Anda di halaman 1dari 11

UAS SEJARAH SASTRA

NAMA : MUIANA B LOLOLUAN

NIM : 202135092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHADA DAN SASTRA INDONESA

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

2022
LATAR BELAKAN
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
A. Pengertian Periodisasi Sastra Indonesia Sastra indonesia adalah sebuah istilah yang
melingkupi berbagai macam karya sastra yang ada di Indonesia. Sastra Indonesia sendiri
dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah kepulauan Indonesia. Sering juga secara
luas dirujuk pada sastra yang berbahasa Melayu, dimana bahasa Indonesia adalah turunannya.
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai
dengan ciri-ciri tertentu. Dalam periodesasi sastra Indonesia dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas angkatan Pujangga Lama, angkatan
Balai Pustaka, angkatan Pujangga baru, Angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan
1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan reformasi, dan angkatan 2000-an.
Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi
dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13)
membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:

1.Masa Kelahiran mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi
beberapa periode, yaitu:
1. Periode awal hingga 1933 2. Periode 1933-1942 3. Periode 1942-1945 2.
Masa Perkembangan mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa
periode, yaitu
1. Periode 1945-1953.
2. Periode 1953-1961. 3. Periode 1961-1968. Menurut Ajip, warna yang menonjol pada
periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat yang sedang menghadapai akulturasi
sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi kelangsungan eksistensi masing-masing
daerah. Sedangkan periode 1933-1942 diwarnai dengan pencarian tempat di tengah
pertarungan antara kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantic-idealis.
Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan
warna pelarian, kegelisahan, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri
di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna
pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak
menonjol pada periode 1953-1961. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak
menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan
sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan
sastra.
3.Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10– 15
tahun sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai berikut: 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Sastra Awal (1900 – an ) Sastra Balai Pustaka (1920 – 1942) Sastra Pujangga Baru (1930 –
1942) Sastra Angkatan 45 (1942 – 1955) Sastra Generasi Kisah (1955 – 1965) Sastra
Generasi Horison (1966) Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia menurut Jakob Sumardjo
didasarkan pada nama badan penerbitan yang menyiarkan karya para sastrawan. Seperti
Penerbit Balai Pustaka, majalah Pujangga Baru, majalah Kisah, dan majalah Horison, kecuali
angkatan 45 yang menggunakan tahun revolusi Indonesia. Ada juga penamaan angkatan 66
yang dicetuskan H.B. Jassin dengan merujuk pada gerakan politik yang penting di Indonesia
sekitar tahun 1966. Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau
metode, yaitu (1) menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan, dan (2)
menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke
angkatan. Di samping itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan
diakronis. Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan
atau periodenya. Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat
perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir. Setelah meninjau
periodisasi sejarah sastra Indonesia dari Jakob Sumardjo dan Ajip Rosidi, maka muncullah
tawaran lain dari Rachmat Djoko Pradopo mengenai periodisasi sejarah sastra Indonesia
sebagai berikut:
1. 2. 3. 4. 5.
Periode Balai Pustaka Periode Pujangga Baru Periode Angkatan 45 Periode Angkatan 50
Periode Angkatan 70 : 1920-1940 : 1930-1945 : 1940-1955 : 1950-1970 : 1965-1984
Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut: 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Angkatan Balai Pustaka Angkatan Pujangga Baru Angkatan ’45 Angkatan 50-an Angkatan
60-an Angkatan kontemporer (70-an--sekarang).4
1. Angkatan Balai Pustaka
Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka Angkatan Balai Pusataka
merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh
penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di
Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh
buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak
menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai
Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan
bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa
Madura. Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada
banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini
adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
NO. NAMA PENGARANG
1. Merari Siregar
KARYA SASTRA Azab dan Sengsara (1920) Binasa kerna Gadis Priangan (1931) Cinta dan
Hawa Nafsu
2.Marah Roesli
Siti Nurbaya (1922) La Hami (1924) Anak dan Kemanakannya (1956)
3.Muhammad Yamin
Tanah Air (1922) Indonesia, Tumpah Darahku (1928) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata Ken
Arok dan Ken Dedes (1934)
4.Abdul Muis
Salah Asuhan (1928) Pertemuan Djodoh (1933)
5. Djamaludin Adinegoro
Darah Muda (1927) Asmara Jaya (1928)

2. Pujangga Baru
Sutan Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas
banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada
masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistis dan elitis.

5.Roestam Effendi
6.Fatimah Hasan Delais

KARYA SASTRA Dian Tak Kunjung Padam (1932) Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
Layar Terkembang (1936) Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940) Di Bawah Lindungan
Ka'bah (1938) Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) Tuan Direktur (1950) Di dalam
Lembah Kehidoepan (1940) Belenggu (1940) Jiwa Berjiwa Gamelan Djiwa - kumpulan sajak
(1960) Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950) Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen
(1953) Habis Gelap Terbitlah Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945) Pancaran Cinta
(1926) Puspa Mega (1927) Madah Kelana (1931) Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
Kertajaya (1932) Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan Pertjikan Permenungan Kehilangan
Mestika (1935)

3. Angkatan 1945
Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945 Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya
telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik
dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantikidealistik. Karya-karya sastra pada
angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-
puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat
Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin
bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada
periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheisdianggap sebagai karya
pembaharuan prosa Indonesia.
NO. NAMA PENGARANG
1. Chairil Anwar
KARYA SASTRA Kerikil Tajam (1949) Deru Campur Debu (1949)
2.Idrus
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan
3.Achdiat K. Mihardja
Atheis (1949)
4.Trisno Sumardjo
Katahati dan Perbuatan (1952)
5.Utuy Tatang Sontani
Suling (drama) (1948) Tambera (1949) Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
6.Asrul Sani, Rivai Apin, dan Chairil Anwar
Tiga Menguak Takdir (1950)

4. Angkatan 1950 - 1960


Pramoedya Ananta Toer novelis generasi 1950-1960 Angkatan 50-an ditandai dengan
terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang
didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai
tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul
gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat
(Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan
berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
NO. NAMA PENGARANG
1. W.S Rendra
KARYA SASTRA Balada Orang-orang Tercinta (1957) Empat Kumpulan Sajak (1961) Ia
Sudah Bertualang (1963)
2.Ali Akbar Navis
Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955) Bianglala - kumpulan cerita pendek
(1963) Hujan Panas (1964) Kemarau (1967) Dua Dunia (1950) Hati jang Damai (1960)
3.N.h Dini
4.Trisnojuwono
Angin Laut (1958) Dimedan Perang (1962) Laki-laki dan Mesiu (1951)
5.Mochtar Lubis
6.Pramoedya Ananta Toer
Tak Ada Esok (1950) Jalan Tak Ada Ujung (1952) Tanah Gersang (1964) Si Djamal (1964)
Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) Bukan Pasar Malam (1951) Di Tepi Kali Bekasi (1951)
Keluarga Gerilya (1951) Mereka yang Dilumpuhkan (1951) Perburuan (1950) Cerita dari
Blora (1952)

5. Angkatan 1966 - 1970


Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966 Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada
angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra
dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah
Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus
sastra Indonesia, H.B. Jassin..
NO. NAMA PENGARANG
1. Taufik Ismail
2.Sapardi Djoko Damono
3.Leon Agusta
4.Umar Kayam
5.Putu Wijaya
6.Wisran Hadi

KARYA SASTRA Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Tirani dan Benteng Buku Tamu Musim
Perjuangan Sajak Ladang Jagung Kenalkan Saya Hewan Puisi-puisi Langit Dukamu Abadi
(1969) Mata Pisau (1974) Monumen Safari (1966) Catatan Putih (1975) Di Bawah Bayangan
Sang Kekasih (1978) Hukla (1979) Seribu Kunang-kunang di Manhattan Sri Sumarah dan
Bawuk Lebaran di Karet Pada Suatu Saat di Bandar Sangging Kelir Tanpa Batas Para Priyayi
Jalan Menikung Bila Malam Bertambah Malam (1971) Telegram (1973) Stasiun (1977)
Pabrik Gres Bom Empat Orang Melayu Jalan Lurus

6. Angkatan 1980-1990

Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980 dan 1990 Karya sastra di
Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan
penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini
antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor
Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran
pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan
serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar
baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat. Ada nama-nama
terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said,
antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
NO. NAMA PENGARANG

1. Hilman Hariwijaya

KARYA SASTRA Lupus - 28 novel (1986-2007) Lupus Kecil - 13 novel (1989-


2003) Olga Sepatu Roda (1992) Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
2.Darman Moenir
Bako (1983) Dendang (1988)
3.Y.B Mangunwijaya
Burung-burung Manyar (1981)
4.Arswendo Atmowiloto
Canting (1986)
5.Dorothea Rosa Herliany
Nyanyian Gaduh (1987) Matahari yang Mengalir (1990) Kepompong Sunyi (1993)
Nikah Ilalang (1995) Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
6.Budi Darma
Olenka (1983) Rafilus (1988)

B. Ciri-Ciri Angkatan dan Perbandingan

Angkatan ’20-an atau Angkatan Balai Pustaka Disebut Angkatan Dua Puluhan karna
novel yang pertama kali terbit adalah novel Azab dan Sengsara yang diterbitkan pada
tahun 1921 oleh Merari siregar. Disebut pula sebagai Angkatan Balai Pustaka karna
karya-karya tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Contoh ciri-ciri
dan karya penting pada angkatan ’20-an Cirri-ciri Karya Penting pengarang Puisinya
berupa syair dan Azab dan Sengsara Merari Siregar pantun Sitti Nurbaya Marah Rusli
Alirannya bercorak romantic Soal kebangsaan belum mengemuka Gaya bahasa masih
menggunakan perumpamaan
Salah Asuhan
Abdul Muis
Sengsara Membawa Nikmat
Tulis Sutan Sati
Angkatan ’30-an atau Angkatan Pujangga Baru Istilah Angkatan Pujangga Baru untuk
karya-karya yang lahir tahun ’30-’40-an, diambil dari majalah Pujangga Baroe yang
terbit tahun 1933. Disebut sebagai Angkatan Tiga Puluhan sebab sngkatan ini lahir
pada tahun ’30-an. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’30-an Cirri-ciri
Dinamis Individualistis Tidak persoalkan tradisi sebagai temanya
Karya Penting Layar Terkembang Belenggu Indonesia Tumpah Darahku Nyanyian
Sunyi & Buah Rindu
pengarang S.T. Alisyahbana Armin Pane Muhammad Yamin Amir Hamzah
Hasil karya bercorak kebangsaan Periode ‘45 Disebut juga sebagai Angkatan Chairil
Anwar kerna perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Disebut
juga sebagai angkatan kemerdekaan karna dilahirkan pada tahun Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada periode ‘45
Ciri-ciri karya Aku.pengarang Chairil Anwar
Bebas Individualistis Universitalitas realitas
Tiga Menguak Takdir
Chairil Anwar, Asrul Sani, Riayi Apin
Atheis Dari Ave Maria ke Jalan Lain Roma Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak
Bernam
Achdiat Karta Mihardja Idrus
Sitor Situmorang
Angkatan ‘66 Nama Ankatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya
yang berjudul Angkatan ’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah
kacau akibat PKI. Contoh ciri-ciri karya penting pada Angkatan ‘66 Ciri-ciri Karya
Kebanyakan tentang protes terhadap social dan politik Mulai dikenal gaya epic pada
puisi Banyak penggunaan gaya retorik dan slogan
Pagar Kawat Berduri Tirani dan Benteng Pariksit Para Priayi Mata Pisau dan Peluru
Kertas
pengarang Toha Mochtar Taufiq Ismail Goenawan Mohammad Umar Kayam Supardi
Joko Damono
Cerita dengan berlatar perang Angkatan ’70-an Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-
karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana tidak menekankan pada makna
kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra kontemporer. Contoh ciri-ciri
dan karya penting pada angkatan ’70-an Ciri-ciri Diabaikannya unsur makna Penuh
semangat eksperimentasi
karya O, Amuk, Kapak Hukla Wajah Kita Catatan Sang Koruptor Dandandik
pengarang Sutardji Calzoum Bachri Leon Agusta Hamid Jabar F. Ibrahim Ibrahim
Sattah
Beraliran surealistik
Dalam drama, pemain sering improvisasi Angkatan ’80-an Karya sastra Indonesia
pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman pecintaan karya sastrawan
wanita yang menonjol pada masa tersebut. Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan
’80-an Ciri-ciri Didominasi oleh roman percintaan Konvensional : tokoh antagonis
selalu kalah Tumbuh sastra beraliran pop Karya sastra tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan umum
karya Pulau Buru Burun- Burung Manyar Boko
Ronggen Dukuh Paruk Lupus
pengarang Pramoedya Ananta Toer Y.B Mangun Wijaya Darman Moenir
Ahmad Tohari Hilman Hariwijaya13
NSIK
C.ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRI.

“Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma” Karya : Idrus

D. Kesimpuan dan saran

Kesimpulan

Periodesasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang


ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Dalam periodesasi sastra Indonesia dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas angkatan
Pujangga Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga baru, Angkatan 1945,
angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan
reformasi, dan angkatan 2000-an. Berdasarkan analisis “Dari Ave Maria ke Jalan Lain
ke Roma” Cerpen ini memaparkan bahwa menjalani kehidupan di dunia ini dengan
menerapkan kejujuran itu tidaklah mudah, sebab tidak semua orang dapat menerima
kejujuran tersebut. Saran Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi saran adalah perlu
ditinjau kembali secara mendalam tentang pengertian periodisasi sastra, masa
berkembangnya angkatan, ciri-ciri tiap angkatan, dan analisis unsur intrinsik dan
eksrinsik sebuah karya sastra. Saya membuat tugas ini berdasarkan sumber sumber
yang ada. Saya juga menyadari, masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan tugas ini. Maka dari itu, saya memerlukan saran dari para pembaca supaya
menjadikan makalah ini lebih baik. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai