Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alma Nadhifa Agustin

NIM : A23221B1063
MK : Teori dan sejarah sastra Indonesia
Dosen : Chika Gianistika M, Pd

RESUME MATERI 7
BAB III PERIODESASI SASTRA 1942-1945
Periode ini diketahui banyaknya karya propaganda dan dimuatkan dengan politik jepang.
Serupa membujuk rakyat Indonesia uuntuk membantu jepang dalam perang Asia Raya, dan
pemerintah melalui balai pustaka (Keimen Bunka Shidosho) menerbitkan karya seperti novel,
cerpen dan puisi untuk kebaikan dan keunggulan jepang. Bersamaan juga jepang
bersandiwara dengan menggunakan media propaganda.
Awalnya banyak para seniman yang antusias dengan janji-janji dan slogan-slogan jepang,
karna kedatangan jepang bisa mengusir belanda, dan menjadikan Indonesia tidak dijajah lagi
oleh Belanda. Namun, makin lama banyak para seniman yang mulai curiga dengan jepang
salah satunya adalah Umar Ismail yang pada akhirnya mulai merasa ragu dan waswas juga
terhadap jepang. Tapi berbeda dengan Umar Ismail, justru Chairil Anwar dan Amal Hamzah
sudah menaruh curiga kepada jepang sejak saat awal, bahkan Amal Hamzah sempat
menyindir Armijn Pane dengan karyanya yang berjudul ‘Tuan Amin’ yang pada saat itu
sangat bersemangat menyokong jepang dan membuat karya sesuai dengan permintaan
jepang.
Namun, adanya perang dan penderitaan lahir-batin karna dijajah jepang telah
mematangkan bangsa Indonesia, dan pada masa inilah bangsa Indonesia mengalami
pematangan, Pada masa penjajahan ini juga kian banyak orang-orang yang menulis sajak dan
cerpen, demikian juga sandiwara. Sedangkan roman pada zaman ini kurang ditulis oleh
orang-orang, Mungkin karna dituntut untuk bekerja supaya serba cepat dan singkat.
Dan pada masa ini juga kita menyaksikan beberapa penyair muncul, Mereka yang paling
penting diantaranya adalah: Usmar Ismail, Amal Hamzah, dan Rosihan anwar.
Usmar Ismail, kelahiran minagkabau Bukittinggi 20 Maret 1921, Yang dikenal sebagai
dramawan dan cineast (pembuat film), tapi dalam dunia sastra dia lebih dikenal sebagai
penulis drama, beberapa karya cerpen-nya, antara lain dimuat dalam Pancaran Cinta (1946)
dan Gema Tanah Air (1948). Yang keduanya disusun oleh H.B.Jassin, Dan sajak-sajak Usmar
Sebagian besar dikumpulkan dan diterbitkan dengan judul punting berasap (1949). Selain
Usmar Ismail ada juga Amal Hamzah.
Amal hamzah merupakan adik dari Amir Hamzah, lahir di Binjai Langkat 31 Agustus
1922. Ia pernah menerjemahkan beberapa buah karya Tagore, yang pernah mendapat hadiah
Nobel 1913, antaranya karya utamanya Gitanyali (1947). Sajak-sajak dan karangan lainnya
kemudia diterbitkan dalam buku berjudul Pembebasan Pertama (1949). Dan ia pun lebih
banyak menaruh minatnya kepada menerjemahkan.
Kemudian juga ada Rosihan Anwar, lahir di Padang 10 Mei 1922, yang sekarang lebih
dikenal sebagai wartawan dan komunis terkemuka. Pada tahun 1967 Rosihan menerbitkan
Raja Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka, yang merupakan roman sejarah semenanjung pada
awal abad ke-18.
Anas Ma’ruf juga salah satu penyair yang muncul pada zaman jepang, ia lahir di
bukittinggi 27 Oktober 1922, yang lebih dikenal sebagai organisator kebudayaan dan
penerjemah pada zaman sesudah perang. Ia pernah menjadi sekretaris di BMKN dan
memegang redaksi majalah kebudayaan Indonesia. Ia juga menulis sajak dan esai serta kritik,
dan menerjemahkan karya-karya para pengarang dunia seperti, Rabindranath Tagore, John
Steinbeck (Pengarang Amerika Pemenang Nobel), William Saroyyan (Pengarang Amerika
Juga) dll.
Ada juga M.S. Ashar yang lahir di Kutaraja, 19 Desember 1921, yang menjadi terkenal
karena sajaknya yang berjudul ‘bunglon’, yang isinya merpakan sindiran bagi orang-orang
yang plin-plan.
Selain para penyair laki-laki, ada juga dua orang para penyair Wanita yang muncul pada
zaman jepang mereka ialah, Maria Amin, lahir di Bengkulu 1921, dan Nursjamsu yang lahir
di Lintau, Sumatera Barat, 6 Oktober 1921. Karena kekecewaanya melihat kehidupan sosial
politik Maria Amin lalu lari kedalam dunia simbolis. Karna itu dia melukiskannya dalam
prosa,yang liriknya’ Tengoklah Dunia Sana’. Sedangkan Nursjamju menulis sejumlah sajak
yang melukiskan hati yang diamuk remaja. Sedangkan pada masa sesudah perang ia menulis
cerpen antara lain yang berjudul ‘Terawangyang dimuat dalam majalah ‘Gema Suasana’
(1948).
Banyaknya para penyair yang muncul pada zaman jepang ini juga menjadikan cerpen
tumbuh dengan subur pada zaman itu, beberapa pengarang baru muncul, sayembara-
sayembara cerepen pun banyak diadakan pada zaman ini. Pada zaman ini pun ada H.B.Jassin
juga yang ikut menulis cerpen, cerpen tersebut berjudul ‘Anak Laut’, yang kemudian cerpen
ini menjadi cerpen terakhir yang ditulis Jassin. Karena pada masa sesudahnya Jassin lebih
mencurahkan perhatian unruk menulis kritk dan esai sastra sambal meneyelenggarakan
dokumentasi sastra modern.
Bakti Siregar juga salah satu pengarang yang muncul pada zaman jepang, cerpen pertama
nya berjudul ‘Di Tepi Kawah’ mendapat hadiah sayembara mengarang cerpen. Yang
kemudian ‘ Di Tepi Kawah’ ini di bukukan dengan Jejak Langkah (1953). Pada masa sesuda
perang pun Bakri masih ada juga menulis cerpen, tetapi dia lebih mencurahkan perananya
sebagai pemimpin Lembaga seni sastra Lekra yang lebih banyak menulis karanga-karangan
yang berupa Kritik, polemic, dan semacamnya. Ia pun menulis buku Sejarah Sastera
Indonesia Moderen (1964) Yang baru selesai satu jilid.
Selain cerpen yang penulisannya sangat subur di zaman jepang, penulisan drama juga
salah satu yang bisa dikatakan sangat subur juga pada zaman itu, Hal ini mungkin disebabkan
karna POSD yang dipimpin oleh Armijn Pane yang didalamnya terdapat sandiwara yang
berkumpul. Pada zaman ini banyak pengarang yang menulis atau membuat sandiwara salah
satunya ialah: Armijn Pane, Usmar Ismail, Abu Hanifah (nama samaran El-Hakim), Idrus, Inu
Kertapati, Kotot Sukardi, dll.

Anda mungkin juga menyukai