Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TELAAH PROSA
Unsur ekstrinsik utama: pengarang, sensitivitas, imajinasi, intelektual, pandangan hidup
(telaah idiologi-filosofis)

Oleh :

KELOMPOK 1

1. AULIANA FITRI RISFA


2. MELANI YULIA INDRA
3. REFKY MAULANA ISHAQ

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


MEGASARI MARTIN, S.S, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontibusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Megasari Martin, S.S,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Telaah Prosa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman- teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca . bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari- hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang Panjang, 28 Mei 2022

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang makalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................ 1
1.3 Batasan masalah ......................................................................................................... 1
1.4 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 1

Bab II Pembahasan......................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Unsur Ekstrinsik........................................................................................ 2
2.2 Pengarang.................................................................................................................... 2
2.3 Sensitivitas.................................................................................................................. 3
2.4 Imajinasi...................................................................................................................... 4
2.5 Intelektual.................................................................................................................... 5
2.6 Pandangan Hidup........................................................................................................ 6

Bab III Penutup............................................................................................................... 9


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 9

Daftar Pustaka................................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsur ekstrinsik karya sastra adalah unsur- unsur yang berada di luar karya sastra,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Unsur ekstrinsik karya sastra bisa kita ibaratkan dengan pembangunan suatu rumah.
Unsur ekstrinsik bukanlah bahan- bahan untuk membangun rumah seperti batu bata atau
yang lainnya. Unsur ekstrinsik lebih mengarah pada kondisi sosial dan budaya
pembangun rumah sehingga mempengaruhi model sebuah rumah.
Jadi dapat ditegaskan bahwa unsur ekstrinsik karya sastra lebih mengarah pada
kondisi sosial dan budaya dari pengarang sehingga mempengaruhi penciptaan sebuah
karya sastra.
1.2 Batasan Masalah
Pada pembahasan kali ini penulis membatasi masalah pada ;
1. Pengertian Unsur Ekstrinksik
2. Pengarang
3. Sensitivitas
4. Imajinasi
5. Intelektual
6. Padangan Hidup
Maka dari itu penulis hanya berfokus dalam membahas hal yang tersebut diatas.
1.3 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penulis dalam membuat makalah ini maka terdapat beberapa
rumusan masalah yang membantu penulis sebagai berikut :
1. Apa itu unsur ekstrinsik ?
2. Bagaimana pengarang menjadi undur ekstrinsik karya sastra prosa ?
3. Bagaimana sensitivitas didalam unsur ekstrinsik ?
4. Bagaimana imajinasi didalam unsur ekstrinsik ?
5. Bagaimana intelektual dilihat sebagai unsur ekstrinsik ?
6. Bagaiamana pandangan hidup dijadikan sebagai unsur ekstrinsik ?
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui unsur ekstrinsik.
2. Mengetahui pengarang sebagai unsur ekstrinsik.
3. Mengetahui sensitivitas didalam unsur ekstrinsik.
4. Mengetahui imajinasi didalam unsur ekstrinsik.
5. Mengetahui intelektual dilihat sebagai unsur ekstrinsik.
6. Mengetahui pandangan hidup sebagai salah satu unsur ekstrinsik.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini ialah penulis dapat memahami
unsur ekstrinsik didalam karya sastra terutama prosa yang dimana didalamnya terdapat
pengarang, sensitivitas, imajinasi, intelektual, dan pandagan hidup yang merupakan
rincian didalam sebuah unsur ekstrinsik karya sastra prosa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Unsur Ekstrinsik


Unsur ekstrinsik karya sastra adalah unsur- unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik karya sastra bisa kita ibaratkan dengan
pembangunan suatu rumah. Unsur ekstrinsik bukanlah bahan- bahan untuk
membangun rumah seperti batu bata atau yang lainnya. Unsur ekstrinsik lebih
mengarah pada kondisi sosial dan budaya pembangun rumah sehingga
mempengaruhi model sebuah rumah.
Jadi dapat ditegaskan bahwa unsur ekstrinsik karya sastra lebih mengarah pada
kondisi sosial dan budaya dari pengarang sehingga mempengaruhi penciptaan
sebuah karya sastra.
Berikut ini adalah beberapa pengertian unsure ekstrinsik menurut beberapa
para ahli:
a. Pengertian unsur ekstrinsik menurut Wellek dan Warren (1956)
Unsur ekstrinsik merupakan keadaan subjektivitas pengarang tentang
sikap, keyakinan serta pandangan hidup yang menjadi latar belakang
terlahirnya sebuah karya fiksi, bisa dikatakan kalau unsure biografi
pengarang dapat menentukan cirri karya yang dihasilkan.
b. Pengertian unsur ekstrinsik menurut Nurgiyanto (2009:23)
Unsur ekstrinsik merupakan unsure yang berada diluar sebuah karya
fiksi yang berpengaruh terhadap lahirnya karya tetapi tidak menjadi bagian
didalam karya fiksi itu sendiri. Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro
menjelaskan unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya, unsur berikutnya adalah psikologi, baik yang berupa psikologi
pengarang seperti ekonomi, politik, dan social juga akan mempengaruhi
karya sastra. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain,
dan sebagainya.

2.2 Pengarang Didalam Unsur Ekstrinsik


Latar belakang penulis adalah faktor-faktor dari dalam pengarang itu sendiri
yang mempengaruhi atau memotivasi penulis dalam menulis sebuah karya sastra.
Latar belakang pengarang bisa meliputi pemahaman terhadap sejarah hidup dan
juga sejarah hasil karangan – karangan sebelumnya.
Latar belakang pengarang dapat terdiri dari:

2
A. Biografi.
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah
biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-
data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh
sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan
segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.
Teks biografi disusun oleh orang lain, bukan oleh diri sendiri.
B. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang penulis ketika
menulis cerita. faktor ini akan mempengaruhi hasil sebuah karya sastra. misalnya
jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu cerita sedih
atau gembira pula.
C. Aliran Sastra
Seorang penulis pasti akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini sangat
berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai penulis dalam menciptakan
sebuah karya. Aliran sastra merupakan panutan yang di yakini oleh seorang
penulis, dan setiap penulis memiliki aliran sastra yang berbeda antara penulis satu
dengan penulis yang lain.

2.3 Sensitivitas Didalam Unsur Ekstrinsik


Seorang penulis harusnya memiliki kepekaan-kepekaan semacam ini.
Kepekaan itu misalnya, kepekaan secara teknis;
1. Kepekaan Berbahasa,
yaitu kemahiran dalam menggunakan gaya bahasa, teliti dalam setiap
ejaan, kiasan, diksi, juga peletakan paragraf. Saya ambil contoh beberapa
penulis favorit saya, seperti tulisan-tulisan DEE, Ayu Lestari, dan Andrea
Hirata.
2. Kepekaan Materi,
yaitu bagaimana mengemas materi tulisan dengan gaya kepenulisan
dan menghasilkan tulisan yang mudah dipahami dengan pesan-pesan yang
tersampaikan. Yang terdapat keseimbangan dan tanpa memaksakan tentunya.
Saya rekomendasikan Ahmad Tohari deh, sastrawan ini dapat mengolah
3
materi sederhana menjadi sangat indah dan mudah untuk diresapi dengan gaya
kepenulisannya yang khas.
Selain itu pula kepekaan yang tak kalah penting adalah penjiwaan dan
kematangan emosional, sehingga dapat mempengaruhi pembaca. Dan kepekaan
terhadap permasalahan-permasalahan sosial terutama di lingkungan sekitar.
Karena setiap karya hendaknya mampu membawa sebuah perubahan, paling tidak
menjadi sebuah corak pada waktu tertentu.

2. 4 Imajinasi Didalam Unsur Ekstrinsik.


Unsur Ekstrinsik Cerita Imajinasi
1. Bahasa
Bahasa adalah sarana yang digunakan dalam karya sastra. Bahasa yang
digunakan dalam sebuah karya sastra dipengaruhi oleh bahasa pengarang. Unsur
bahasa daerah dimungkinkan masuk ke karya sastra tersebut. Bahasa pengarang
berkaitan erat dengan unsur ekstrinsik.
2. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup
pengarang dan juga sejarah hasil karangan-karangan yang ditulis pengarang
sebelumnya. Latar belakang pengarang terdiri atas biografi pengarang, kondisi
psikologis pengarang, dan aliran sastra yang dianut pengarang.
3. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Imajinasi
Cerita imajinasi mengandung nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat. Nilai-nilai tersebut menggambarkan norma, tradisi, aturan, dan
kepercayaan yang dianut atau dilakukan oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut
meliputi nilai moral, sosial, budaya atau adat istiadat, dan religi.
Nilai moral adalah nilai kehidupan berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti
(baik dan buruk). Contoh nilai moral yaitu berbakti kepada orang tua, jujur, sabar,
dan ikhlas. Nilai sosial adalah nilai kehidupan yang terkait dengan norma atau
aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai sosial berhubungan dengan orang
lain. Contoh nilai sosial yaitu saling memberi, tenggang rasa, dan saling
menghormati pendapat orang lain. Nilai budaya adalah nilai-nilai berkaitan
dengan kebiasaan atau tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Contoh nilai
budaya yaitu adat istiadat perkawinan atau kematian, adat cara berpakaian,
budaya kesenian, dan upacara adat. Nilai religi adalah nilai berkaitan dengan
4
kehidupan beragama. Contoh nilai religi yaitu cara beribadah kepada Tuhan dan
sistem kepercayaan. Nilai politik adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan gejolak
tata pemerintahan di suatu daerah. Gejolak tersebut menjadi latar cerita. Latar
peristiwa politik dijadikan salah satu dokumen sejarah bangsa.

2. 5 Intelektual Didalam Unsur Ekstrinsik.


Intelektualitas dalam sastra dapat terlihat dari daya pesona yang dipancarkan,
yaitu apakah memberikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi si pembaca.
Dalam cerpen Surabaya, terdapat unsur intelektual yang dapat dilihat pada:
Tiba-tiba melompat seorang pemuda ke depan. Dipanjatnya tiang bendera,
dirobeknya kain biru dari bendera itu. Orang-orang tercengang bertepuk
dan bersorak, tetapi orang-orang Belanda Indo marah-marah.
Bendera Belanda yang dirobek warna birunya hingga menjadi bendera merah
putih merupakan sesuatu yang menakjubkan bagi pembaca dimana pemuda
tersebut sangat berani dengan rasa nasionalisme yang tinggi. Walaupun akhirnya
orang Belanda Indo yang ikut menyaksikan perobekan bendera terpancing emosi
dan terjadi keributan, hal itu tentu memukul perasaan untuk rakyat Belanda Indo.
Terdapat pula unsur intelektual lagi di cerpen ini pada:
Seluruh perhatian rakyat Indonesia ditujukan kepada perjuangan yang
sedang berlaku di Surabaya itu. Pada setiap kabar yang mengatakan,
gedung ini, gedung itu sudah hancur, mereka mengeluh sedih seperti orang
tua yang dihinakan anaknya.
Penulis memberikan suatu informasi tentang keadaan yang benar-benar terjadi
di Indonesiapada waktu terjadi pertempuran Surabaya dengan menyertakan
perasaan rakyat saat mendengarkan kabar tersebut. Tentunya hal ini diketahui
penulis karena telah hidup di masanya dan turut merasakan pertempuran. Satu
lagi yang dikira merupakan unsur intelektual yaitu:
“Kami telah mengadakan penyelidikan yang saksama tentang segala apa
yang tuan katakan dalam dewan ini dulu. Dan ternyata, bahwa semua yang
Tuan katakan itu bohong, bohong belaka! Tuan waktu itu hanya hendak
memengaruhi jiwa kami, supaya kami tidak lagi membikin kritik yang
pedas-pedas. Sekarang dengan sangat saya meminta kepada rapat, supaya
mendesak tentara untuk menghilangkan kebohongan dan penyakit sipilis
itu sama sekali.”
5
Setelah pertempuran Surabaya berakhirpun ternyata masih banyak pro dan
kontra di Surabaya sendiri, seperti pada rapat dewan yang dilaksanakan, mereka
menyatakan kekalahan-kekalahan disebabkan oleh tentara yang main wanita, lalu
si tentara membela diri, dan ada pengawal yang melecehkan anggota dewan, dan
sebagainya. Sehingga kerumitan ini tiada pernah henti, seperti banyak kepalsuan
dalam perjuangan ini digambarkan oleh penulis dengan sangat hebat dan tentunya
berkaitan dengan kenyataan.

2. 6 Pandangan Hidup dalam Unsur Ekstrinsik.


1. Pengertian pandangan hidup
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan dalam masyarakat. Setiap
manusia memiliki keinginan baik maupun buruk. Sikap hidup adalah perasaan
hati dalam menghadapi hidup,sikap tersebut bisa positif, negatif, apatis atau sikap
optimis maupun pesimis tergantung kepada pribadi dan lingkungannya. Manusia
adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada seorang pun
manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan manusia
adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir tertentu
pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada situasi
dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia
tersebut berada.
Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil
perenungan seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan
hidup dan cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia
inginkan sesuai dengan cita-citanya.Tidak sedikit manusia yang mimpinya
menjadi kenyataan. Bermula dari mimpi akan menjadikan kita semangat untuk
mengejar mimpi tersebut.
Pandangan hidup yang diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3
macam :
a. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya
b. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan
kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut

6
c. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relative
kebenarannya.
2. Makna Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa
positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada
pribadi orang itu dan juga lingkungannya. Sikap itu penting, setiap orang
mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat
dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini
terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas,
berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah sikap
itu.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan Dalam
menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau
menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis
ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap
berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.
Sikap non etis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap
takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri
pribadi, karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi
kemajuan bangsa. Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap
manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk
dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap
objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang
terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial
serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut.
Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai
aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi kekuasaan-
kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang mencolok yang
dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu adalah:
a) Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam
raya atau kekuasaan kesuburan.
b) Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan,
ia menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala
7
sesuatu (antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-
ilmu).
c) Tahap fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam
diri manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap
mistis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek
penyelidikannya (sikap antologis).
Sementara itu Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang terjadi
kendala bagi manusia dalam upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap
hidup, kedua bahaya yang dimaksud adalah nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan control diri
manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Nafsu
memperlemah manusia karena pemborosan kekuatan-kekuatan batin tanpa guna.
Seseorang yang dikuasai nafsu, boleh jadi tidak lagi menuruti akal budinya, tidak
bisa lagi mengembangkan segi-segi halusnya, semakin mengancam
lingkungannya, menimbulkan konflik dan ketegangan-ketegangan dalam
masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan ketentraman.
Pamrih dan egoisme juga menjadi musuh manusia. Ini bias dimengerti
mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih semata-mata biasanya
cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan
kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata sosial pun pamrih itu selalu
mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan
sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari dalam, karena
sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya sendiri.
Dengan demikian itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong diri dari
sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam individualitasnya, melainkan
dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada dasar jiwa mereka.
Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling
tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kontruk-kontruk lain,
seperti:
a.Nilai-nilai
b.Sikap
c.Dorongan
d.Motivasi

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Unsur ekstrinsik karya sastra adalah unsur- unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik bukanlah bahan- bahan untuk
membangun rumah seperti batu bata atau yang lainnya.
Unsur ekstrinsik merupakan unsure yang berada diluar sebuah karya fiksi yang
berpengaruh terhadap lahirnya karya tetapi tidak menjadi bagian didalam karya
fiksi itu sendiri. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan
sebagainya.
Latar belakang penulis adalah faktor-faktor dari dalam pengarang itu sendiri
yang mempengaruhi atau memotivasi penulis dalam menulis sebuah karya sastra.
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah
biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-
data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. .
Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh
sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan
segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.
faktor ini akan mempengaruhi hasil sebuah karya sastra. misalnya jika mereka
sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu cerita sedih atau gembira
pula. Seorang penulis pasti akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini sangat
berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai penulis dalam menciptakan
sebuah karya. Seorang penulis harusnya memiliki kepekaan-kepekaan semacam
ini.
Kepekaan itu misalnya, kepekaan secara teknis;. yaitu kemahiran dalam
menggunakan gaya bahasa, teliti dalam setiap ejaan, kiasan, diksi, juga peletakan
paragraf. Saya ambil contoh beberapa penulis favorit saya, seperti tulisan-tulisan
DEE, Ayu Lestari, dan Andrea Hirata. yaitu bagaimana mengemas materi tulisan
dengan gaya kepenulisan dan menghasilkan tulisan yang mudah dipahami dengan
pesan-pesan yang tersampaikan. Selain itu pula kepekaan yang tak kalah penting
adalah penjiwaan dan kematangan emosional, sehingga dapat mempengaruhi
pembaca. 2. Bahasa adalah sarana yang digunakan dalam karya sastra. 2.
Latar belakang pengarang meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup
pengarang dan juga sejarah hasil karangan-karangan yang ditulis pengarang
sebelumnya. Latar belakang pengarang terdiri atas biografi pengarang, kondisi
psikologis pengarang, dan aliran sastra yang dianut pengarang.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Imajinasi. Cerita imajinasi
mengandung nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai sosial
adalah nilai kehidupan yang terkait dengan norma atau aturan dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai budaya adalah nilai-nilai berkaitan dengan kebiasaan atau
tradisi yang berlaku dalam masyarakat.

9
Intelektualitas dalam sastra dapat terlihat dari daya pesona yang dipancarkan,
yaitu apakah memberikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi si pembaca.
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan dalam masyarakat. Sumber
pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenungan seseorang
yang bersifat relatif. Sikap itu penting, setiap orang mempunyai sikap dan sudah
tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan
kemauan yang membentuknya. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi,
dan lingkungan Dalam menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi
manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan
nonetis. Sikap non etis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar,
sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri.
Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada
semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses
sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek
tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek
yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan
untuk bereaksi terhadap objek tersebut. Menurut Van Peursen dalam bukunya
strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman
dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode
peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. c) Tahap
fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia
modern. Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan control
diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Ini bias
dimengerti mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih semata-mata
biasanya cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan
kepentingan masyarakat. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari
dalam, karena sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan
kekuatannya sendiri

10
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.isi-dps.ac.id/anggawahyupradana/unsur-unsur-ekstrinsik-karya-sastra-indonesia

Zakiyah. 2014. Skripsi: Sikap Dan Pandangan Hidup Tokoh Dalam Novel Larung karya ayu
utami dan implikasinya terhadap pembelajaran Sastra indonesia. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27710/1/
ZAKIYAH-FITK.pdf

Allitadram. 2011. Unsur Intelektual, Imajinasi, dan Emosi pada Cerpen “Surabaya”.
https://allitadram.wordpress.com/2011/12/18/unsur-intelektual-imajinasi-dan-emosi-
pada-cerpen-surabaya/

11

Anda mungkin juga menyukai