Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH NIHONBUNGAKU GAIRON

TANIZAKI JUN'ICHIRŌ

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Nihonbungaku Gairon yang diampu
oleh

Budi Rukhyana, M.A

Disusun oleh :

Nilam Husna Muthia

180610160027

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

SASTRA JEPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-
Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pembelajaran kebudayaan dan sastra Jepang.
Harapan Penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga Penyusun dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang Penyusun
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu Penyusun harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 28 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii

i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Apa yang dimaksud dengan 小説 (Novel)...................................................5
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.4 Tujuan Penyusunan Makalah.........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Biografi Tanizaki Jun'ichirō (1886 – 1965)...................................................6
2.2 Daftar Karya Tanizaki Junichiro..................................................................13
BAB III KESIMPULAN......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang pada zaman Meiji yang menerapkan kapitalisme sebagai kebijakan


membentuk negara kaya untuk mengejar ketertinggalannya dari Barat, menempuh
cara yang sangat berbeda dengan penerapan kapitalisme oleh negara-negara Barat
yang sudah maju. Pemerintah Meiji dengan cepat mengadopsi sistem dan
pemikiran - pemikiran Barat, dan dengan menerapkan industri modern secara
cepat pula berharap dapat segera menyamakan kedudukannya dengan negara-
negara Barat. Untuk itu pemerintah Meiji menetapkan dua sasaran utama politik,
yaitu Fukoku Kyohei dan Bunmei Kaika (Negara Kaya Militer Kuat, dan
Pencerahan Peradaban). Cara yang dilakukan adalah seiring dengan politik ‘negeri
terbuka,’ yaitu dengan cepat memasukkan sebanyak-banyaknya peradaban dan
kebudayaan Barat.[ CITATION Fer03 \l 1041 ]

Pencerahan Peradaban disini juga merupakan kemajuan dalam sistem


pendidikan yang mengadopsi sistem pendidikan Barat. Nilai – nilai dan
kebudayaan Barat yang mausk ke Jepang pada zaman Meiji, mempengaruhi
karakteristik karya dari para sastrawan zaman Meiji. Karya sastra merupakan
cerminan keadaan sosial, ide dan nilai di suatu masyarakat, maka dengan
berubahnya segala sistem di Jepang menyebabkan genre atau aliran karya sastra
berubah dan lebih condong mengambarkan modernisasi Jepang. Banyak
sastrawan yang terkenal pada zaman ini seperti Dazai Osamu, Akutagawa
Ryuunosuke dan lainnya, termasuk Tanizaki Junichiro yang terkenal karena
novelnya yang bertemakan romansa dan erotisme serta sado-masokis dan juga
menggambarkan keadaan modernisasi di Jepang saat itu.

4
1.2 Apa yang dimaksud dengan 小説 (Novel)
Menurut KBBI, Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

1.3 Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas :


1) Siapakah Tanizaki Junichiro?
2) Karya – karya Tanizaki Junichiro

1.4 Tujuan Penyusunan Makalah

a. Tujuan disusunnya makalah ini ialah untuk memenuhi nilai


tugas mata kuliah Nihongobungaku Gairon.
b. Memberikan informasi kepada pembaca tentang Biografi dan
Karya – karya Tanizaki Junichiro.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Tanizaki Jun'ichirō (1886 – 1965)

Sumber : Japanese book "Showa Literature Series: Vol.31 (February 1954 issue)" published by Kadokawa

Shoten.

Tanizaki Jun'ichirō lahir pada 24 Juli 1886 di Nihonbashi, Tokyo. Wafat


pada 30 Juli 1965 di Yugawara, Kanagawa (usia 79 tahun) karena serangan
jantung. Ia adalah salah satu novelis terkenal pada periode akhir zaman Meiji
(akhir 1900-an) sampai pasca Perang Dunia II. Tanizaki merupakan penganut
aliran Tanbiha (estetisme). Berbeda dengan Nagai Kafuu, Tanizaki selalu
melukiskan tentang kecantikan wanita dengan menonjolkan keindahan yang
“aneh” bagian yang sensitive dari wanita tersebut. Ia melukiskan bahwa wanita
adalah mahluk lemah-lembut dan tidak berdaya, tetapi menyembunyikan kekuatan
dan suatu keindahan yang sangat misterius.

6
- Awal
Tanizaki lahir di keluarga kalangan pedagang kaya raya di
Nihonbashi, Tokyo. Pamannya memiliki sebuah percetakan yang
diturunkan dari Kakeknya. Ia menggambarkan masa kecilnya sangat
dimanjakan. Sayang, rumahnya hancur karena terkena gempa Meiji
Tokyo, itu yang membuat Tanizaki trauma dengan gempa untuk seumur
hidupnya. Keadaan finansial keluarganya merosot drastis pasca gempa.
Ketika ia tumbuh dewasa, ia terpaksa tinggal dan bergabung ke rumah
keluarga lain dan mengajar sebagai tutor disana.
Terlepas dari masalah finansial, ia tetap bersekolah di Sekolah
Menengah Pertama Tokyo (Tokyo First Middle School) di mana ia
berkenalan dengan Isamu Yoshii. Pada tahun 1908, ia mengenyam
pendidikan tingkat Universitas di Departemen Sastra Universitas
Kekaisaran Tokyo (Tokyo Imperial University). Akan tetapi terpaksa harus
dikeluarkan pada tahun 1911 karena ketidakmampuan membayar uang
kuliah.

- Awal karir sebagai Novelis


Tanizaki Junichiro memulai debutnya sebagai novelis pada tahun
1909. Namanya menjadi terkenal dan bahkan dipuji oleh Nagai Kafu
setelah ia menerbitkan cerita pendek yang berjudul “Shisei” (“The
Tatooer”) pada 1910. Bercerita tentang seorang seniman tato yang
menggambar tato laba – laba raksasa di tubuh seorang wanita muda yang
cantik, namun setelahnya sang wanita menjadi kelihatan sangat
“menggoda” setelah ditato. Dalam “Shisei” Tanizaki menggabungkan
erotisme dengan sado-masokisme. Tema  femme fatale (dangerous
woman) kembali diulanginya dalam banyak karya – karya awal Tanizaki,
termasuk Kirin (1910), Shonen ("The Children", 1911), Himitsu ("The

7
Secret” 1911), dan  Akuma ("Devil", 1912). Karya Tanizaki yang lain
diterbitkan pada zaman Taisho adalah Shindo (1916) dan Oni no
men (1916), yang sebagian berupa autobiografi.
Tanizaki menikah pada tahun 1915, namun pernikahan tersebut
tidak membawa kebahagiaan karena hubungan mereka malah menjadi
cinta segitiga antara Tanizaki, Chiyoko dan penulis Sato Haruo. Tekanan
psikologis waktu itu tercermin dalam beberapa karya-karya awalnya,
termasuk drama panggung Aisureba Koso (Because I Love Her, 1921) dan
Novel Kami to Hito no Aida (Between Men and the Gods, 1924).

- Pasca Gempa Bumi Besar Kanto


Reputasi Tanizaki mulai melejit mengikuti kepindahannya
ke Kyoto setelah gempa bumi besar Kanto pada 1 September 1923. Gempa
yang menghancurkan gedung-gedung bersejarah dan kawasan
permukiman di Tokyo menyebabkan minat menulis dalam dirinya
berubah. Dari kecintaan sesaat terhadap dunia Barat dan modernitas,
Tanizaki beralih kepada estetisisme, sejarah, Buddhisme, dan budaya
Jepang, terutama kebudayaan daerah Kansai (Osaka, Kobe, Kyoto).
Novel pertama yang ditulisnya pasca gempa adalah  Chijin no
ai (A Fool’s Love, 1924-1925). Sebenarnya ia sedang menulis novel ini
sebelum gempa terjadi namun harus tertunda. Masalah westernisasi dalam
novel Chijin No Ai digambarkan secara tersirat melalui latar dan tokoh
utama dalam novel tersebut.
Novel Chijin No Ai menceritakan kehidupan kedua tokoh
utamanya, Kawai Joji dan Naomi, dari tahun 1917 sampai tahun 1925.
Latar waktu dalam novel itu merupakan zaman Taisho. Novel ini
menggunakan beberapa latar tempat yang merupakan simbol-simbol
westernisasi, seperti kafe, tempat dansa, rumah bergaya barat (bunka
jutaku) tempat tinggal mereka, dan daerah Yokohama. Novel ini juga
mampu menggambarkan keadaan sosial pada zaman Taisho.
Penggambaran westernisasi dan keadaan sosial dalam novel ini terlihat

8
dari berbagai aspek. Karakter kedua tokoh utamanya merupakan gambaran
dari mobo (modan boy (modern boy)) dan moga (modan garu (modern
girl)).
Mobo dan moga adalah sebutan bagi laki-laki dan perempuan yang
bepenampilan dan menjalankan gaya hidup layaknya orang Barat.
Kemunculan mobo dan moga merupakan salah satu fenomena zaman
Taisho. Gaya hidup konsumerisme yang dijalankan masyarakat Jepang
pada masa itu juga tercermin dalam gaya hidup kedua tokoh utamanya.
Kedua tokoh utamanya juga memiliki kesukaan terhadap berbagai bentuk
budaya massa yang dipengaruhi oleh kebudayaan Barat, seperti dansa dan
bersosialisasi di kafe.[ CITATION Dic08 \l 1041 ]
Lalu disusul oleh karyanya yang berjudul Manji (Quicksand, 1928
– 1930) yang terinspirasi dari dialek Kansai yang feminim, mengisahkan
tentang lesbianisme. Ia bahkan memerlukan para asisten yang
membantunya menguasai dan menulis novel dalam dialek Osaka. Karya
selanjutnya adalah Tade kuu mushi (Some Prefer Nettles, 1928–1929).
Yoshinokuzu (Arrowroot of Yoshino, 1963) merupakan karyanya yang
gaya berceritanya kembali ke gaya tradisional yang dikembangkan sejak
zaman Heian.
Ketika ia masih menjalin status pernikahan dengan istri keduanya,
Furukawa Tomiko, Tanizaki malah menyukai wanita lain yang sudah
menikah dengan orang lain, bernama Morita Matsuko. Lalu Matsuko
menjadi istri ketiga (dan terakhir) Tanizaki. Akan tetapi karena Matsuko
berasal dari keluarga dengan latar belakang budaya yang kental, membuat
Tanizaki memiliki tekanan batin karena fantasi sisi masokisnya tidak
terpenuhi. Terinspirasi dari sosok Matsuko, ia membuat beberapa novel
yang mebuat namanya makin dikenal yakni, Momoku monogatari (A Blind
Man’s Tale, 1931), Ashikari  (The Reed Cutter, 1932) dan Bunshosho
(1935). Novel – novel tersebut menceritakan tentang Pria yang
menemukan kebahagiaan dalam kesetiaan pada wanita yang anggun atau
polos dan tak bisa didekati.

9
Pada 1939, Tanizaki menerjemahkan seluruh teks Genji
Monogatari ke dalam bahasa Jepang modern. Lalu pada tahun 1942
Tanizaki mulai menulis novel Sasameyuki, 1943 (The Makioka Sisters,
1957) yang kemungkinan terinspirasi dari rasa simpatinya pada tokoh
wanita – wanita di Istana yang hidupnya indah tapi menyedihkan pada
Genji Monogatari.
Latar belakang tokoh di novel Sasameyuki, Tanizaki
menggambarkan sifat tokohnya sesuai dengan keadaan keluarganya dan
juga istrinya, Matsuko. Novel ini melegenda karena konsep yang
ditawarkan adalah "keindahan dalam kehancuran", sebagaimana
digambarkan dalam kisah kehancuran suatu keluarga yang dulu makmur
dan dibangga – banggakan. Tokoh Protagonis dalam novel Sasameyuki,
Teinosuke adalah cerminan diri Tanizaki sendiri dengan sifat dan sisi
masokisnya dalam novel tersebut. Teinosuke digambarkan sebagai pria
yang berasal dari keluarga rata – rata dan memiliki sisi masokis.
Novel Sasameyuki tidak hanya bercerita tentang Teinosuke saja,
dalam novel ini menceritakan tentang keseharian mendetil dari 4 kakak
beradik (salah satunya adalah istri dari Teinosuke) keluarga Makioka.
Novel ini ditulis ke dalam serial dalam majalah Chūōkōron ( 中 央 公
論, Central Review) dari tahun 1943 sampai 1948.
Cerita utama dari novel ini adalah kehidupan keluarga Makioka
yang kaya di Osaka dari musim gugur 1936 hingga April 1941, dengan
fokus pada upaya untuk menemukan suami bagi saudara perempuan
ketiga, Yukiko. Novel ini juga menggambarkan penurunan gaya hidup dari
kelas atas ke kelas menengah pindah ke pinggiran kota karena momok
Perang Dunia II dan pendudukan Sekutu.

10
Karakter yang ada dalam novel Sasameyuki diantaranya :

- Tsuruko ( 鶴 子 ), kakak perempuan tertua Makioka dan nyonya rumah


utama.
- Sachiko ( 幸 子 ), saudari perempuan Makioka tertua kedua dan nyonya
rumah cabang Ashiya.
- Yukiko (雪 子), saudari perempuan Makioka ketiga; tiga puluh dan belum
menikah, pemalu dan pensiun.
- Taeko (妙 子), adik perempuan Makioka termuda; tidak dapat menikahi
Okubata sampai Yukiko menikah.
- Tatsuo (辰 雄), suami dan kepala keluarga Tsuruko, pegawai bank, telah
mengambil marga Makioka.
- Teinosuke ( 貞 之 助 ), suami Sachiko, seorang akuntan yang juga
mengambil marga Makioka.
- Etsuko (悦子), putri dari Sachiko dan Teinosuke.
- O-haru (お 春), seorang pelayan di rumah Ashiya.
- Okubata ( 奥 畑 ), putra dari keluarga pedagang Osaka terkemuka, telah
mencoba kawin lari dengan Taeko.
- Itakura ( 板 倉 ), seorang fotografer dan mantan pegawai toko perhiasan
Okubata.
- Itani ( 井 谷 ), pemilik salon kecantikan langganan keluarga Makioka,
kerap kali menjadi perantara dalam negosiasi pernikahan.

Publikasi sempat dihentikan oleh Biro Informasi dari Kementerian Perang


Jepang setelah dua edisi terbit, yang pertama dalam edisi untuk Tahun Baru 1943
(sekarang Buku 1, Bab 1 hingga 8) yang kedua dalam edisi untuk Maret 1943
(sekarang Buku 1, Bab 9 hingga 13). Pada tahun 1944, Tanizaki menerbitkan 248
eksemplar dari Buku Satu edisi cetak secara pribadi, dengan dukungan keuangan
dari Chūōkōron, namun sekali lagi dikecam oleh militer. Setelah berakhirnya
Perang Dunia II, novel ini diterbitkan dalam tiga bagian: Buku 1 pada tahun 1946,
Buku 2 pada tahun 1947, dan Buku 3 pada tahun 1948.

11
- Periode pasca perang

Beberapa tahun setelah perang berakhir, Tanizaki menderita penyakit


tekanan darah tinggi, namun ia meskipun begitu tetap menulis Karya besar
pertamanya pasca-perang adalah Shosho Shigemoto no haha ("Ibu Kapten
Shigemoto," 1949 – 1950), yang mencakup penyajian ulang tema femme
fatale (dangerous woman) Tanizaki. Novel ini bercerita tentang reuni kembali dan
cinta antara ibu dan anak laki – lakinya. Tanizaki juga memperkenalkan tema
baru, “seksualitas di masa tua”, yang muncul dalam karya-karya selanjutnya
seperti Kagi (The Key, 1956). Kagi adalah novel psikologis di mana seorang
profesor tua menyuruh istrinya sendiri untuk melakukan perzinaan guna
meningkatkan hasrat seksualnya yang sudah menurun.

Dalam karya selanjutnya Yume no ukihashi, 1960 (The Bridge of Dreams,


1963), dan Novel terkahirnya Futen Rojin Nikki, 1961–1962 (Diary of a Mad Old
Man, 1965). Tanizaki menggabungkan tema femme fatale (dangerous woman)
dengan Incest antara Ibu dan anak laki – lakinya. Tanizaki selalu membuat tokoh
protagonisnya sering didorong oleh keinginan erotis yang obsesif sehingga
berakhir dengan mengenaskan. Dalam Futen Rojin Nikki, penulis buku harian
yang berusia lanjut itu terpukul oleh stroke yang diakibatkan oleh gairah seksual
yang berlebihan. Tokoh Heroin dari novel Chijin no Ai adalah menantu wanita Si
Penulis buku harian yang memiliki ketertarikan aneh “fetish” terhadap kaki
menantunya. Dia mencatat keinginan masa lalunya dan upayanya saat ini untuk
“menyuap” menantunya untuk memberikan dorongan seksual dengan barang –
barang yang berbau kebudayaan barat.

- Penghargaan
Tanizaki Prize (1965), salah satu penghargaan sastra yang paling dicari
di Jepang yang diberikan setiap tahun dari penerbitan Chūōkōron kepada
seorang penulis sebagai pengakuan atas karyanya. Hadiah terdiri dari piala dan
satu juta yen. Karya yang telah menang diantaranya, Endō Shūsaku,
Chinmoku (1966) dan Ōe Kenzaburō, Man’en gannen no futtōbōru (1967).

12
2.2 Daftar Karya Tanizaki Junichiro

Tahu Judul dalam Judul dalam Bahasa


Adaptasi
n Bahasa Jepang Inggris

刺青
1910 "The Tattooer"
Shisei

恐怖
1913 "Terror"
Kyōfu

金と銀
1918 "Gold and Silver"
Kin to Gin

富美子の足
1919 "Fumiko's Legs"
Fumiko no ashi


1921 "The Thief"
Watakushi

青い花
1922 "Aguri"
Aoi hana

痴人の愛 Love for an Idiot (1967)


1924 Naomi
Chijin no Ai : Yasuzo Masumura

友田と松永の話
"The Strange Case of
Tomoda to
1926 Tomoda and
Matsunaga no
Matsunaga"
hanashi

青塚氏の話
1926 Aotsukashi no "Mr. Bluemound"
hanashi

1928– 卍 Quicksand 卍 Manji (1964) :


1930 Manji Yasuzo Masumura

13
卍 Manji (1983) : Hiroto
Yokoyama

卍 Manji (2006) :
Noboru Iguchi

蓼喰う蟲
1929 Some Prefer Nettles
Tade kuu mushi

吉野葛
1931 Arrowroot
Yoshino kuzu

蘆刈
1932 The Reed Cutter
Ashikari

Shunkinshō (1947) :
Katsumi Nishikawa

春琴抄 "A Portrait of


[Opera] Shunkinshō :
Shunkinshō Shunkin"
Minoru Miki
1933
(Tokyo, 24 November
1975)

陰翳礼讃
In Praise of Shadows Essay on aesthetics
In'ei Raisan

武州公秘話 The Secret History of


1935 Bushukō Hiwa the Lord of Musashi

猫と庄造と二人 Neko to Shōzō to Futari


の女 A Cat, A Man, and
1936 Neko to Shōzō to no Onna (1956) : Shiro
Two Women
Futari no Onna Toyoda

1943– 細雪 Sasameyuki (1983) :Kon


The Makioka Sisters
1948 Sasameyuki Ichikawa

14
少将滋幹の母
Shōshō Captain Shigemoto's
1949 Shigemoto no Mother
haha

鍵 Kagi (1959) : Kon


1956 The Key
Kagi Ichikawa

幼少時代 Childhood Years: A


1957 Yōshō Jidai Memoir

瘋癲老人日記 Diary of a Mad Old Fūten Rōjin Nikki (1962)


1961
Fūten Rōjin Nikki Man : Keigo Kimura

BAB III

KESIMPULAN

15
Tanizaki Jun'ichirō adalah satu penulis novel terkenal pada periode
akhir zaman Meiji (akhir 1900-an) sampai pasca Perang Dunia II.
Karyanya menganut aliran Tanbiha (Estetisme). Ia selalu menggambarkan
sosok wanita dalam karyanya dan selalu mengambil konteks di lingkungan
sekitarnya dan kehidupan pribadinya. Walau karyanya lebih bertema
erotisme dan sado-masokisme, ia juga banyak menggambarkan
modernisasi, masa Perang Dunia II dan banyak kejadian – kejadian di
Jepang yang tersirat dalam tokoh dan ceritanya. Teks memang tidak bisa
lepas dari Konteks penulisnya.

DAFTAR PUSTAKA

16
KODANSHA LTD. (1983). Kodansha Encyclopedia Of Japan. Tokyo, Japan:
Kodansha Ltd.

Rustam, F. (2003). REFORMASI PENDIDIKAN PADA MASA JEPANG


MEIJI: STUDI TENTANG PERAN POLITIK KEKUASAAN DALAM
PENERAPAN PENDIDIKAN. REFORMASI PENDIDIKAN PADA
MASA JEPANG MEIJI: STUDI TENTANG PERAN POLITIK
KEKUASAAN DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN, 47.

Zulkarnain, D. (2008). POTRET WESTERNISASI MASYARAKAT JEPANG


DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO.
POTRET WESTERNISASI MASYARAKAT JEPANG DALAM NOVEL
CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO, 78.

17
LAMPIRAN

- Pertanyaan :
1. Farah Nur Azizah (180610160037)
Apa ada alasan khusus tanizaki menggunakan tokoh wanita di novel –
novelnya ?
- Jawaban : menurut saya, tanizaki merupakan tipe penulis yang tulisannya
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya atau dalam kehidupan pribadinya.
alasan lain, kemungkinan disebabkan oleh bumbu drama dalam kehidupan
rumah tangganya yang kurang harmonis. Ia mencintai istrinya namun juga
mencintai wanita lain, dan perselingkuhan istrinya dengan Sato Haruo itu
seolah – olah salah istrinya. Hal itu ada dalam naskah drama yang ia tulis
berjudul Ai Sureba Koso atau Because I Love Her.

2. Shena Puteri Takari (180610160006)


Disebutkan dalam presentasi bahwa karya Tanizaki ini dianggap
“aneh”. Apa maksud “aneh” di sini?
- Jawaban : menurut saya, setiap karya tidak ada yang aneh, semua
memiliki keunikannya masing – masing. Tapi kemungkinan “aneh” yang
dibilang di sini itu karena kebanyakan karya Tanizaki pasti ada bagian
yang bernuansa erotis, masokis, dan lain sebagainya yang mungkin
menurut orang awam pada zaman itu agak aneh.

3. Rossa Ekaputri (180610160012)


Apakah ada karya Tanizaki yang tidak bertema erotis? jika ada,
sebutkan!.
- Jawaban : Ada, karyanya yang merupakan esai yang berjudul 陰翳礼讃 
(In'ei Raisan) atau In Praise of Shadows, di situ Tanizaki menyinggung
tentang perbedaan Budaya Barat dengan Budaya Jepang.

18
- Slide Presentasi :

19
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai