berikut. I. Masa Kelahiran atau Masa Kebangkitan yang mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa period, yaitu 1. Period awal hingga 1933 2. Period 1933-1942 3. Period 1942-1945 II. Masa Perkembangan (1945-1968) yang dapat dibagi-bagi menjadi beberapa period, yaitu 1. Period 1945-1953 2. Period 1953-1961 3. Period 1961-1968(sekarang) Menurut Ajip, warna yang menonjol pada periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat yang sedang menghadapi akulturasi sehingga menimbulkan berbagai problem bagi kelangsungan eksistensi masingmasing, sedangkan periode 1933-1942 diwarnai pencarian tempat di tengah pertarungan kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantis-idealis. Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan warna pelarian, kegelisahan, dan peralihan, sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna pencarian identitas diri dan sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961
Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantikidealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpenDari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar Tiga Menguak Takdir (1950)
Idrus Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan
Utuy Tatang Sontani Suling (drama) (1948) Tambera (1949) Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
Suman Hs. Kasih Ta' Terlarai (1961) Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957) Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastrarealisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. [sunting]Penulis
Pramoedya Ananta Toer Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) Bukan Pasar Malam (1951) Di Tepi Kali Bekasi (1951) Keluarga Gerilya (1951) Mereka yang Dilumpuhkan (1951) Perburuan (1950) Cerita dari Blora (1952) Gadis Pantai (1965)
W.S. Rendra Balada Orang-orang Tercinta (1957) Empat Kumpulan Sajak (1961)
Sitor Situmorang Dalam Sadjak (1950) Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954) Pertempuran dan Saldju di Paris (1956) Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953) Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
Nugroho Notosusanto Hujan Kepagian (1958) Rasa Sajang (1961) Tiga Kota (1959)
Trisnojuwono Angin Laut (1958) Dimedan Perang (1962) Laki-laki dan Mesiu (1951)
Mochtar Lubis Tak Ada Esok (1950) Jalan Tak Ada Ujung (1952) Tanah Gersang (1964) Si Djamal (1964)
Toha Mochtar Pulang (1958) Gugurnya Komandan Gerilya (1962) Daerah Tak Bertuan (1963)
Ajip Rosidi Tahun-tahun Kematian (1955) Ditengah Keluarga (1956) Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957) Cari Muatan (1959) Pertemuan Kembali (1961) Bokor Hutasuhut Datang Malam (1963)
Ali Akbar Navis Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955) Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963) Hujan Panas (1964) Kemarau (1967)