■ Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Diksi dan pengimajian memiliki
hubungan yang sangat erat. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian.
Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak
(imaji visual), atau sesuatu yang dapat Anda rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil).
Ketiganya digambarkan oleh bayangan konkret yang dapat Anda hayati secara nyata.
Dalam puisi tersebut, dipilih kat-kata yang berisi sikap kagum penyair kepada perempuan-
perempuan perkasa. Untuk menunjukkan rasa kagum itu, penyair tidak cukup dengan
penyebutan perempuan perkasa. Untuk memperkonkret gambaran dalam pikiran pembaca, Ia
menggunakan pengimajian berupa ungkapan /Perempuan-perempuan yang membawa bakul
di pagi buta./. Untuk menunjukkan kendaraan bagi perempuanperempuan itu secara konkret
penyair menciptakan pengimajian "Di atas roda-roda baja mereka berkendara".
■ Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imajinasi karena dapat
ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret
"salju" di mana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan sebagainya.
Sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan dan sebagainya.
■ Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis gaya bahasa atau
majas yang sering digunakan dalam puisi adalah:
1. Metafora
Metafora adalah kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri duyung.
engkaulah putri duyung
tawananku
putri dyung dengan suara merdu
lembut bagi angin laut
mendesahlah bagiku.
2. Anafora
Yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk
penekanan atau keefektifan bahasa. Misalnya, terdapat dalam salah satu puisi Sapardi Djoko
Damono berikut.
Kita tinggalkan kota ini, ketika menyeberang sungai terasa waktu masih mengalir di luar
diri kita. Awas, jangan menoleh, tak ada yang memerlukan kita lagi tak ada yang
memanggil kembali.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang
dialamai manusia. Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah menulis :
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dengan cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas.
4. Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Untuk melebih-lebihkan sifat jelek yang
dikritik, Rendra membuat hiperbola sebagai berikut:
politisi dan pegawai tinggi
adalah caluk yang rapih
kongres-kongres dan konferensi
tak pernah berjalan tanpa kalian.
5. Ironi
Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak digunakan ironi, yakni kata-kata
yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme
dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau
mengeritik. Nada sinisme dapat dinikmati dalam sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir"
ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri
tapi tumbuh dari negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam
kota metropulitan disini
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia, dan negara
industri lainya.
Puisi Chairil Anwar tersebut terdiri atas enam bait, tiga di antaranya merupakan bait yang
hanya terdiri atas satu larik puisi tersebut. Salah satunya terdapat dalam penggalan tersebut,
yakni bait "mendampar tanya: aku salah?" Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk
suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda
dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
■ Sajak/Rima
Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai pilihan kata yang
digunakan.
Contoh:
Hati yang masygul menjadi senang
Sukma riang terbang melayang
Karna lahir kerinduan semalam
Ribaan Hua yang ku kenang
Kudapat terang kasih dan sayang
Serta damai hati di dalam
Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi sengau dalam sajak
ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa senang si aku karena ia mendapat kasih
sayang, serta kedamaian hati sebab kerinduannya pada Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan
hatinya. Perhatikan pula sajak akhir baris, kekonsistenan pada keindahan rima/sajak
ditonjolkan pada kata /senang, melayang, semalam, ku kenang, sayang, dan dalam/.
■ Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi tersebut. Untuk menemukan isi puisi, kamu
harus mendengarkan pembacaan puisi dengan saksama dan memahami simbol atau lambang
dari puisi.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
Dari bait puisi di atas, dapat ditemukan isinya, yaitu sebagai berikut. Dalam sajak di atas
menampilkan ide atau gagasan individualisme di Aku yang ingin hidup mandiri. Ku mau
menunjukkan semangat individualisme si penyair.
Si Aku dengan kemauannya sendiri menolak orang lain untuk bersedih pada saat
kematiannya. Bahkan orang yang paling dekat dengan dia tidak perlu bersedih pada saat
kematiannya nanti. Orang yang paling dekat dengan dia pun tidak perlu bersedih sebab
hidup-mati itu adalah tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu tak perlu sedu sedan itu!
■ Rasa (Feeling)
Yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak
tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
■ Nada (Tone)
Adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca dan sebagainya.