Anda di halaman 1dari 113

Analisis Latar Waktu

Novel 'Botchan'
Identitas Novel

Judul Asli : BOTCHAN


oleh Natsume Soseki
Alih bahasa: Indah Santi Pratidina
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keenam: Juli 2016
Cetakan ketujuh: Februari 2017
224 hlm;20 cm
Profil Penulis
Natsume Soseki dilahirkan di Tokyo pada tahun 1867.
Setelah lulus dari Tokyo Imperial University, jurusan Sastra Inggris, ia
menjadi guru di daerah pedalaman Pulau Shikoku, lalu setahun kemudian
beliau pindah ke Kyushu,di mana ia mengajar di sekolah menengah tingkat
atas. Di tahun 1900, ia dikirim ke Inggris dengan beasiswa penelitian dari
pemerintah, dan menetap di sana hingga tahun 1903.
Di tahun-tahun berada di luar negeri inilah, ia mulai menderita serangan
gugup yang menyusahkan sepanjang hidupnya. Di tahun 1905, ia
menerbitkan karya fiksi pertamanya, Wagahai wa neko de aru, yang diikuti
dengan novel Botchan, Kusamakura, dan Nihyaku toka, yang menjadikan
dirinya penulis kreatif dengan posisi penting.
Nuansa satir ringan dalam karya-karya awalnya kemudian digantikan
dengan Kofu, Sanshiro, dan Sore kara yang bernada serius. Meski sambil
berjuang melawan sakit parah, termasuk dalam karya sastra Soseki pada
dekade terakhir hidupnya antara lain Mon, Kojin, dan Kokoro, kemudian
memuncak pada novelnya yang tidak selesai, Meian (sebuah studi
pengasingan dan kesepian). Ia meninggal dunia di tahun 1916.
Dasar Teori
Unsur-unsur Pembangun Novel

Tokoh dan Penokohan


Tema Plot/alur
a. Protagonis. ! Ada 2 macam alur...
b. Antagonis.
a. Alur Maju.
c. Tritagonis. b. Alur Mundur.
d. Figuran.
Unsur ! Tahap-tahap Alur...
Intrinsik a. Tahap perkenalan.
Cara Penyampaian b. Tahap penanjakan.
a. Analitik. c. Tahap klimaks.
b. Dramatik d. Anti klimaks.
e. Tahap penyelesaian.
Latar
Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
atau cerita. Latar berhubungan erat dengan pelaku (tokoh) dalam suatu peristiwa. Oleh
sebab itu, latar sangat mendukung jalan cerita. Adapun jenis-jenis latar sebagai berikut:

 Latar Waktu, yaitu keterangan tentang kapan peristiwa dalam cerpen tersebut terjadi,
misalnya pagi hari, siang hari, atau malam hari.
 Latar Tempat (Ruang), menunjukkan keterangan tempat peristiwa itu terjadi,
misalnya di rumah, di kamar, di dalam bus, di halaman, atau di Jakarta.
 Latar Suasana, menggambarkan suasana peristiwa yang terjadi, misalnya suasana
gembira, sedih, atau romantis.
Sudut Pandang
! Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia
Gaya Bahasa a. “Dia” Mahatahu.
! Leksikal b. “Dia” Terbatas, “Dia” sebagai
! Struktur Kalimat pengamat.
! Retorika ! Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
a. Pemajasan. a. “Aku” Tokoh Utama.
b. Penyiasatan Struktur. b. “Aku” Tokoh Tambahan.
c. Pencitraan. ! Sudut Pandang Campuran
d. Kohesi.

Unsur
Intrinsik
Amanat
Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada di luar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak
langsung unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:
LATAR BELAKANG PENULIS
LATAR BELAKANG MASYARAKAT

NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM CERPEN


Ada beberapa nilai yang menjadi unsur ekstrinsik dalam sebuah
novel/cerpen, diantaranya:
1. Nilai Moral. 11. Nilai Ekonomi
2. Nilai Sosial. 12. Nilai Historis.
3. Nilai Religius.
4. Nilai Budaya.
5. Nilai Pendidikan/Edukatif.
6. Nilai Etika.
7. Nilai Estetika.
8. Nilai Politik.
9. Nilai Patriotik/Perjuangan.
10. Nilai Psikologi.
Sinopsis
Botchan mengisahkan tentang pemberontakan seorang guru muda terhadap “sistem” di sebuah
sekolah desa. Sifat 'selalu berterus terang dan tidak mau berpura-pura' dan ceroboh yang menjadi ciri
khasnya sejak kecil membuatnya kesulitan dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Melompat dari jendela lantai dua hingga menyumbat sumur sawah Furukawa, kenakalan yang
banyak ia lakukan saat kecil sampai-sampai membuat ibunya kehilangan harapan; ayahnya
menganggap ia tidak bisa diatur sepanjang tahun; orang-orang di daerahnya memandang rendah ia
sebagai anak melarat yang berandalan; hingga kakaknya yang mengatai 'anak celaka'.
Untungnya Botchan mempunyai Kiyo yang setia mendampinginya sehingga ia tidak terlalu merasa
seperti 'telah dibuang' oleh dunia. Kiyo adalah pembantu di rumah Botchan yang sudah bekerja
selama 10 tahun. Anehnya, Kiyo seakan buta dengan semua kenakalan yang telah Botchan lakukan.
Membelikan kue, memberikan uang saku dan hadiah-hadiah ketika mereka sedang berdua saja. Kiyo
juga semakin gencar memberikan pujian dan perhatian terhadap Botchan setelah ibunya meninggal
dunia karena sakit. “Kau selalu berterus terang, sifatmu baik.” balas Kiyo dengan tatapan bahagia
saat Botchan mengucapkan betapa ia benci pujian.
Tahun keenam kematian ibunya, ayahnya pergi menyusulnya. Botchan kala itu telah lulus dari
sekolah menengah dan memutuskan untuk menjaga dirinya sendiri dengan pindah bersama Kiyo dan
tinggal di sebuah losmen di Ogawamachi. Keputusan Botchan kali ini juga didorong atas faktor
kakaknya, yang berniat untuk menjual rumah sebelum pergi bekerja di cabang Kyushu. Tentunya
Botchan tidak ingin merasa bergantung diri pada kakaknya yang memiliki ketidakcocokan sifat sejak
kecil.
Dua hari sebelum berangkat ke Kyushu, kakak Botchan datang ke losmen tempat Botchan tinggal
dan mengangsurkan enam ratus yen, berkata ia bisa menggunakannya sebagai modal membuat
usaha, untuk sekolah bila ingin melanjutkan studi, atau untuk apapun yang ia mau. Kemudian, kakak
Botchan memberinya lima puluh yen lagi untuk diberikan kepada Kiyo. Mereka akhirnya berpisah
setelah dua hari pertemuan itu dengan Botchan yang merasa terpana dan berterima kasih atas
tindakan kakaknya, terlepas dari perkelahian mereka dulu.
Botchan yang belum mempunyai pekerjaan atau rencana apapun membuat Kiyo memutuskan untuk
tinggal bersama keponakannya--atas saran Botchan juga-- karena mengkhawatirkan Kiyo. Tak lama,
ia masuk Sekolah Ilmu Alam Tokyo setelah sekian lama berpikir dan ragu-ragu akan digunakan
untuk apa uang kakaknya itu.
Selama tiga tahun ia belajar dan akhirnya berhasil lulus, walaupun dengan peringkat yang tidak
begitu memuaskan. Delapan hari setelah kelulusan, kepala sekolah datang dan mengajak Botchan ke
kantornya. Kepala sekolah memberitahunya sebuah sekolah menengah di Shikoku membutuhkan
guru matematika, bagaimana kalau ia yang mengambilnya? Berhubung Botchan tidak mempunyai
gambaran apa-apa selain menjadi guru, ia langsung menyetujuinya.
Tempat yang akan didatanginya cukup jauh dan terlihat seperti kota terpencil. Botchan melakukan
perjalanannya menggunakan kereta dilanjutkan dengan kapal. Tiba saatnya kapal berhenti dan ia
diberitahu kepala keuangan kapal bahwa di sinilah tempat ia harus turun. Tempat itu merupakan desa
nelayan. Sesampainya ia di darat, sesegera Botchan melakukan perjalanan lagi menuju sekolah
tempat ia bekerja. Tapi sesampainya ia disana, pelajaran telah selesai dan tidak ada siapa-siapa di
sana. Niat untuk mengunjungi sang kepala sekolah pun sirna. Karena lelah, ia naik kembali ke
rikshaw dan pergi ke sebuah penginapan bernama Yamashiroya.
Pembantu hotel menuntunnya ke kamar gelap dan juga panas, membuatnya jengkel karena perlakuan
mereka. Dalam perjalanan kembali ke kamar setelah mandi pun, ia mengintip di sekitar dan
mendapati ada banyak kamar kosong yang semuanya tampak sejuk. Pagi harinya, Botchan
memutuskan untuk memberinya tip saat pengantaran sarapan supaya tidak mendapatkan pelayanan
yang buruk. Ia lupa memberikan tip semalam dan juga penampilannya yang lusuh mungkin
memengaruhi tindakan pembantu hotel tersebut.
Selesai makan, Botchan pergi ke sekolah dan mengunjungi sang kepala sekolah di kantornya.
Sikapnya sangat angkuh dan dia menyuruh Botchan bekerja rajin dan keras, dan dia juga akan
memperkenalkan Botchan ke anggota staf pengajar lain nanti. Untuk saat ini, sang kepala sekolah
ingin Botchan memahami pokok-pokok penting terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan ke kuliah
panjang tentang semangat pendidikan sampai membuat Botchan berpikir datang ke sini merupakan
kesalahan besar, karena ia tidak akan bisa bertingkah laku seperti yang diminta sang kepala sekolah.
Daripada hidup dalam kebohongan, Botchan menolak tawaran pekerjaan tersebut karena ia tidak
akan bisa memberi suri teladan kepada para murid atau menjadi orang terhormat bagi semua orang
sekalipun. Sang kepala sekolah menatap wajahnya sembari tersenyum dan berkata bahwa semua
perkataannya adalah gambaran kondisi ideal, dia sudah menduga Botchan tidak akan bisa memenuhi
semua harapan itu, jadi ia tidak perlu cemas.
Terompet penanda waktu pun terdengar, jam istirahat telah tiba. Sang kepala sekolah menuntun
Botchan ke ruang staf pengajar untuk melakukan ritual pengenalan. Walau disambut dengan tatapan
yang aneh, Botchan menghampiri mereka satu per satu sesuai intruksi dan memperkenalkan diri.
Sebagian besar dari para guru hanya berdiri dan membungkuk hormat sekadarnya ke arahnya, ritual
itu terasa sangat dibuat-buat bagi Botchan. Membuatnya merasa heran melihat ketidakpedulian
mereka terhadap perasaan orang.
Orang yang Botchan temui salah satunya adalah kepala guru yang merupakan sarjana sastra, yang
berarti dia lulusan universitas dan seharusnya pria terhormat. Anehnya, suaranya agak feminim dan
dia mengenakan kemeja flanel merah di udara yang panas ini karena alasan baik untuk kesehatan.
Sekarang dan seterusnya, Botchan akan memanggilnya 'Si Kemeja Merah'.
Selanjutnya, Botchan bertemu guru Bahasa Inggris, yang bernama Koga. Orang ini memiliki rona
kulit pucat yang mengkhawatirkan, namun orang ini gemuk. Pria berikutnya yang ia temui adalah
guru Matematika bernama Hotta. Pria itu bertubuh tegap dengan rambut berpotongan cepak.
Botchan langsung menamainya 'Si Landak' karena Hotta tidak mempunyai sopan santun saat ia
memperkenalkan diri. Tanpa menghiraukan sapaannya, Hotta malah mengajak Botchan untuk
berkunjung ke tempatnya.
Sesuai dugaan, guru Kanji bersikap formal dan menyapa Botchan. Membuatnya berpikir bahwa guru
tersebut adalah seorang gentleman tua yang menyenangkan. Sang guru seni berpenampilan sesuai
bayangan Botchan. Dengan tangannya yang mengayun-ayunkan kipas, dia berkata bahwa dia juga
orang Edo (orang yang berasal dari Tokyo) dengan senyum yang dibuat-buat.
Kurang-lebih begitulah sesi perkenalan dilangsungkan. Botchan diharapkan untuk mendiskusikan
kelasnya bersama guru matematika senior--yang ia sebut 'Si Landak'-- saat waktunya tepat dan mulai
bekerja dua hari lagi. Berhubung tidak ada kerjaan, Botchan pergi berjalan-jalan di kota dan kembali
ke penginapan. Ia disambut oleh pemilik penginapan dengan sangat sopan dan formal. Dan juga, ia
dipindahkan ke kamar kosong yang mewah. Botchan akhirnya tertidur karena perasaan nyamannya.
Tak lama, Botchan terbangun karena kedatangan Hotta yang akan membahas pembagian kelas-
kelasnya. Hotta memperhatikan sekelilingnya dan menyuarakan supaya Botchan pindah ke sebuah
tempat bagus yang dia ketahui besok. Karena tak mungkin Botchan akan terus tinggal disini dengan
gajinya itu. Daripada menunda-nunda, Botchan sepakat untuk pindah.
Akhirnya datang hari Botchan mulai mengajar. Para murid sangatlah ribut dan kenakalannya
membuat Botchan tidak sabar dalam menghadapinya. Kesan kehidupan desa terpencil dan
pelaksanaan kelas yang sedikit ia pandang remeh membuatnya sadar. Botchan dikerjai untuk
menjawab soal sulit yang mereka berikan, hingga lelucon-lelucon atas semua kegiatan yang Botchan
lakukan di kota itu. Makan pergi ke tempat pemandian air panas dengan membawa handuk merah
adalah salah satunya. Sebenarnya bukan hanya masalah-masalah seperti ini di sekolah, tapi ia juga
harus terus bersabar menghadapi siksaan barang-barang antik yang ditawarkan kepadanya ketika
sampai di rumah.
Tiba saatnya Botchan mendapatkan giliran bertugas malam. Karena bosan dan seperti tertahan di
penjara kamar asrama, ia memutuskan untuk pergi ke pemandian air panas--mencontoh seorang guru
yang keluar saat tugas malam-- tanpa mengetahui apakah diperbolehkan. Sepulang dari sana, ia
mendapati dirinya dikerjai dengan banyak belalang yang ada di kasurnya. Botchan memanggil enam
murid di asrama untuk meminta pertanggungjawaban, namun semuanya hanya bergeming, tidak ada
yang mau mengaku.
Pertengkaran antara Botchan dan para murid pun berlanjut. Keesokan harinya, di koridor asrama
para murid membuat seruan-seruan dan menginjak-injak keras lantai kayu. Botchan menetap di
depan pintu salah satu kamar murid, tidak akan pergi sampai menyeret mereka keluar dan meminta
maaf. Akhirnya, sang kepala sekolah yang turun tangan dan memberesi masalah ini keesokan
harinya karena para murid tetap tidak mau mengaku.
Suatu hari, Si Kemeja Merah dan guru seni mengajaknya untuk pergi memancing. Mereka berkata
Botchan tidak boleh bersikap seterbuka dan sejujur ketika masih menjadi murid untuk berbagai
kondisi dan motif pribadi yang harus diperhatikan. Botchan berpikir kalau ia hanya mengucapkan
hal-hal yang selama ini ia pegang teguh, tapi sebagian besar masyarakat malah mendorongnya
bertindak jahat. Mereka seolah percaya tanpanya, ia tidak akan bisa sukses dalam kehidupan. “Apa
yang bisa kau lakukan di dunia di mana kepolosan dan kejujuran ditertawakan?” batin Botchan.
Selain itu, tampak sekali kalau si Kemeja Merah mengode Botchan untuk mewaspadai Hotta.
Botchan sedikit terpengaruh, keesokan harinya ia langsung berpikir untuk membayar traktiran Hotta
saat awal kedatangannya di sekolah ini, supaya ia bisa memulai pertarungannya tanpa ada batas
apapun. Perdebatan pun dimulai sesegera Hotta menerima uang es itu. Dia juga menyuruh Botchan
untuk keluar dari tempat tinggalnya saat ini pasangan suami istri yang menerimanya tidak tahan akan
sikap Botchan. Walau sepertinya Botchan tidak pernah membuat masalah apapun dengan penyewa
rumah tersebut.
Karena Hotta dan Botchan yang bertabiat cepat marah, mereka pun mulai saling berteriak, dengan
Yoshikawa--guru seni-- yang tersenyum dan tampak terhibur melihat mereka bertengkar. Hotta dan
Botchan berhenti beradu mulut ketika mereka sudah seharusnya pergi ke kelas masing-masing.
Sore harinya, diadakan pertemuan untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil kepada para
penghuni asrama yang mempermainkan Botchan oleh sang kepala sekolah.
Dengan jelas, sang kepala sekolah dan si Kemeja Merah mengutarakan bahwa bukan salah anak-
anak itu bila mereka nakal, tapi kekeliruan para guru. Mayoritas dari mereka menyetujui pendapat
sang kepala sekolah dan si Kemeja Merah tersebut, jika para murid dihukum berat, akan
memunculkan reaksi yang tidak terduga. Botchan sangatlah tidak setuju, ia kemudian dibantu oleh
Hotta dalam mengemukakan pendapat. Berkata jika pendidikan tidak hanya melulu akademis, tapi
semangat mulia, kejujuran, keberanian, serta menghapus kebiasaan licik, usil, dan tidak bertanggung
jawab. Bila mengabaikan insiden semacam itu, sejak awal mereka seharusnya tidak menjadi guru,
kata Hotta yang sangat disetujui Botchan.
Si Kemeja Merah kemudian mengoceh tentang mencari rekreasi yang bisa memperkaya sisi spiritual
mereka dan lain hal yang sejenis. Namun, Botchan segera memotongnya karena marah dengan
bertanya “Apakah bertemu Madonna juga rekreasi spiritual?”. Membuat leher si Kemeja Merah
seolah tampak kesakitan dan wajah pucat Koga menjadi kian pucat lebih daripada kapan pun.
Ternyata, Madonna merupakan julukan untuk memanggil wanita cantik. Dan yang dimaksud oleh si
Kemeja Merah tentang Madonna saat memancing rupanya putri keluarga Toyama yang memang
terkenal cantik. Madonna dan Koga tadinya bertunangan. Karena alasan keluarga Koga yang
bangkrut, membuat keluarga Madonna menunda pernikahan. Si Kemeja Merah mengambil
kesempatan untuk meminang Madonna. Hotta yang merupakan teman Koga merasa kasihan dan
menemui si Kemeja Merah untuk menegur tindakannya. Sejak saat itu, hubungan antara Kemeja
Merah dan Hotta-san menjadi buruk.
Saat ini merupakan saat saat yang membingungkan bagi Botchan. Ia bingung menentukan
kebenaran. Sebelumnya ia mulai mencurigai Hotta sejak ia pergi memancing dengan Kemeja Merah.
Hotta memberitahunya kalau ia harus keluar dari tempatnya menginap hanya karena alasan sepele.
Namun, ia kembali ragu saat Hotta mengutarakan dengan tegas agar para murid dihukum berat. Dan
juga, Hotta pergi menemui Kemeja Merah tentang Koga, Botchan menilainya sebagai tindakan yang
terpuji.
Di lain pihak, situasi sepertinya bahwa Kemeja Merah-lah yang tukang bohong. Dia secara tidak
langsung memenuhi kepala Botchan dengan banyak informasi palsu yang diramu sedemikian rupa
sehingga tampak seolah kenyataan. Setelah melihat Kemeja Merah berjalan bersama Madonna di
tepi sungai, Botchan yakin kalau dia bukan orang baik-baik.
Singkat cerita, Koga akan ditransfer ke kota lain. Dengan tujuan untuk mendapatkan gaji yang lebih
baik. Kemeja Merah mengatakan bahwa itu adalah keinginannya sendiri, di lain pihak, Hotta bilang
kalau Koga terpaksa pergi, dia tidak tahu apa-apa dan tiba tiba segalanya sudah diatur. Saat itu Hotta
dan Botchan sudah berbaikan dan mulai mengobrol bersama lagi, karena mempunyai target yang
sama, yakni si Kemeja Merah. Mereka setuju kalau Kemeja Merah dan Yoshikawa sengaja mengusir
Koga untuk mendapatkan Madonna.
Perbincangan yang Hotta dan Botchan lakukan cukup sering hingga membuat mereka sadar bahwa
sepertinya mereka juga akan mengalami nasib yang sama dengan Koga. Terlibat perkelahian dengan
murid-murid, yang berakibat munculnya pemberitaan-pemberitaan yang salah, cukup membuat
mereka semakin mencurigai Kemeja Merah. Apalagi, adik Kemeja Merah lah yang terus mengajak
mereka untuk pergi mendekati musibah itu.
Selang tiga hari, Hotta dimintai surat pengunduran diri dari sang kepala sekolah, hal itu tentunya
membuat Hotta marah dan memutuskan untuk menangkap basah Kemeja Merah ketika bersama
geisha kesayangannya--wanita penghibur--di tempat pemandian air panas. Botchan memutuskan
untuk ikut juga walaupun ia tidak dimintai surat pengunduran diri. Ia tidak dapat bertahan lama-lama
di kota ini, dengan orang-orang yang sangat berbeda prinsip dengannya. Maka, sebelum kembali ke
Tokyo, ia ingin memberi pelajaran kepada Kemeja Merah dan rekannya, Yoshikawa.
Botchan dan Hotta sepakat bersembunyi ke kamar yang menghadap jalan depan dan membolongi
kertas jendela untuk memulai pengintaian. Namun, seminggu berlalu tanpa hasil yang berarti.
Botchan sudah tidak berantusias dan menyisakan Hotta yang--untungnya-- sangat teguh. Hingga
akhirnya sampai di malam kedelapan, mereka berhasil melihat geisha kesukaan Kemeja Merah yang
mendatangi tempat pemandian air panas itu dan masuk. Tak lama, disusul kedatangan Kemeja Merah
dan Yoshikawa yang tampak bersenang-senang dan membicarakan Botchan dan Hotta.
Inti pembicaraan mereka kurang lebih merayakan kalau mereka berhasil menyingkirkan seorang
penghalang dan juga sifat Botchan yang terlihat kasar. Rupanya, dugaan Botchan dan Hotta selama
ini benar. Sekarang, mereka tinggal benar-benar menangkap basah dan mempermalukan Kemeja
Merah dan Yoshikawa saja untuk membalas dendam.
Botchan dan Hotta tetap duduk dan terjaga hingga pukul lima pagi. Tidak lama setelah melihat dua
sosok meninggalkan Kadoya--penginapan dekat tempat pemandian air panas--Botchan dan Hotta
segera mengejar mereka. Setelah tertangkap, Botchan dan Hotta mencecarinya dengan berbagai
macam kata penyerangan karena telah menginap di penginapan dengan geisha-geisha kesukaan
Kemeja Merah sementara dia begitu tegas menegur Botchan yang pergi ke toko mi atau dango.
Kemeja Merah dan Yoshikawa terus-terusan mengelak. Saat Botchan menyadari dirinya sedang
memegangi kedua kantongnya yang berisikan telur, tanpa direncana ia memukulkan telur itu ke
wajah Yoshikawa sambil berteriak-teriak. Sementara itu, Hotta meninju Kemeja Merah. Akhirnya
mereka berdua terpojok di bawah pohon sambil gemetar ketakutan. Setelah mengatakan betapa
pantasnya Kemeja Merah dan Yoshikawa mendapatkan perlakuan seperti itu, Botchan dan Hotta
berjalan cepat meninggalkan Kemeja Merah dan Yoshikawa.
Botchan tiba di tempatnya menginap dan mulai berberes-beres karena ia akan kembali ke Tokyo.
Sebelum berangkat, Botchan menulis surat formal pengunduran dirinya untuk sang kepala sekolah.
Botchan dan Hotta pergi bersama ke Tokyo dengan kapal pada malam harinya dan dilanjutkan
dengan jasa kereta. Ketika tiba di stasiun, Botchan dan Hotta merasakan dunia bebas setelah
terkungkung lama dalam penjara. Mereka berpisah di stasiun itu dan tidak pernah bertemu lagi.
Akhir cerita, Botchan akhirnya membeli rumah di Tokyo dan hidup bersama Kiyo sesuai dengan
impian Kiyo sejak dulu, walau rumah yang mereka tinggali tidak berserambi indah. Botchan juga
mendapatkan pekerjaan sebagai asisten mekanik di Tokyo Tramcar Company. Sayangnya, pada
tahun itu juga, Kiyo terserang penyakit dan meninggal.
Bukti Analisis
SAAT MASIH DI SEKOLAH DASAR
 “Pernah, suatu ketika saat aku masih di sekolah dasar, aku melompat
dari jendela di lantai dua dan akibatnya tidak bisa berjalan selama
seminggu.” (Hlm. 11)
SAAT SAMPAI DI RUMAH
 “Saat aku sampai di rumah dengan dipanggul si pengurus gedung,
ayahku memelototiku dan berkata...” (Hlm. 11)
SEJAK AKU KECIL
“Sejak aku kecil, kecerobohan alamiku selalu memberiku masalah.”
(Hlm.11)
SIANG HARI
“..dan aku sedang mengangkat pisau indah itu, memamerkannya kepada
teman-temanku betapa permukaannya kemilau terkena sinar matahari...”
(Hlm. 11)
“Matahari bersinar begitu terang sehingga pantulannya di air bisa
membuatmu silau dan pening.” (Hlm. 28)
“Selesai makan siang, aku langsung menulis surat ke Kiyo.” (Hlm. 39)
“Jam ketiga, jam keempat, lalu sejam setelah makan siang pun berlalu
dengan kurang-lebih sama. Aku membuat satu atau dua kesalahan di
setiap kelas yang kutangani hari pertama itu.” (Hlm. 46)
 “Ketika kami bangun, waktu menunjukkan pukul dua siang.” (Hlm. 216)
PAGI HARI
“Saat kacang-kacang kastanyenya sudah masak, setelah bangun aku pasti akan
langsung pergi lewat pintu belakang, mengumpulkan kacang-kacang yang
rontok di tanah, dan memakannya di sekolah.” (Hlm. 12)
“Di hari kepergianku, Kiyo datang di pagi hari dan membantuku bersiap-siap.”
(Hlm. 27)
 “”..Ketika mendengar alasannya, aku pun setuju. Tapi untuk memastikan, pagi
ini aku pergi ke sana untuk memeriksa masalah lebih lanjut.”” (Hlm. 100)
“”Ibu Koga-san datang pagi ini dan menceritakan semuanya.”” (Hlm. 147)
“Ketika aku pergi ke sekolah di pagi hari pesta perpisahan Koga, Hotta
mendadak mengutarakan permintaan maaf yang panjang-lebar kepadaku.” (Hlm.
156)
 “Tidak banyak orang yang hadir di upacara tadi pagi, tapi kini tempat itu
penuh.” (Hlm. 187)
 “Pagi berikutnya ketika membuka mata, aku mendapati seluruh
tubuhku terasa sakit.” (Hlm. 194)
“.., aku melahap sarapan dengan cepat dan tiba di sekolah paling
awal.” (Hlm. 196)
“Akhirnya kami tetap duduk menunggu, berusaha bersabar, hingga
pukul lima pagi.” (Hlm. 212)
“Saat itu masih terlalu pagi untuk kereta, jadi mereka harus berjalan
pulang melewati daerah istana.” (Hlm. 212)
“Aku tiba di tempatku menginap tepat sebelum pukul tujuh pagi.”
(Hlm. 215)
SORE HARI
“Di satu sore, aku bersembunyi di balik pagar dan akhirnya menangkap
basah dirinya.” (Hlm. 12)
“Dalam perjalanan pulang aku mengeluh kepada Hotta soal betapa
konyolnya mewajibkan kami tetap tinggal di sekolah hingga pukul tiga
sore...” (Hlm. 46)
“Aku harus menunggu sendirian di sekolah hingga pukul tiga, hingga
para murid selesai membersihkan kelas mereka.” (Hlm. 46)
“Sore harinya diadakan pertemuan untuk memutuskan tindakan apa
yang akan diambil kepada para penghuni asrama yang
mempermainkanku.” (Hlm. 102)
“..,tapi aku tetap pergi ke rumahnya pukul empat sore.” (Hlm. 142)
MALAM HARI
 “Malam itu ibuku pergi ke rumah sebelah untuk meminta maaf dan pulang dengan
membawa lengan kimonoku.” (Hlm. 13)
 “Dia akan diam-diam membeli tepung dan menyimpannya, kemudian di malam-malam
dingin, tanpa mengatakan apa pun, dia akan datang membawakanku sup mi saat aku
berbaring di tempat tidur.” (Hlm. 17)
 “Ketika dia sudah pergi, aku mulai mempersiapkan materi kelas besok, kemudian pergi
tidur.” (Hlm. 48)
 “Suatu malam ketika berjalan-jalan id bagian kota yang bernama Omachi,...” (Hlm. 51)
 “..., tapi di suatu malam pada hari keempat,...” (Hlm. 54)
 “Aku biasa pergi kesana di malam hari sekaligus olahraga sebelum makan malam.”
(Hlm. 55)
 “Ketika akhirnya malam tiba, aku naik kereta kembali ke stasiun Komachi.” (Hlm. 60)
 “Dia berhenti dan berkata dengan nada serius, “Mungkin saya keliru, tapi bukankah
Anda sedang tugas malam?”...” (Hlm. 61)
 “Sebenarnya malam sebelumnya aku memang memintanya membelikanku teh, tapi teh
 “”Hei! Bukankah kau sedang tugas malam?” tanyanya.” (Hlm. 61)
“Gelap datang tak lama kemudian dan aku memanggil si penjaga sekolah untuk berbincang-
bincang.” (Hlm. 62)
“Aku melihat jam dan mendapati saat itu pukul setengah sebelas.” (Hlm. 68)
“.., ketika tiba-tiba dari arah ujung yang diterangi sinar rembulan terdengar,...” (Hlm. 70)
“”Ini tengah malam!” Lalu aku berlari menyusuri koridor.” (Hlm. 70)
“Tampaknya di malam insiden, guru yang bertugas malam meninggalkan sekolah dan pergi ke
pemandian air panas.” (Hlm. 113)
“Sejak malam itu, aku menjadi penghuni rumah Hagino.” (Hlm. 119)
“Harus kuakui, aku merasa sangat terganggu pada malam-malam ketika si kakek melantunkan
lirik sandiwara Jepang dengan suara khususnya,...” (Hlm. 121)
 “Kemudian aku duduk di dalam untuk makan malam.” (Hlm. 129)
“Kami makan umbi malam sebelumnya dan malam sebelum itu, malam ini pun menunya
sama.” (Hlm. 129)
“”Selamat malam. Apakah kau akan pergi ke pemandian air panas?...” (Hlm. 134)
“Ketika aku meninggalkan hotel pemandian air panas, aku disapa bulan indah.” (Hlm. 135)
 “Menoleh ke belakang, ke kota pemandian air panas, aku bisa melihat lampu-lampu
merah bercahaya dalam sinar rembulan.” (Hlm. 138)
“Dengan bantuan sinar bulan, aku berhasil melihat dua sosok bayangan.” (Hlm. 138)
“Rembulan bersinar di belakangku.” (Hlm. 139)
“Rembulan bersinar penuh dan tanpa halangan ke wajahku, menyinari segalanya
mulai dari rambut cepak hingga daguku.” (Hlm. 139)
“Karena perasaanku terhadapnya saat itu tidak baik, aku berkomentar bahwa aku
melihatnya dua kali kemarin malam.” (Hlm. 142)
“”Di stasiun--apakah kau selalu pergi pada jam itu? Agak larut, bukan?”” (Hlm. 142)
“..si nenek datang membawakanku makan malam seperti biasa. Aku bertanya apakah
makan malam hari ini kentang lagi, tapi dia menjawab tidak, malam ini menunya
tahu.” (Hlm. 147)
“Aku benar-benar tidak mengerti kenapa si kakek bisa melengkingkan syair-syair
seperti itu setiap malam tanpa merasa bosan.” (Hlm. 150)
“”Kau sama sekali benar dengan kata-katamu, tapi karena aku tidak mau kenaikan
gaji, maka aku menolak. Tidak perlu berpikir ulang, jawabannya akan tetap sama.
Selamat malam.”” (Hlm. 155)
 “”Hotta, bagaimana kalau begini? Setelah puas minum di pesta perpisahan malam
ini, bagaimana kalau kau memberi Kemeja Merah dan si Badut pelajaran?” saranku
setengah bercanda.” (Hlm. 161)
“Koga dan aku berpisah dalam perjalanan pulang dan aku sampai kembali di rumah
sebelum jam sebelas malam.” (Hlm. 175)
“”Mengawasi? Maksudmu, sepanjang malam?” (Hlm. 184)
“Kemeja Merah hanya bisa pergi ke penginapan seberang di malam hari.” (Hlm. 206)
“Paling cepat dia akan datang pada pukul sembilan malam.” (Hlm. 206)
“Bintang-bintang menebarkan sinar lemah ke permukaan shoji, namun sang rembulan
belum tampak.” (Hlm. 208)
“Malam itu, Hotta dan aku pergi meninggalkan kota malang itu.” (Hlm. 216)
SUATU KALI
 “Kali lain yang membuatku terlibat masalah besar adalah ketika aku
menyumbat sumur sawah Furukawa.” (Hlm. 13)
“Pernah suatu kali, saat kami bermain catur Jepang, dia mengambil
langkah curang dan tampak sangat bangga saat meledek posisi
sulitku.” (Hlm. 15)
“Aku ingat pernah suatu kali saat aku tinggal di losmen Ogawamachi,
mahasiswa hukum yang tinggal di bawah datang.” (Hlm. 62)
DUA ATAU TIGA HARI
 “Ibuku sakit, dan sekitar dua atau tiga hari sebelum dia meninggal, aku
berjungkir balik di dapur dan menabrakkan tulang rusukku dengan keras
ke sudut kompor masak.” (Hlm. 14)
“Selama dua atau tiga hari, benakku hanya dipenuhi harapan ini.” (Hlm.
120)
“Dua atau tiga hari kemudian, ketika aku sampai di rumah sepulangnya
dari sekolah, si nenek menampilkan senyuman lebar sambil memberitahu
surat yang kutunggu-tunggu akhirnya telah datang.” (Hlm. 126)
“”Bagaimanapun, kita coba lihat saja bagaimana keadaannya dua atau
tiga hari ke depan...” (Hlm. 200)
DUA ATAU TIGA JAM
 “”Kalau kau memang bersikeras, aku tidak akan memaksamu untuk menerima,
tapi kau sadar bahwa mengubah keputusan hanya dalam jangka waktu pendek dua
atau tiga jam, ditambah lagi tanpa alasan yang kuat...” (Hlm. 154)
DUA ATAU TIGA DETIK
 “Selama dua atau tiga detik, dia hanya diam sambil ternganga seperti ikan yang
mencari udara.” (Hlm. 174)
SEPANJANG HIDUP
 “Satu-satunya yang bisa kubanggakan adalah kenyataan bahwa
sepanjang hidupku--sejauh ini--aku belum pernah harus mengalami
hukuman kerja paksa.” (Hlm. 14)
SEPANJANG WAKTU
 “Aku merasa kasihan kepada Koga, orang itu hanya duduk sepanjang
waktu,...” (Hlm. 173)
SEJAK AWAL
 “Sejak awal aku tidak mengharapkan kenaikan gaji, aku setuju hanya
karena aku tidak mau melihat uang tambahan tersia-sia.” (Hlm. 150)
IBU MENINGGAL
 “Setelah ibu meninggal, aku tinggal bersama Ayah dan kakakku.”
(Hlm. 15)
“Ketika ibuku meninggal, Kiyo mulai lebih menunjukkan rasa kasih
sayangnya.” (Hlm. 16)
LIMA ATAU ENAM TAHUN PERTAMA
SETELAH KEMATIAN IBU
 “Begitulah hidupku selama lima atau enam tahun pertama setelah
kematian ibuku: membuat masalah dengan ayahku, bertengkar dengan
kakakku, dan memperoleh kue-kue yang dibeli untukku, juga
terkadang pujian dari Kiyo.” (Hlm. 20)
DI BULAN JANUARI TAHUN KEENAM
KEMATIAN IBU
 “Di bulan Januari tahun keenam kematian ibuku, ayahku pergi
menyusulnya, akibat sakit ayannya.” (Hlm. 20)
DI BULAN APRIL TAHUN KEENAM
KEMATIAN IBU
 “Di bulan April tahun yang sama, aku lulus dari sekolah menengah
swasta...” (Hlm. 20)
DI BULAN JUNI
 “..di bulan Juni, kakakku lulus sekolah bisnis.” (Hlm. 20)
SATU KALI DALAM SEMINGGU
 “Kami selalu terlibat pertengkaran kira-kira satu kali dalam
seminggu.” (Hlm. 15)
KINI
 “..tapi kini aku harus meninggalkan kamar ini.” (Hlm. 24)
“”Mungkin kita harus kembali sekarang?” tanya Kemeja Merah seolah pikiran itu
baru saja datang ke kepalanya.” (Hlm. 87)
“Kini para guru yang duduk di tiap sisi ruangan sudah menempati kursi masing-
masing, si Kemeja Merah pun segera kembali ke tempatnya sendiri.” (Hlm. 99)
“Kini sesudah mendengar kata-kata Hotta, aku menyadari telah keliru dan berpikir
memang pantas ditegur karenanya.” (Hlm. 113)
“.., tapi kini, setelah aku tinggal di daerah pedesaan seperti ini, mataku terbuka
betapa Kiyo orang baik.” (Hlm. 120)
“Aku kini begitu dekat dengan mereka sehingga bisa mendengar setiap kata yang
mereka ucapkan dengan jelas.” (Hlm. 139)
“Kini dia mulai berjalan mondar-mandir di dalam ruangan,...” (Hlm 173)
KADANG-KADANG
 “Kadang-kadang di dapur, saat tidak ada orang lain, Kiyo akan
berkata, “Kau selalu berterus terang, sifatmu baik.” (Hlm. 16)
“Ada saat-saat ketika dia bahkan membelikanku semangkuk mi
dengan sayuran.” (Hlm. 17)
BARU AKAN TERJADI LAMA
KEMUDIAN
 “..meski ini baru akan terjadi lama kemudian, meminjamiku tiga
yen.” (Hlm. 17)
SELANG BEBERAPA LAMA
 “Selang beberapa lama, aku mendengar suara mengalir di dekat
sumur...” (Hlm. 17)
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
 “Beberapa saat kemudian, mereka memanggilku dan
memberitahukan kamar mandi telah siap.” (Hlm. 30)
“Beberapa saat kemudian, Kemeja Merah datang ke pintu sambil
membawa lampu.” (Hlm. 151)
“Beberapa saat kemudian, ruangan pun dipenuhi hiruk-pikuk saat
setiap orang mulai menyanyikan lagu masing-masing dengan suara
keras dan lantang.” (Hlm. 171)
SETELAH BEBERAPA LAMA
 “Setelah beberapa lama, Koga, pria yang sedang kami tunggu-
tunggu, datang dengan penampilan berantakan.” (Hlm. 105)
“Setelah beberapa lama, Hotta berdiri lagi.” (Hlm. 113)
“Kian lama ruangan kian gelap dan setelah beberapa lama, akhirnya
sulit membaca surat di dalam.” (Hlm. 127)
BEBERAPA LAMA
 “”Kita masih bakal harus menunggu beberapa lama. Anda akan lelah
berdiri. Jangan ragu-ragu, silahkan duduk,” ujarku, mengulangi
undangan tadi.” (Hlm. 131)
“Kami melanjutkan dengan percakapan tanpa arah selama beberapa
lama...” (Hlm. 145)
SELAMA LIMA ATAU ENAM TAHUN
 “Meskipun tidak ada kejadian besar menimpaku saat itu, aku merasa
seolah telah berada di sana selama lima atau enam tahun.” (Hlm. 138)
DUA HARI
 “Dua hari sebelum berangkat ke Kyushu, kakakku datang ke losmen
tempatku tinggal...” (Hlm. 22)
“Kami berpisah dua hari kemudian di stasiun Shimbashi dan tidak
pernah berjumpa lagi sejak saat itu.” (Hlm. 23)
SEHARI
 “Sehari setelah aku melihatnya di tepi sungai Nozeri, dia bergegas
menghampiriku di sekolah, duduk di sampingku, lalu mulai berbicara
tentang ini dan itu...” (Hlm. 142)
SEHARIAN
 “Itu akan kembali membutuhkan waktu seharian.” (Hlm. 146)
SETAHUN
 “Aku tahu bila aku tinggal di sana selama setahun, terus-menerus
dipermainkan para murid,...” (Hlm. 179)
TIGA TAHUN
 “Dengan menggunakan dua ratus yen per tahun, aku bakal bisa sekolah selama
tiga tahun.” (Hlm. 23)
“Dan, bila aku bekerja keras selama tiga tahun itu, aku mungkin akan bisa meraih
sesuatu.” (Hlm. 23)
“Selama tiga tahun aku belajar sekeras semua orang, tapi karena tidak memiliki
kecerdasan yang istimewa, selalu akan lebih mudah melihat posisiku di kelas dari
urutan bawah.” (Hlm. 24)
“Sejujurnya, meski aku telah belajar selama tiga tahun, aku tidak punya keinginan
untuk menjadi guru, ataupun bayangan tinggal di pedesaan.” (Hlm. 24)
“Selama tiga tahun terakhir ini aku telah mengurung diri dalam kamar empat kali
empat meter, tanpa perlu sekali pun mendengar omelan orang lain.” (Hlm. 24)
EMPAT TAHUN
 ““..karena anaknya sudah bekerja selama empat tahun di sana.””
(Hlm. 148)
BERTAHUN-TAHUN LALU
 “Bertahun-tahun lalu, waktu aku masih di sekolah dasar, ada anak di
kelas kami, Tami Asai, yang ayahnya berwarna kulit serupa.” (Hlm.
36)
TIGA MENIT
 “”..Aku khawatir sudah ketinggalan kereta. Aku bergegas datang ke
sini. Kita masih punya tiga menit. Apakah jam itu tidak terlambat?””
(Hlm. 134)
LIMA MENIT
 “Kami baru bergerak berkelontangan kurasa sekitar lima menit dalam
kereta ketika sudah tiba saatnya diriku turun.” (Hlm. 29)
 “Saat melihat jam stasiun, aku mengetahui kereta berikutnya akan
datang lima menit lagi.” (Hlm. 133)
BEBERAPA JAM KEMUDIAN
 “Beberapa jam kemudian, keadaan di ruangan menjadi tidak
terkendali.” (Hlm. 167)
TIGA MINGGU LAGI
 “Perkiraanku, jeruk-jeruk itu akan siap dipanen paling lama tiga
minggu lagi.” (Hlm. 182)
SELAMA TIGA HARI
 “Ketika membayangkan Koga, aku berpikir tiga hari tanpa makan
dango atau bahkan tanpa makanan apa pun masih terasa ringan. (Hlm.
136)
“Buang-buang waktu saja! Kalau memang harus begitu, bukankah
lebih baik sekalian memaku sertifikat ini di dinding ruang guru selama
tiga hari?” (Hlm. 33)
SUATU HARI
 “Namun untungnya ketika suatu hari aku melewati Sekolah Ilmu
Alam Tokyo, aku melihat pengumuman penerimaan siswa baru.”
(Hlm. 23)
“Suatu hari Kemeja Merah bertanya apakah aku bersedia datang ke
rumahnya karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.” (Hlm. 142)
“Dia berkata aku bahkan pernah memanggil dirinya tolol hari itu di
sekolah.” (Hlm. 158)
DELAPAN HARI
 “Delapan hari setelah kelulusan, kepala sekolah datang dan
mengajakku ke kantornya.” (Hlm. 24)
TIGA HARI SEBELUMNYA
 Kesepakatan telah ditetapkan dan tiga hari sebelum hari
keberangkatanku, aku mengunjungi Kiyo.” (Hlm. 26)
“Ibuku, tiga hari sebelum dia meninggal, sudah kehilangan
harapan...” (Hlm. 16)
HARI INI
 “Kau bisa melihat tempatnya hari ini...” (Hal. 41)
“Akhirnya datang juga hari aku mulai mengajar.” (Hal. 43)
“..”..Kalau dengan keahlian Anda saja, ikan bisa melarikan diri, kami mungkin tidak akan beruntung
hari ini.”” (Hlm. 81)
“Hari ini, karena marah, Hotta sedang memutar-mutar bola matanya dan terkadang melihat ke arahku.”
(Hlm. 103)
“Sungguh penghinaan terhadap para dewa yang memberkati kita hari ini.” (Hlm. 124)
“..aku biasa hidup untuk hari ini.” (Hlm. 137)
“Aku bertanya apakah makan malam hari ini kentang lagi...” (Hlm. 147)
“Akhir-akhir ini setiap kali melihat Koga, aku merasa betapa malang dirinya, dan kini, hari ini ketika
akhirnya dia akan benar-benar berangkat,...” (Hlm. 158)
“”Hotta, bagaimana kalau begini? Setelah puas minum di pesta perpisahan malam ini, bagaimana kalau
kau memberi Kemeja Merah dan si Badut pelajaran?” saranku setengah bercanda.” (Hlm. 161)
“”Karena hari ini perayaan kemenangan,” katanya,...” (Hlm. 182)
“”Hingga hari ini, aku sudah menghabiskan lima yen dan enam puluh sen untuk sewa kamar...” (Hlm.
209)
TAK LAMA KEMUDIAN
 “Tak lama kemudian aku menemukan stasiun kereta dan membeli tiket tanpa kesulitan
lain.” (Hlm. 29)
“Si kuli bergerak dengan cukup cepat sehingga tak lama kemudian kami tiba di
penginapan bernama Yamashiroya.” (Hlm. 30)
“Gelap datang tak lama kemudian dan aku memanggil si penjaga sekolah untuk
berbincang-bincang.” (Hlm. 62)
“Tidak lama setelah kedatangan gadis itu, aku sama sekali melupakan kehadiran Koga
dan menatap terus ke arahnya.” (Hlm. 133)
“Tidak lama kemudian botol-botol sake mulai beredar bebas dan mendadak seluruh
ruangan menjadi hidup.” (Hlm. 167)
“Tak lama kemudian grup penari dari Kochi yang diributkan orang-orang memulai tarian
mereka.” (Hlm. 188)
“Tak lama kemudian, Hotta datang.” (Hlm. 197)
“Tak lama setelah itu, seorang teman membantuku mendapatkan pekerjaan sebagai
asisten mekanik di Tokyo Tramcar Company.” (Hlm. 217)
TAK LAMA BERSELANG
 “Tak lama berselang, si pembantu membawakan makanan.” (Hlm.
30)
 “Tak lama berselang, aku merasa sesuatu menarik taliku.” (Hlm. 82)
TIDAK LAMA
“”..kurasa tidak lama lagi, ketika waktunya tiba, kita mungkin akan
bisa melakukan sesuatu tentang balas jasamu.”” (Hlm. 144)
“Tidak lama setelah Kemeja Merah duduk, Hotta melompat berdiri..”
(Hlm. 164)
“Segera setelah pidato-pidato berakhir, suara mengisap dan
menyeruput terdengar dari segala sisi.” (Hlm. 166)
“Dia bilang sebentar lagi jeruk-jeruk itu akan masak dan bila sudah
begitu, aku boleh makan sebanyak yang aku mau.” (Hlm. 182)
SETELAH BEBERAPA SAAT
 “Setelah beberapa saat dia mulai bersenandung,...” (Hlm. 188)
waktu masih di sekolah menengah
 “Waktu masih di sekolah menengah, aku mempelajari kata bahasa
Inggris “witch” yang artinya nenek sihir.” (Hlm. 41)
DALAM PERJALANAN PULANG
 “Dalam perjalanan pulang, Hotta mentraktirku semangkuk es serut
rasa buah di bagian kota yang bernama Toricho.” (Hlm. 42)
DI KEMUDIAN HARI
 “Di kemudian hari, aku mendengar dia ternyata guru favorit para
murid di sekolah.” (Hlm. 42)
“Hari berikutnya aku menunggu koran datang dalam kegelisahan.”
(Hlm. 201)
“Hari berikutnya, aku pergi ke sekolah dan berbicara dengan Kepala
Sekolah di kantornya.” (Hlm. 203)
dua tahun lalu
 “Kenyataannya dua tahun lalu waktu aku membantu seseorang dalam
urusan kirim-mengirim barang ke Imperial Hotel, para anggota staf
hotel menyangka aku ada di sana untuk memperbaiki kunci...” (Hlm.
47)
bertahun-tahun
 “Aku diberitahu butuh latihan keras bertahun-tahun untuk bisa
melakukan tarian ini,...” (Hlm. 189)
tahun lalu
 “”Melanjutkan cerita, tahun lalu ayah Koga-sensei meninggal dunia--
keluarga mereka kesulitan uang sebelum itu, mereka juga punya
saham di bank.” (Hlm. 124)
lima tahun lalu
 “Memang benar lima tahun lalu, Kiyo pernah meminjamkan tiga yen
yang tidak pernah kukembalikan.” (Hlm. 95)
setengah jam berlalu
 “Setelah sekitar setengah jam berlalu, akhirnya aku berhasil
menumpas mereka.” (Hlm. 64)
satu jam
 Selama sekitar satu jam, aku terlibat dalam pertengkaran dengan lima
puluh orang di antara murid-murid itu ketika si Tanuki mendadak
datang.” (Hlm. 74)
“Kemeja Merah dan Yoshikawa meneruskan acara pancing mereka,
dan setelah satu jam menangkap sekitar lima belas atau enam belas
ikan.” (Hlm. 84)
kurang dari setengah bulan
 “..dan bahkan dengan itu aku masih mau pergi dari sana setelah
kurang dari sebulan.” (Hlm. 146)
setiap bulan
 ““Ibu Koga-san datang menemui Kepala Sekolah dan bertanya
apakah dia bisa membayar lebih untuk anaknya setiap bulan...”” (Hlm.
148)
seusai jam sekolah berakhir
• Memang benar setiap kali aku membuat kekonyolan di dlan kelas, aku
akan menyesalinya saat itu juga, tapi perasaan itu akan lenyap setelah
kira-kira setengah jam kemudian. 49
musim gugur
“Udara jadi dingin. Musim gugur akhirnya menjumpai kita.” (Hlm.
92)
waktu pertama datang ke sekolah
 “Hotta-lah yang mentraktirku semangkuk es serut rasa buah waktu
aku pertama datang ke sekolah.” (Hlm. 95)
keesokan harinya
 “Dengan rencana dalam kepala, keesokan harinya aku pergi ke
sekolah lebih awal daripada biasa dan menunggu kedatangan Hotta.”
(Hlm. 96)
“”Kalau begitu, besok aku akan menyerahkan surat pengunduran diri
dan kembali ke Tokyo segera...”” (Hlm. 200)
kemarin
 “Si Kemeja Merah datang dan meminta maaf telah memaksaku ikut
memancing kemarin, kemudian berkata pasti aku merasa bosan karenanya.”
(Hlm. 97)
“.., dia memintaku untuk tidak mengatakan apa-apa pada siapa pun tentang
hal-hal yang diceritakannya kepadaku di perahu kemarin.” (Hlm. 97)
“”Kau tidak punya pilihan lain. Si pemilik rumah datang dan memberitahuku
kemarin bahwa dia mau kau keluar...”” (Hlm. 100)
“Karena perasaanku terhadapnya saat itu tidak baik, aku berkomentar bahwa
aku melihatnya dua kali kemarin malam.” (Hlm. 142)
“Kejutan sudah menungguku. Perkelahian kemarin tertulis di sana” (Hlm.
194)
beberapa menit kemudian
 “Beberapa menit kemudian bel jam pelajaran berbunyi.” (Hlm. 102)
pada detik itu
 “Pada detik itu, Hotta, yang sejak awal hanya duduk diam
mendengarkan, tiba-tiba berdiri dengan pasti.” (Hlm. 111)
detik-detik terakhir
 “Ketika aku berusaha berbicara dalam pertemuan staf guru atau
acara-acara formal lainnya, tenggorokanku akan tersumbat di detik-
detik terakhir, membuatku bisu.” (Hlm. 135)
setelah dua puluh hari
 “Sang guru yang menjadi topik pembicaraan dilimpahkan tugas
malam hanya setelah dua puluh hari kedatangannya.” (Hlm. 112)
PUKUL EMPAT TIGA PULUH MENIT
 “Cara mereka membereskan makanan dengan sigap pada pukul
empat tiga puluh menit tak salah lagi merupakan tindakan heroik.”
(Hlm. 60)
selama seminggu
 “Hanya untuk memberitahu, hasilnya adalah para penghuni asrama
dihukum kurung dalam sekolah selama seminggu serta harus datang
dan meminta maaf padaku.” (Hlm. 114)
“Memeriksa lebih jauh lagi, tampaklah bahwa surat itu berada di
Yamashiroya selama seminggu.” (Hlm. 126)
tempo hari
 “Tempo hari, mereka pernah memberitahuku mereka punya kamar kosong
yang tersia-siakan.” (Hlm. 119)
“Tadinya aku tertarik melihat-lihat, tapi bayangan akan mendapatkan
masalah dengan si Tanuki lagi, seperti yang kualami di rapat tempo hari,
mencegahku melakukan itu dan menuntunku kembali berjalan
melewatinya.” (Hlm. 136)
“”Tetaplah seperti sekarang, kalau begitu. Tidak masalah. Tapi aku harap
kau takkan melupakan pembicaraan kita tempo hari.”” (Hlm. 143)
“”Tempo hari ketika Ikagin datang meminta bantuanku untuk mengusirmu
pergi dari rumah mereka karena kau tidak sopan,...” (Hlm. 156)
di hari setelah kepergianku dari ikagin
 “Yang membuatku terkejut adalah, di hari setelah kepergianku dari
Ikagin, Yoshikawa pindah ke sana dan tinggal di kamar lamaku seolah
hal tersebut merupakan hal paling biasa di dunia.” (Hlm. 119)
ketika
 “Ketika kami masih hidup bersama, aku tidak pernah
menyadarinya,...” (Hlm. 120)
“Ketika aku meninggalkan Tokyo, Kiyo sedang pilek, kira-kira
bagaimana keadaannya sekarang?...” (Hlm. 120)
“Ketika penantian sudah menguasaiku, terkadang aku akan pergi
menemui istri pemilik rumah apakah telah datang surat untukku.”
(Hlm. 120)
sejak hari itu
 “”..Orang bilang sejak hari itu, hubungan antara Kemeja Merah dan
Hotta-san jadi buruk.”” (Hlm. 125)
sejak saat itu
 “Sejak saat itu, aku dan Hotta tidak pernah saling berbicara.” (Hlm.
141)
dua puluh satu jam seminggu
 “Tanpa nutrisi dari telur tadi, aku takkan punya tenaga untuk
mengajar selama dua puluh satu jam seminggu.” (Hlm. 130)
setiap hari
 “Karena setiap hari pergi ke sana, pergi ke sana sudah menjadi
kebiasaanku...” (Hlm. 130)
“Diberitahu begitu, aku berniat makan dua atau tiga buah setiap hari.”
(Hlm. 182)
dua atau tiga menit
 “Aku tiba di stasiun kira-kira dua atau tiga menit setelah kereta
berangkat dan ada waktu sebentar sebelum kereta berikutnya datang.”
(Hlm. 131)
pada saat itu
 “Pada saat itu terdengar suara tawa wanita muda dari arah pintu
masuk.” (Hlm. 132)
“Saat itu ada terlalu banyak murid untuk bisa mengetahui siapa yang
mengucapkannya.” (Hlm. 178)
tiba-tiba
“Lalu tiba-tiba Kepala Sekolah memanggil Koga-san ke kantornya.”
(Hlm. 148)
“Mungkin dia takjub karena tiba-tiba harus dihadapkan dengan satu-
satunya orang di dunia yang menolak kenaikan gaji.” (Hlm. 152)
di abad kesembilan
“Di abad kesembilan, Sugawara Michizane, pejabat pemerintahan
terkenal, terlibat dalam masalah politik dan akibatnya diasingkan...”
(Hlm. 150)
“Dia memberitahuku karya itu ditulis oleh kaligrafis terkenal, Nukina
Kaioku, yang hidup di abad kesembilan.” (Hlm. 163)
abad ketujuh belas
 “Kawai Matagoro pun, pembunuh bayaran abad ketujuh belas, bisa
mengungsi ke Sagara.” (Hlm. 150)
sepersekian detik
“Kalau orang di sampingmu terlalu cepat atau lambat barang
sepersekian detik saja, kau bisa kehilangan hidung atau membelah
kepala orang.” (Hlm. 189)
“Selama beberapa detik, Hotta hanya berdiri dalam kebingungan
melihat kekacauan ini,...” (Hlm. 191)
bulan februari tahun itu
“Akan tetapi sayangnya, dia terserang radang paru-paru dan
meninggal dunia pada bulan Februari tahun itu.” (Hlm. 217)
di hari sebelum kematiannya
 “Di hari sebelum kematiannya, dia memanggilku dan berkata,...”
(Hlm. 217)
Kesimpulan
Latar waktu dari novel Botchan adalah:  Dua atau tiga detik
 Saat masih di sekolah dasar.  Sepanjang hidup.
 Saat sampai di rumah.  Sepanjang waktu.
 Sejak aku kecil.  Sejak awal.
 Siang hari.  Ibu meninggal.
 Pagi hari.  Lima atau enam tahun pertama setelah
 Sore hari. kematian ibu.
 Malam hari.  Di bulan Januari tahun keenam
kematian ibu.
 Suatu kali.
 Di bulan April tahun keenam kematian
 Dua atau tiga hari. ibu.
 Dua atau tiga jam.  Di bulan Juni
 Satu kali dalam seminggu.
 Kini  Tiga tahun.
 Kadang-kadang  Empat tahun.
 Baru akan terjadi lama kemudian.  Bertahun-tahun lalu.
 Selang beberapa lama.  Tiga menit.
 Beberapa saat kemudian.  Lima menit.
 Setelah beberapa lama.  Beberapa jam kemudian.
 Beberapa lama.  Tiga minggu lagi.
 Selama lima atau enam tahun.  Selama tiga hari.
 Dua hari.  Suatu hari.
 Sehari.  Delapan hari.
 Seharian.  Tiga hari sebelumnya.
 Setahun.  Hari ini
 Tak lama kemudian.  Kurang dari setengah bulan.
 Tak lama berselang.  Setiap bulan.
 Tidak lama.  Seusai jam sekolah berakhir.
 Setelah beberapa saat.  Musim gugur.
 Waktu pertama datang ke sekolah.
 Waktu masih di sekolah menengah.
 Keesokan harinya.
 Dalam perjalanan pulang.
 Kemarin.
 Di kemudian hari.
 Beberapa menit kemudian.
 Dua tahun lalu.
 Pada detik itu.
 Bertahun-tahun.  Detik-detik terakhir.
 Tahun lalu.  Setelah dua puluh hari.
 Lima tahun lalu.  Pukul empat tiga puluh menit.
 Setengah jam berlalu.  Selama seminggu.
 Satu jam.  Tempo hari.
 Di hari setelah kepergianku dari Ikagin.
 Ketika.
 Sejak hari itu.
 Sejak saat itu.
 Dua puluh satu jam seminggu.
 Setiap hari.
 Dua atau tiga menit.
 Pada saat itu.
 Tiba-tiba
 Di abad kesembilan.
 Abad ketujuh belas.
 Sepersekian detik.
 Bulan Februari tahun itu.
 Di hari sebelum kematiannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai