TELAAH PROSA
Unsur ekstrinsik utama: pengarang, sensitivitas, imajinasi, intelektual, pandangan hidup
(telaah idiologi-filosofis)
Oleh :
KELOMPOK 1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontibusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Megasari Martin, S.S,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Telaah Prosa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman- teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca . bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari- hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang makalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................ 1
1.3 Batasan masalah ......................................................................................................... 1
1.4 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 1
Bab II Pembahasan......................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Unsur Ekstrinsik........................................................................................ 2
2.2 Pengarang.................................................................................................................... 2
2.3 Sensitivitas.................................................................................................................. 3
2.4 Imajinasi...................................................................................................................... 4
2.5 Intelektual.................................................................................................................... 5
2.6 Pandangan Hidup........................................................................................................ 6
Daftar Pustaka................................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Biografi.
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah
biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-
data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh
sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan
segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.
Teks biografi disusun oleh orang lain, bukan oleh diri sendiri.
B. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang penulis ketika
menulis cerita. faktor ini akan mempengaruhi hasil sebuah karya sastra. misalnya
jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu cerita sedih
atau gembira pula.
C. Aliran Sastra
Seorang penulis pasti akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini sangat
berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai penulis dalam menciptakan
sebuah karya. Aliran sastra merupakan panutan yang di yakini oleh seorang
penulis, dan setiap penulis memiliki aliran sastra yang berbeda antara penulis satu
dengan penulis yang lain.
6
c. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relative
kebenarannya.
2. Makna Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa
positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada
pribadi orang itu dan juga lingkungannya. Sikap itu penting, setiap orang
mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat
dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini
terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas,
berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah sikap
itu.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan Dalam
menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau
menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis
ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap
berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.
Sikap non etis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap
takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri
pribadi, karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi
kemajuan bangsa. Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap
manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk
dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap
objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang
terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial
serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut.
Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai
aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi kekuasaan-
kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang mencolok yang
dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu adalah:
a) Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam
raya atau kekuasaan kesuburan.
b) Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan,
ia menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala
7
sesuatu (antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-
ilmu).
c) Tahap fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam
diri manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap
mistis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek
penyelidikannya (sikap antologis).
Sementara itu Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang terjadi
kendala bagi manusia dalam upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap
hidup, kedua bahaya yang dimaksud adalah nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan control diri
manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Nafsu
memperlemah manusia karena pemborosan kekuatan-kekuatan batin tanpa guna.
Seseorang yang dikuasai nafsu, boleh jadi tidak lagi menuruti akal budinya, tidak
bisa lagi mengembangkan segi-segi halusnya, semakin mengancam
lingkungannya, menimbulkan konflik dan ketegangan-ketegangan dalam
masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan ketentraman.
Pamrih dan egoisme juga menjadi musuh manusia. Ini bias dimengerti
mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih semata-mata biasanya
cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan
kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata sosial pun pamrih itu selalu
mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan
sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari dalam, karena
sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya sendiri.
Dengan demikian itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong diri dari
sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam individualitasnya, melainkan
dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada dasar jiwa mereka.
Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling
tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kontruk-kontruk lain,
seperti:
a.Nilai-nilai
b.Sikap
c.Dorongan
d.Motivasi
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Unsur ekstrinsik karya sastra adalah unsur- unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik bukanlah bahan- bahan untuk
membangun rumah seperti batu bata atau yang lainnya.
Unsur ekstrinsik merupakan unsure yang berada diluar sebuah karya fiksi yang
berpengaruh terhadap lahirnya karya tetapi tidak menjadi bagian didalam karya
fiksi itu sendiri. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan
sebagainya.
Latar belakang penulis adalah faktor-faktor dari dalam pengarang itu sendiri
yang mempengaruhi atau memotivasi penulis dalam menulis sebuah karya sastra.
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah
biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-
data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. .
Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh
sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan
segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.
faktor ini akan mempengaruhi hasil sebuah karya sastra. misalnya jika mereka
sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu cerita sedih atau gembira
pula. Seorang penulis pasti akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini sangat
berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai penulis dalam menciptakan
sebuah karya. Seorang penulis harusnya memiliki kepekaan-kepekaan semacam
ini.
Kepekaan itu misalnya, kepekaan secara teknis;. yaitu kemahiran dalam
menggunakan gaya bahasa, teliti dalam setiap ejaan, kiasan, diksi, juga peletakan
paragraf. Saya ambil contoh beberapa penulis favorit saya, seperti tulisan-tulisan
DEE, Ayu Lestari, dan Andrea Hirata. yaitu bagaimana mengemas materi tulisan
dengan gaya kepenulisan dan menghasilkan tulisan yang mudah dipahami dengan
pesan-pesan yang tersampaikan. Selain itu pula kepekaan yang tak kalah penting
adalah penjiwaan dan kematangan emosional, sehingga dapat mempengaruhi
pembaca. 2. Bahasa adalah sarana yang digunakan dalam karya sastra. 2.
Latar belakang pengarang meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup
pengarang dan juga sejarah hasil karangan-karangan yang ditulis pengarang
sebelumnya. Latar belakang pengarang terdiri atas biografi pengarang, kondisi
psikologis pengarang, dan aliran sastra yang dianut pengarang.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Imajinasi. Cerita imajinasi
mengandung nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai sosial
adalah nilai kehidupan yang terkait dengan norma atau aturan dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai budaya adalah nilai-nilai berkaitan dengan kebiasaan atau
tradisi yang berlaku dalam masyarakat.
9
Intelektualitas dalam sastra dapat terlihat dari daya pesona yang dipancarkan,
yaitu apakah memberikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi si pembaca.
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan dalam masyarakat. Sumber
pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenungan seseorang
yang bersifat relatif. Sikap itu penting, setiap orang mempunyai sikap dan sudah
tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan
kemauan yang membentuknya. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi,
dan lingkungan Dalam menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi
manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan
nonetis. Sikap non etis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar,
sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri.
Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada
semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses
sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek
tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek
yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan
untuk bereaksi terhadap objek tersebut. Menurut Van Peursen dalam bukunya
strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman
dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode
peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. c) Tahap
fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia
modern. Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan control
diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Ini bias
dimengerti mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih semata-mata
biasanya cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan
kepentingan masyarakat. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari
dalam, karena sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan
kekuatannya sendiri
10
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.isi-dps.ac.id/anggawahyupradana/unsur-unsur-ekstrinsik-karya-sastra-indonesia
Zakiyah. 2014. Skripsi: Sikap Dan Pandangan Hidup Tokoh Dalam Novel Larung karya ayu
utami dan implikasinya terhadap pembelajaran Sastra indonesia. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27710/1/
ZAKIYAH-FITK.pdf
Allitadram. 2011. Unsur Intelektual, Imajinasi, dan Emosi pada Cerpen “Surabaya”.
https://allitadram.wordpress.com/2011/12/18/unsur-intelektual-imajinasi-dan-emosi-
pada-cerpen-surabaya/
11