat pendukung:
“lenganku dicengkeram oleh seorang murid yang paling besar dan panda di kelas”

4. Latar
1. Latar waktu
a. Musim gugur
Kalimat pendukung
- 今ではいつの頃だったか覚えてはいませんが秋だったでしょう。
Entah kapan, aku tidak ingat dengan pasti, mungkin pada suatu musim gugur.

b. Ketika makan siang


Kalimat pendukung
- 僕達は先生一緒に弁当をたべましたが
Kami sedang menikmati bekal makan siang bersama para guru.

c. Ketika lonceng tanda selesai pelajaran berbunyi


Kalimat pendukung
- Aku merasa lega karena telah mendengar lonceng tanda usai pelajaran
dibunyikan. Tapi, beberapa saat setelah ibu guru meninggalkan kelas,
lenganku dicengkeram oleh seorang murid yang paling besar dan pandai di
kelasku.

6
d. Pulang sekolah
Kalimat pendukung
- Jangan bersedih begitu. Sekarang pulanglah, karena teman – temanmu yang
lain juga sudah pulang.
2. Latar Tempat
a. Rumah
Kalimat pendukung
- その景色を見渡して、家にかえると、覚えているだけを出来るだけ美しく絵に
描いて見ようとしました。
Ketika sampai dirumah, aku mencoba sedapat mungkin melukis pemandangan
indah yang terekam dalam ingatan di kepalaku.

b. Lapangan olahraga
Kalimat pendukung
- Setelah menyelesaikan makan siang, anak anak lain secara aktif pergi ke
lapangan untuk bermain di lapangan olahraga.

c. Ruang kelas
Kalimat pendukung
- Aku sendirian masuk ke dalam ruang kelas. Hanya suasana di luar kelas yang
terang.

d. Ruang guru
Kalimat pendukung
- Akhirnya, jim mengetuk pintu itu. Ia meminta ijin apakah boleh masuk ke
dalam ruangan. Sejenak kemudian, dari dalam ruangan terdengar suara guru
yang ramah. “Ya, silakan masuk.”

3. Latar Suasana
1. Suasana sepi

7
Kalimat pendukung
- Aku sendirian masuk ke dalam ruang kelas. Hanya suasana di luar kelas yang
terang. Di dalam kelas gelap, seperti suasana hatiku

2. Suasana (pas aku di cengkeram murid paling besar dan pintar/dilabrak)


Kalimat pendukung
- Tanpa kusadari, badanku gemetaran. Seperti saat ibu guru memanggil namaku
ketika lupa mengejakan PR. Namun akupikir sedapat mungkin harus berpura
pura tidak tahu apa – apa

3. Suasana
Kalimat pendukung
- Beberapa saat lamanya ibu guru terdiam. Beliau tidak memandang ke arahku
sama sekali, melainkan hanya memandangi kuku – kuku tangannya.

4. Suasana sunyi
Kalimat pendukung
- Murid – murid yang tadinya berisik tiba - tiba menjadi tenang setelah masuk
ke dalam kelas. Kesunyian itu benar – benar membuat hatiku sedih.

5 Sudut Pandang

Dalam cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku


utama karena menggunakan kata ganti aku ataupun saya. Dalam sudut pandang
ini penulis seolah-olah terlibat dalam ceritanya dan dia sebagai tokoh utama
dalam cerita.

Contoh dalam kalimat:

“僕は小さい時に絵を描くことが好きでした“

“Saat kecil aku suka melukis”

6. Alur Cerita

8
Alur cerita yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju karena urutan
ceritanya bergerak maju.

1. Tahap pengenalan
Tahap awal cerita tokoh aku menceritakan tentang dirinya dan latar tempat
tinggalnya.
“Saat kecil aku suka melukis. Sekolahku berada di suatu daerah yang bernama
Yamanote di Yokohama”
2. Tahap kemunculan konflik
“Jim pasti sudah mengetahui apa yang sedang aku pikirkan. Ketika aku melirik
sejenak ke arahnya, Jim tertawa dengan riang seolah – olah tidak tahu apa yang
sedag aku pikirkan. Namun, mungkin juga dia tertawa seperti itu karena sudah tau
apa yang sedang aku pikirkan.”
3. Klimaks
“dan setelah aku merasa tidak ada yang melihat, tanganku segera membuka tutup
kotak itu. Mengambil tinta warna nila dan merah tua, lalu aku segera
memasukkannya kedalam saku”
“tapi, beberapa saat setelah ibu guru meninggalkan kelas, lenganku dicengkeram
oleh seorang murid yang pandai di kelasku”
“dari dalam sakuku mereka dapatkan kelereng, mainan timah dan berbagai
macam benda lainnya Bersama dengan dua tinta itu”
4. Antiklimaks
“karena telah tidur, kini perasaanku sedikit lebih baik hingga lupa dengan apa
yang telah aku alami”
5. Tahap penyelesaian
“jim melompat dan menghampiriku. Ia meraih tanganku. Lalu seolah-olah
melupakan kejadian kemarin, dengan ramah, ia menarik tanganku”

7. Amanat

Dalam cerpen ini, amanat yang dapat diperoleh adalah berperilakulah dengan
jujur dan harus berani mendapat konsekuensi tentang apa yang sudah diperbuat. Selain
itu amanat yang diperoleh adalah jangan terlalu memaksakan diri tentang hal yang tidak

9
bisa diraih, dan jangan mengambil jalan pintas untuk memenuhi kepuasan diri sendiri.
Saling memaafkan sesame teman karena teman adalah bagian penting dari hidup kita.

10
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Analisis karya sastra menggunakan pendekatan struktural adalah dengan cara mengamati
unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra. Dalam cerpen Hifotusa no Budo
dapat disimpulkan bahwa terdapatt unsur-unsur intrinsik yang membangun cerpen ini
yaitu tema, tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hanif, Febrian. (2016). Kepribadian Tokoh Aku dalam Cerpen Hitofusa no Budou Karya


Arishima Takeo

Larasati, Ni Luh. (2013). Unsur Intrinsik dalam Cerita Pendek Hitofusa no Budou Karya
Arishima Takeo

Arief. 2016. Teori Sastra Pendekatan Struktural. Diakses pada tanggal 7 Februari 2020, dari
http://arissimeluecut.blogspot.com/2016/07/teori-sastra-pendekatan-struktural.html

12

Anda mungkin juga menyukai