Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

CERPEN
Pengertian Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah jenis karya sastra berbentuk prosa dan
bersifat fiktif yang menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh suatu
tokoh secara ringkas, memiliki satu alur dan terdapat penyelesaian atau solusi dari
masalah yang dihadapi.

Ciri – Ciri Cerpen


 Terdiri kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
 Selesai dibaca dengan sekali duduk.
 Bersifat fiktif.
 Hanya mempunyai 1 alur saja (alur tunggal).
 Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.
 Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.
 Bentuk tulisan yang singkat (lebih pendek dari Novel).
 Penokohan dalam cerita pendek sangat sederhana.
 Mengangkat beberapa peristiwa saja dalam hidup.
 Kesan dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga si pembaca ikut
merasakan isi dari cerita pendek tersebut.

Unsur Intrinsik Cerpen


Unsur Intrinsik dalam cerpen merupakan unsur yang membangun
cerita dari dalam.
1. Tema, merupakan suatu gagasan yang mendasari sebuah cerita.
2. Latar, adalah tempat, waktu, serta situasi/suasana yang tergambar
dalam suatu cerita.
3. Alur, merupakan sebuah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita.
4. Amanat, merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh pengarang
dengan melalui sebuah cerita.
5. Tokoh, merupakan pemeran pada cerita. Penokohan merupakan
penggambaran watak dari sang tokoh.
6. Sudut pandang, merupakan pusat pengisahan darimana sebuah cerita
dikisahkan oleh pencerita.
7. Gaya, untuk gaya ini berhubungan dengan bagaimana cara penulis
menyajikan sebuah cerita dengan menggunakan bahasa serta juga
unsur-unsur keindahan lainnya.

Unsur ekstrinsik cerpen


Unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada diluar cerpen, dimana secara tidak langsung
unsur ekstrinsik mempengaruhi proses pembuatan sebuah cerpen.

Latar belakang masyarakat

Latar belakang masyarakat adalah hal yang mendasari seorang penulis membuat
sebuah cerpen yang mana menyangkut kondisi lingkungan masyarakat. Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi penulis antara lain:

 Ideologi negara
 Kondisi politik
 Kondisi sosial
 Kondisi ekonomi

Latar belakang penulis

Latar belakang penulis adalah faktor yang ada dalam diri penulis sehingga mendorong
penulis dalam membuat cerpen. Ada beberapa faktor latar belakang penulis antara lain:

 Riwayat hidup penulis


 Kondisi psikologis
 Aliran sastra penulis

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen meliputi

1. Nilai Religius
Nilai religius merupakan nilai kepercayaan terhadap Sang Maha
Pencipta.
2. Nilai Sosial
Nilai sosial merupakan nilai yang mencerminkan norma-norma
berinteraksi terhadap sesama.

3. Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan nilai yang berkaitan dengan adat istiadat dan
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu.

4. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan merupakan nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang
menyangkut kegiatan belajar mengajar baik di sekolah atau di luar
sekolah.

5 Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi merupakan segala hal yang berhubungan dengan usaha
manusia buat memenuhi kebutuhannya.

6. Nilai Politik
Nilai politik yaitu nilai yang berkaitan dengan segala hal yang
berhubungan dengan tujuan tertentu buat meraih kemenangan pada diri
seseorang dan berkaitan dengan usaha buat mengatur kelangsungan
hidup.

7. Nilai Moral
Nilai moral atau etika merupakan nilai yang berkaitan dengan baik
buruknya suatu perbuatan yang berlaku dalam masyarakat.
Struktur Cerpen
1. Abstrak: gambaran awal dari cerita yang akan diceritakan, bersifat opsional..
2. Orientasi: berhubungan dengan waktu, suasana, tempat di dalam cerita pendek
tersebut.
3. Komplikasi: urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat.
Karakter dan watak tokoh biasanya terlihat di struktur ini.
4. Evaluasi: konflik yang terjadi dan menuju pada klimaks serta mulai
mendapatkan penyelesaian dari konflik tersebut.
5. Resolusi: pengarang mengungkapkan solusi terhadap masalah yang dialami
tokoh dalam cerpen.
6. Koda: nilai atau pelajaran yang bisa didapat dari teks cerita pendek oleh
pembaca.

KAIDAH KEBAHASAAN CERPEN


 Menggunakan pendeskripsian yang kuat. Dalam mendeskripsikan
fisik tokoh penulis menggunakan kata-kata sifat atau[un
perbandingan. Hal ini juga yang dibutuhkan untuk menggambarkan
suasana, seperti suasana di sawah ataupun di sebuah gua.
Kepiawaian penulis sangat dibutuhkan agar semakin membuat
pembaca menyelam ke dalam cerita.
 Menggunakan frasa adverbial (kata keterangan) untuk
menunjukkan latar tempat atau pun waktu, seperti pada pagi hari,
di sebuah desa, pada dinihari, dsb.
 Menggunakan kalimat langsung dan ada juga yang tak langsung,
ataupun berupa dialog.
 Menggunakan kata-kata kiasan atau konotatif, seperti dewi pagi
yang berarti matahari, surga dunia yang berarti merujuk pada
tempat-tempat hiburan atau pariwisata.
 Menggunakan bahasa yang informal ataupun semiformal.
Meskipun demikian, tanda baca digunakan secara tepat
berdasarkan aturan PUEBI.
 Gaya bahasa
Teks ini biasanya mengandung gaya bahasa atau biasa disebut dengan
majas yang berfungsi untuk memperkaya keindahan cerita.

CONTOH CERPEN

Pejuang
oleh Maria Maghdalena Bhoernomo dengan beberapa perubahan

Lelaki tua itu selalu menggunakan lencana merah putih yang


disematkan di bajunya. Dimana saja berada, lencana merah putih
selalu menghiasi penampilannya. Ia memang seorang pejuang yang
telah berperang bersama para pahlawan di masa penjajahan sebelum
bangsa dan negara ini merdeka. Kini semua teman seperjuangannya
telah tiada. Ia sering bersyukur karena mendapat karunia umur
panjang. Dan dia bisa menyaksikan rakyat hidup dalam kedamaian.
Tak lagi dijajah oleh bangsa lain. Tidak lagi berperang gerilya keluar
masuk hutan. Tapi ia juga sering merintih setiap kali membaca koran
yang memberitakan keadaan negara ini semakin miskin akibat korupsi
yang telah dianggap wajar bagi semua pengelola negara.

Banyak kekayaan negara juga dikuras habis-habisan oleh


perusahaan asing yang telah  berkolaborasi dengan elite politik. Kini,
semua para elite politik hidup dalam kemewahan, persis seperti para
pengkhianat bangsa sebelum negara ini merdeka. Dulu, pada masa
penjajahan, para pengkhianat bangsa menjadi mata-mata Kompeni.
Mereka tega mengorbankan anak bangsa sendiri demi keuntungan
pribadi. Mereka mendapat berbagai fasilitas mewah. Seperti rumah,
mobil dan juga perempuan-perempuan cantik. Ia tiba-tiba teringat
akan pengalamannya telah membantai sejumlah pengkhianat bangsa
di masa penjajahan.

Saat itu dia sedang ditugaskan oleh Jenderal Sudirman untuk


membersihkan negara dari para pengkhianat bangsa yang sudah tega
mengorbankan siapa saja demi keuntungan peribadinya. ”Para
pengkhianat bangsa adalah seorang musuh yang lebih berbahaya
dibanding Kompeni. Mereka tak pantas hidup di negara sendiri. Kita
harus menumpasnya sampai habis. Mereka tidak mungkin bisa diajak
berjuang sebab sudah nyata-nyata berkhianat,” Jenderal Sudirman
berbisik di telinganya ketika ia ikut bergerilya di tengah hutan. Ia
kemudian bergerilya ke kota-kota untuk menumpas kaum
pengkhianat bangsa. Ia berjuang sendirian menumpas kaum
pengkhianat bangsa.

Dengan menyamar sebagai penjual tape dan air perasan tape


singkong yang bisa diminum sebagai pengganti atau tuak,ia
mendatangi rumah-rumah kaum pengkhianat bangsa. Pada saat itu
banyak kaum pengkhianat bangsa yang gemar membeli air perasan
tape singkong. Dasar kaum pengkhianat, senang sekali bisa
mengumbar nafsu saja. Ia begitu dendam kepada kaum pengkhianat
bangsa. Mereka harus dibinasakan dengan cara apa saja. Dan ia lebih
memilih cara paling mudah tapi sangat ampuh untuk menumpas
kaum pengkhianat bangsa.

Air perasan tape singkong sengaja memasukan racun yang


diperoleh dari seorang sahabatnya berkebangsaan Tionghoa yang
sangat mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Entah
terbuat dari bahan apa, racun itu sangat berbahaya. Jika sudah
dicampur dengan air perasan tape singkong, lalu diminum oleh si
pengkhianat bangsa, maka dalam waktu dua jam setelah
meminumnya, maka si peminum akan tertidur untuk selamanya.

Tak pernah ada yang tahu, betapa kaum pengkhianat bangsa


tewas satu persatu setelah meminum air perasan tape singkong yang
sudah dicampur dengan racun. Dokter-dokter yang menolong mereka
menduga mereka mati akibat serangan jantung. Dukun-dukun yang
mencoba menolong mereka menduga mereka mati akibat terkena
santet. Pemuka-pemuka agama yang mencoba menolong mereka
menduga mereka mati akibat kutukan Tuhan karena mereka telah
banyak berbuat dosa.

Anda mungkin juga menyukai