Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti kesusastraan lainnya, kesusastraan Jepang dimulai dengan sastra
lisan, yang kemudian dialihkan dalam bentuk tulisan. Sejarah kesusastraan
Jepang terbagi dalam beberapa periode. Berikut merupakan periodisasi
kesusastraan Jepang:
1.
2.
3.
4.
5.

Kesusastraan Jaman Joudai () 796


Kesusastraan Jaman Chuuko/Heian () 7971185
Kesusastraan Jaman Chuusei/Pertengahan () 11891608
Kesusastraan Jaman Kinsei/Pra Modern ()16091867
Kesusastraan Jaman Kindai/Modern ()1868sekarang
Kesusastraan Modern mencerminkan manusia yang hidup dalam
masyarakat modern yang cenderung mempunyai sifat borjuis yang menganut
paham liberal dan demokrasi. Manusia modern berusaha menghilangkan
perbedaan status sosial yang terdapat dalam masyarakat feodal dan menyadari
perlunya kebebasan, persamaan hak dan humanisme sebagai dasar kehidupan
modern. (Asoo, 1983: 155)
Kesusastraan Modern terbagi menjadi dua periode yaitu periode awal
(1868-1918) dan periode akhir (1919-sekarang). Pada periode akhir
kesusastraan modern ini, yakni pada tahun 1968, Jepang memperoleh hadiah
Nobel di bidang sastra untuk pertama kalinya yang menyebabkan kesusastraan
Jepang mendapat perhatian dari dunia. Sastrawan yang mendapatkannya adalah
Kawabata Yasunari dengan karyanya yang berjudul Utsuku-shii Nihon-no
Watashi Sono Josetsu (aku dan Jepang yang indah ini, suatu introduksi).
Penghargaan itu diberikan "untuk kepiawaian narasinya, yang dengan kepekaan
luar biasa mengungkapkan inti sari pemikiran Jepang". Komite Nobel mengutip
tiga karya utamanya, Negeri Salju, Seribu Burung Bangau, dan Ibu Kota Lama
sewaktu memberikan Penghargaan Nobel.

1.2 Rumusan Masalah


- Siapakah Kawabata Yasunari itu?
1

- Apa saja karya-karya Kawabata Yasunari?


1.3 Tujuan Penulisan
- Mengenal lebih jauh sosok Kawabata Yasunari.
- Mengetahui karya-karya Kawabata Yasunari.

BAB II
PEMBAHASAN
2

Kawabata Yasunari ( ) lahir di Osaka pada

tanggal

11 Juni 1899 dan meninggal di Zushi, Kanagawa pada


tanggal 16 April 1972 pada umur 72 tahun. Novelis
Jepang yang memenangkan penghargaan Nobel Sastra
pada tahun 1968. Ia menjadi orang Jepang pertama yang
memenangkan

penghargaan

tersebut.

Karya-karyanya

hingga kini masih dibaca dan dikenal di dunia internasional.


Kawabata lahir dari keluarga dokter yang
serba berkecukupan. Walaupun orangtuanya tertarik
kepada seni dan literatur, tetapi mereka tidak terlalu memegang peranan dalam
pembentukan karakter seni Kawabata karena ketika Kawabata berumur 3 tahun,
ayahnya meninggal dunia dan satu tahun berikutnya, ibunya menyusul sehingga
menyebabkan Kawabata menjadi anak yatim piatu.
Lalu ia tinggal bersama kakek dan neneknya. Ia mempunyai seorang
kakak perempuan yang diasuh oleh seorang bibinya dan sejak itu hanya pernah
dijumpainya sekali (pada bulan Juli 1909) ketika dia berusia 10 tahun. Ketika
Yasunari berusia 7 tahun (September 1906), neneknya meninggal dunia.
Kemudian disusul dengan kematian kakak perempuannya dua tahun kemudian.
Ketika dia berusia 15 tahun, kakeknya meninggal dunia (Mei 1914).
Kematian dari sanak saudaranya yang terus menerus telah menghantui
pikiran Kawabata dan hal ini membuatnya ketakutan selama ia hidup, walaupun
ia sendiri menolak anggapan seperti ini. Ia lebih suka berpikir bahwa ia telah
berhasil melewati saat-saat terburuk dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya
Kawabata melampiaskan emosi kesedihannya dalam karyanya yang berjudul
Juurokusai-no Nikki (catatan harian ketika berusia 16 tahun) yang mulai ia tulis
pada malam kematian kakeknya, tetapi baru diterbitkan pada tahun 1925.
Setelah kehilangan semua sanak keluarga dekatnya, ia tinggal bersama
keluarga ibunya (Keluarga Kuroda). Namun pada Januari 1916, ia pindah ke
sebuah asrama dekat SMP sehingga ia tidak perlu lagi pergi bersekolah naik
kereta api. Setelah lulus dari SMP pada Mei 1917, ia pindah ke Tokyo dan
tinggal bersama kerabatnya di Asakusa. Ia berharap dapat lulus ujian masuk
Sekolah Menengah Atas Nomor Satu (Dai-ichi Koto-gakko) di bawah asuhan
langsung Universitas Kekaisaran Tokyo dan ia berhasil lulus dalam ujian itu.

Sewaktu masih kanak-kanak, ia bercita-cita menjadi seorang pelukis.


Minatnya pada seni lukis itu tercermin dalam karya sastranya kelak. Namun, ia
juga berminat pada sastra. Ia mulai menulis cerita dan esai untuk majalah kecil
dan surat kabar lokal. Kemudian ia berhasil menerbitkan buku pertamanya saat
masih duduk di bangku SMA. Sejak saat itu, Kawabata memutuskan untuk
menjadi seorang penulis.
Pada Juli 1920 Kawabata lulus dari SMA dan memulai pendidikannya di
Universitas Kekaisaran Tokyo dengan jurusan Sastra Inggris. Pada waktu
itu, Kikuchi Kan beserta penulis dan redaktur ternama pada waktu itu sudah
menaruh perhatian pada karya-karya Kawabata yang dikirim ke majalah
sastra Bungei Shunju milik Kikuchi.
Sewaktu masih mahasiswa, Kawabata menghidupkan kembali majalah
sastra Universitas Tokyo, Shin-shich (Arus Pemikiran Baru) yang telah mati
lebih dari empat tahun. Dalam majalah itu, ia menerbitkan cerita pendeknya
yang pertama pada tahun 1921, Shokonsai Ikkei (Suasana pada Suatu
Pemanggilan Arwah) -- sebuah karya yang hingga kini masih diakui nilai
sastranya. Ketika kuliah, ia pindah ke jurusan Sastra Jepang dan menulis skripsi
berjudul "Sejarah Singkat Novel-Novel Jepang". Ia lulus dari Universitas Tokyo
pada bulan Maret 1924.
Pada Oktober 1924, Kawabata bersama Kataoka Teppei, Yokomitsu
Riichi, dan sejumlah penulis muda lainnya menerbitkan sebuah jurnal sastra
baru Bungei Jidai (Zaman Artistik). Jurnal ini adalah reaksi terhadap aliran
sastra Jepang yang lama dan mapan, khususnya aliran Naturalisme. Sementara
itu, Bungei Jidai juga pada saat yang sama bertentangan dengan gerakan sastra
proletariat atau sastra kaum buruh dari paham sosialisme/komunisme. Gerakan
seni yang dipimpin jurnal Bungei Jidai adalah "seni untuk seni" yang
dipengaruhi

oleh

kubisme

Eropa,

ekspresionisme,

dadaisme,

dan

gaya modernisme lainnya. Istilah Shinkankaku-ha yang dipakai Kawabata dan


Yokomitsu untuk menjelaskan filosofi mereka sering kali keliru diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris sebagai "neo-impresionisme". Namun, Shinkankakuha tidak dimaksudkan sebagai versi baru atau pemulihan dari impresionisme;
gerakan mereka dipusatkan pada upaya memberikan "impresi baru," atau, lebih
tepatnya, "sensasi baru" dalam penulisan sastra.

Debut pertamanya sebagai seorang penulis yaitu dengan diterbitkannya


cerita pendek Izu-no Odoriko (penandak Izu) pada tahun 1927. Setelah
beberapa karyanya yang cukup terkenal, novel Yukiguni (negeri salju) yang
terbit tahun 1937 telah membuat Kawabata dinobatkan sebagai salah satu
pengarang Jepang yang tersohor. Novel ini memantapkan Kawabata sebagai
salah satu pengarang terkemuka Jepang dan Edward G. Seidensticker
menyebutnya sebagai "adikarya Kawabata".
Kawabata menjadi anggota dari Akademi Seni Jepang pada tahun 1953.
Pada tahun 1948-1965 Kawabata ditunjuk sebagai Presiden ke-4 dari Japan
P.E.N Club. Japan P.E.N Club didirikan pada tanggal 26 November 1935
sebagai pusat International P.E.N (Poets, Essayists and Novelists) di Jepang,
yang memiliki kantor pusat di London. Pada bulan Maret 1958 Sekretaris
Jenderal International P.E.N menginformas ikan melalui telegram
bahwa Yasunari Kawabata, presiden Japan P.E.N Club, telah
terpilih sebagai wakil presiden International P.E.N. Tahun 1959,
Kawabata menerima The Goeth-Medal di Frankfurt, Jerman.
Dari seluruh prestasi yang telah diraih oleh Kawabata Yasunari, tidak
bisa menyembunyikan fakta bahwa ia adalah seseorang yang kesepian.
Seringkali ia menulis di tempat yang jauh dari rumah dan hanya menginap di
penginapan-penginapan. Walaupun ia menikah secara tidak sah dan
mengangkat seorang putri pada tahun 1943 dan memiliki banyak teman, udara
kesunyian selalu mengikutinya. Ia sangat terguncang ketika mengetahui bahwa
sahabatnya, Mishima Yukio, meninggal dengan cara bunuh diri pada tahun 1970
dan walaupun ia pernah berkata bahwa ia bukanlah pengagum kasus bunuh diri
ataupun simpati kepada hal-hal semacam itu, ia juga dinyatakan meninggal
secara bunuh diri karena menghirup gas pada 16 April 1972.
Kawabata meninggal bunuh diri pada tahun 1972 dengan cara meracuni
dirinya dengan gas. Namun sejumlah rekan dan kerabat dekat, termasuk istrinya,
menganggap kematiannya sebagai kecelakaan. Alasan Kawabata bunuh diri
telah menjadi bahan spekulasi, termasuk kesehatan yang buruk (ia menderita
penyakit Parkinson), kemungkinan hubungan cinta gelap, atau keterkejutan
disebabkan oleh kematian Yukio Mishima sahabatnya karena bunuh diri. Tidak
seperti halnya Mishima, Kawabata tidak meninggalkan catatan apapun. Ia juga
5

tidak melakukan hal-hal yang sebelumnya dilakukan Mishima, termasuk tidak


membahas topik bunuh diri dalam tulisan-tulisannya. Motif bunuh diri yang
dilakukan Kawabata tetap tidak jelas. Namun penulis biografi Kawabata, Takeo
Okuno menghubung-hubungkan kematiannya dengan kehadiran Mishima dalam
mimpi-mimpi buruk yang dialami Kawabata selama dua ratus hingga tiga ratus
malam berturut-turut, dan ia merasa terus menerus dihantui oleh Yukio Mishima.
Dalam keadaan tertekan, Kawabata sering bercerita kepada teman-temannya
pada tahun-tahun terakhir kehidupannya. Ia berharap pesawat terbang yang
ditumpanginya jatuh ketika dalam perjalanan.
Kawabata Yasunari adalah seorang novelis yang buku-bukunya banyak
dipajang di toko buku Barat. Kawabata sangat menikmati reputasinya sebagai
perwakilan dari penulis aliran modern Jepang. Bahkan ketika sudah
diterjemahkanpun, karya Kawabata Yasunari masih tetap bisa dikenali secara
langsung. Dalam kesederhanaan tulisannya terdapat gabungan emosi yang
dalam dan arti yang sangat rumit.
Kawabata menganut aliran neosensualis. Kesusastraan neosensualis
mengutamakan perubahan dalam teknik sastra dan penyampaiannya. Kawabata
percaya bahwa seorang seniman mempunyai kebebasan absolut dalam
menghasilkan karya seni. Kawabata sering mengakhiri cerita-ceritanya seperti
belum selesai. Kadang-kadang kebiasaannya ini mengganggu pembaca dan
kritikus. Kawabata melakukannya dengan sengaja, karena ia merasa bahwa
rangkaian sketsa atau peristiwa yang terjadi jauh lebih penting dari kesimpulan.
Caranya itu sejalan dengan estetikanya bahwa "seni untuk seni", seni tidak
harus dibebani pesan moral, pesan agama, maupun pesan apapun.
Menurut Asoo

(1983:224)

dalam

novelnya,

Kawabata

banyak

menuangkan perasaan anak yatim yang dialaminya sendiri. Ia kaya dalam lirik
dan di dalam kemurnian lirik tersebut mengalir alam tak berperasaan dan
kenihilan dan ia juga mempunyai keahlian dalam melukiskan seorang gadis.
Begitu juga Seribu Burung Bangau ( Senbazuru) karangan
Kawabata Yasunari yang memiliki latar belakang kehidupan yang sangat tragis
dan menyedihkan. Latar belakang kehidupan Kawabata yang telah kehilangan
orang-orang terdekatnya dalam waktu bersamaan telah membentuk karakter
Kawabata yang secara langsung maupun tidak langsung tercermin dalam tiap
6

kalimat yang teruntai dalam Senbazuru.


Banyak dari buku-buku karya Kawabata menelusuri secara melankolik
tentang penempatan seks dalam budaya, dan dalam kehidupan manusia.
Karyanya adalah gabungan dari keindahan Jepang. Kawabata menggabungkan
estetika Jepang dengan psikologi naratif dan erotis.
Berikut merupakan karya terkenal lainnya dari Kawabata Yasunari:

Gadis Penari dari Izu ( Izu no Odoriko)

Negeri Salju ( Yukiguni)

Empu Go ( Meijin)

Seribu Burung Bangau ( Senbazuru)

Suara Gunung ( Yama no Oto)

Danau (() Mizuumi)

Rumah Gadis-gadis Penidur (, Nemureru Bijo)

Ibu Kota Lama ( Koto)

Cerita-cerita dari Telapak Tangan , Tenohira no Shsetsu

Kecantikan dan Kesedihan ( Utsukushisa to Kanashimi to)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kawabata Yasunari adalah perwujudan sastra Jepang modern yang
paling menonjol. Selain merupakan novelis Jepang pertama yang berhasil
memenangkan hadiah Nobel di bidang sastra, ia juga dikenal sebagai kekuatan
pendorong di balik penerjemahan sastra Jepang ke dalam bahasa Inggris dan
bahasa-bahasa Barat lainnya.
Oleh para kritikus sastra, Kawabata sering dimasukkan dalam
kelompok novel psikologis yang mengolah perasaan kesepian dan keterasingan,
yang akhirnya membentuk melankolia (kemurungan) pada tulisan-tulisannya.
Latar belakang Kawabata sebagai seorang pelukis gagal membuat karyakaryanya menjadi lebih hidup dengan pelukisan deskriptif di sana-sini yang
terasa indah dan kaya nuansa.

DAFTAR PUSTAKA

Asoo, Isoji (1983). Sejarah Kesusastraan Jepang. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia.
Kawabata, Yasunari (2003). Keindahan dan Kesedihan. Yogyakarta: Jalasutra.
Kawabata, Yasunari (2009). Yukiguni. Jakarta: Gagas Media.
Yasunari Kawabata (1899-1972). Kuusankosken Kaupunginkirjasto. 2008.
Diakses

pada

13

September

2014

dari

Kirjasto.sci.fi:

http://kirjasto.sci.fi/kawabata.html
"Yasunari Kawabata - Facts". Nobel Media AB. 2014. Diakses pada 13
September

2014

dari

Nobelprize.org:

http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/literature/laureates/1968/kawabata

facts.html
"Yasunari Kawabata". Encyclopedia of World Biography. 2004. Diakses pada
18

Oktober

2014

dari

Encyclopedia.com:

http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3404703473.html
The Board. Japan P.E.N Club. Diakses pada 19 Oktober 2014 dari
Japanpen.or.jp: http://www.japanpen.or.jp/en/about/the_board/

PERTANYAAN:
1. Rezda Inggit Bianka (180610120128)
Apa yang menyebabkan Kawabata Yasunari memperoleh Nobel
Sastra?
Jawab:
9

Karena penguasaan naratif Kawabata dalam menyampaikan intipati


pikiran masyarakat Jepang yang penuh kepekaan. Kawabata unggul dalam
memaparkan karya sastra yang dengan kehalusan perasaan mengungkapkan
pikiran bangsa Jepang. Ia adalah novelis Jepang pertama yang pandai
melukiskan keindahan tradisi Jepang dengan teknik menulis modern.
2. Nisa Nur Azizah (180610120133)
Dalam novel apa dan bagaimana Kawabata mencerminkan dirinya
bahwa ia berminat pada seni lukis?
Jawab:
Misalnya dalam novel Kecantikan dan Kesedihan (
Utsukushisa to Kanashimi to). Yasunari Kawabata adalah seorang novelis
Jepang pertama yang memenangkan hadiah Nobel Sastra. Begitupun dalam
novel ini digambarkan tokoh Oki adalah seorang novelis yang berhasil
setelah mengarang novel Gadis Enam Belas Tahun. Dalam biografinya
dinyatakan juga sebelum meniti karir di dunia tulis menulis, Kawabata
sempat ingin meniti karir di bidang seni lukis namun gagal. Dan tokoh
Otoko dalam novel ini digambarkan sebagai seorang pelukis yang sangat
terkenal dari Kyoto dengan aliran tradisional Jepang. Kemudian dalam novel
ini dibahas pula Maka dapat disimpulkan adanya pengaruh refleksi
kehidupan Kawabata terhadap novel ini. Sedangkan pada seluruh novel
karyanya terdapat pelukisan deskriptif di sana-sini yang terasa indah dan
kaya nuansa.
3. Luthfi Suryanda Atmodjo (180610120145)
Apa yang menyebabkan Kawabata terkenal di dunia internasional?
Jawab:
Karena Kawabata adalah orang Jepang pertama yang mendapatkan
anugerah Nobel Sastra. Beliau juga aktif dalam berbagai perkumpulan
sastrawan yang tidak hanya meliputi negara Jepang namun juga
Internasional seperti pada saat ia ditunjuk menjadi presiden Japan P.E.N
Club

yang

kemudian

International P.E.N.

10

dipilih

menjadi

wakil

presiden

Anda mungkin juga menyukai