Anda di halaman 1dari 3

KAJIAN PUISI

Analisis Puisi “Pada Suatu Hari Nanti” karya Sapardi Djoko Damono
Nama
Dosen Pengampu Media Diskusi Dateline
Mahasiswa
Ridho Kurnia WhatsApp Group,
Julisah Izar, S.Pd.I., M.Hum 16 Nov 2020
( I1B119030 ) E-learning, Zoom

Pada Suatu Hari Nanti


Karya Sapardi Djoko Damono

Pada suatu hari nanti


Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti


Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti


Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

A. Diksi
Diksi yang dipakai dalam puisi ini terdapat larik berikut:
Pada suatu hari nanti
Kata-kata yang digunakan pada larik tersebut mudah untuk dipahami,
pembaca bisa mengerti maksudnya, yaitu menceritakan tentang sesuatu yang akan
datang.
Jasadku tak akan ada lagi
Pada larik tersebut memiliki makna yaitu pada suatu saat nanti tokoh / penulis
tersebut tidak aka nada lagi di dunia.
B. Makna Denotasi
Makna denotasi atau makna yang sesungguhnya dan menyatakan maksud
yang sebenarnya dengan jelas terlihat secara eksplisit pada puisi ini terdapat pada
larik berikut:
Pada suatu hari nanti

Kau takkan kurelakan sendiri

Kau akan tetap kusiasati

Kau takkan letih-letihnya kucari


C. Makna Konotasi
Makna konotasi atau makna yang tidak sesunguhnya, makna ini adalah
kebalikan dari denotasi yang memiliki makna sesungguhnya. Pada makna ini frasa
yang terlihat pada larik memiliki makna kiasan yang tidak dapat dilihat langsung dari
larik tersebut. Dapat dikatakan sebagai makna implisit. Pada puisi ini terdapat pada
kata, sebagai berikut:
Jasadku, Suaraku dan Impianku
Pada kata di atas yang mana pada kata tersebut dapat diartikan sebagai
keberadaan penulis / penyair yang membuat puisi tersebut.
Tak akan ada lagi, tak terdengar lagi dan tak dikenali
Pada kata di atas yang mana pada kata tersebut dapat diartikan sebagai mati
atau meninggalnya sang penyair tersebut.
Bait-bait sajak, larik-larik dan huruf sajak huruf sajak
Pada kata di atas yang mana pada kata tersebut dapat diartikan sebagai sebuah
karya yang dihasilkan selama ini oleh penyair.
D. Bahasa Kiasan
Pada puisi kali ini terdapat majas perbandingan yaitu metafora atau
perumpamaan, yang terlihat pada larik berikut:
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada larik di atas pengarang mengumpamakan sebuah kehidupan atau
karyanya dengan kata bait-bait sajak
E. Pencitraan
Pada puisi ini telah dianalisis unsur pencitraannya yang mana terdapat 3 unsur
pencitraan, antara lain sebagai berikut:
1. Citraan Visual (penglihatan)
Terdapat pada larik berikut:
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini

Tapi di antara larik-larik sajak ini

Namun di sela-sela huruf sajak ini


2. Citraan Auditif (pendengaran)
Terdapat pada larik berikut:
Suaraku tak terdengar lagi
3. Citraan Rasa
Terdapat pada larik berikut:
Kau takkan kurelakan sendiri

Kau akan tetap kusiasati

Anda mungkin juga menyukai