Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM
KONSEP DAN SEJARAH KURIKULUM

Oleh :

KELOMPOK 1

1. REFKY MAULANA ISHAQ


2. RISKI WAHYUDI

Dosen Mata Kuliah :


MIMI SRI IRFADILA, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA BARAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehi
ngga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan teri
ma kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan b
aik pikiran maupun materinya.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Mimi Sri Irfadila, M.Pd selak
u dosen mata kuliah Telaah Kurikulum Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada te
man- teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalama
n bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekka
n dalam kehidupan sehari – hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pen
yusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami san
gat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makala
h ini.

Padang Panjang, 18 Oktober 2021

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang makalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................ 1
1.3 Batasan masalah ......................................................................................................... 1
1.4 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 1

Bab II Pembahasan......................................................................................................... 2
2.1 Hakikkat Kurikulum.................................................................................................... 2
2.2 Komponen Kurikulum................................................................................................. 14
2.3 Sejarah Kurikulum ..................................................................................................... 19

Bab III Penutup............................................................................................................... 26


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 26
3.2 Saran............................................................................................................................ 26

Daftar Pustaka................................................................................................................. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dalam pendidikan yang memuat isi dan mater
i pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari ole
h siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Dalam sebuah kurikulum terdapat
beberapa komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dan di Indonesia
sendiri memiliki perjalanan perkembangan kurikulum yang akan penulis bahas pada bab
berikutnya.

1. 2 Batasan Masalah
Pada pembahasan kali ini penulis membatasi masalah pada ;
1. Hakikat kurikulum.
2. Komponen kurikulum.
3. Serta sejarah kurikulum .
Maka dari itu penulis hanya berfokus dalam membahas hal yang tersebut diatas.

1. 3 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penulis dalam membuat makalah ini maka terdapat beberapa rumus
an masalah yang membantu penulis sebagai berikut :
1. Apakah pengertian kurikulum itu ?
2. Apa saja fungsi kurikulum tersebut ?
3. Apa saja komponen – komponen yang tedapat pada kurikulum itu ?
4. Bagaimana perkembangan kurikulum itu dalam sejarah ?

1. 4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian kurikulum tersebut.
2. Mengetahui fungsi dan peran kurikulum tersebut.
3. Mengetahui apa saja komponen yang terdapat pada sebuah kurikulum.
4. Mengetahui sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia.

1. 5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini ialah penulis dapat mengetahui apa
yang dimaksud dengan kurikulum, penulis dapat mengetahui peran dan fungsi kurikulum,
penulis bias mengetahui apa itu kurikulum dan pengajaran, peran guru dalam
pengembangan sebuah kurikulum, dan juga penulis mengetahui komponen apa saja yang
terdapat didalam sebuah kurikulum, serta penulis dapat mengetahui sejarah
perkembangan kurikulum di Negara Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Hakikat Kurikulum
2. 1. 1 Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dalam pendidikan yang memuat isi dan m
ateri pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari ole
h siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang se
bagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara
sistematis dan logis. Artinya, menurut urutan tertentu serta logis dan dapat diterima oleh akal
dan pikiran. Kurikulum tentunya memiliki fungsi sebagai pedoman dan acuan bagi pengguna
nya, yang dalam hal ini bagi seorang pendidik sebagai pedoman dalam mengajar dan melaksa
nakan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pen
gawasan. Bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar. Sedangkan bagi m
asyarakat, kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terw
ujudnya proses pembelajaran di sekolah.
Memang dalam pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yan
g harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yu
nani Kuno. Dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai se
karang, yaitu kurikulum sebagai “... a racecourse of subject matters to be mastered”. Ada ju
ga pendapat mengatakan bahwa kurikulum: “a course, as a specific fixed course of study, as
in school or college, as one leadang to a degree”.
Istilah kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artin
ya pelari dan currere yang berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani,
yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sam
pai finish.
Secara terminologis, istilah kurikulum dipergunakan dalam dunia pendidikan, dengan
pengertian sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan
siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.

2
Menurut Al-Syaibany, kurikulum dapat didefinisikan sebagai “sejumlah kekuatan, fa
ktor – faktor pada alam sekitar pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi
murid-muridnya di dalam dan di luarnya, dan sejumlah pengalaman – pengalaman yang lahir
dari interaksi dengan kekuatan – kekuatan dan faktor – faktor ini”.
Sedangkan Herman H. Horne mengungkapkan bahwa secara harfiyah, kurikulum be
rasal dari bahasa Latin, yaitu; a little rececourse yang berarti suatu jarak yang harus ditempu
h dalam pertandingan olahraga, yang kemudian dialihkan ke dalam pengertian pendidikan me
njadi circle of instruction, yakni “suatu lingkaran pengajaran”, di mana guru dan siswa terlib
at di dalamnya.
Murray Print mengungkapkan bahwa kurikulum meliputi ;
1. Planned learning experiences;
2. Offered within an educational institution/program;
3. Repesented as document; and
4. Includes experiences resulting from implementing that document.
Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan pengalaman belaja
r , program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil
dari implementasi dokumen yang telah disusun.
Pengertian kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi ya
ng dikemukakan oleh Robert M. Hutchins(1936) yaitu :
“the curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic, mathematic, a
nd addition at the secondary level introduce the great books of the western world”.
Elliot W. Eisner menyatakan bahwa; “curriculum has also been conceived of and de
fined as ‘all of the experiences the child has under the aegis of the school’. this conception of
curriculum was created by progressive educators during the 1920 to emphasize several belie
fs that they considered central to any aducate conception of education”. Disini Elliot W. Eis
ner ingin menegaskan bahwa kurikulum mencangkum semua pengalaman yang dianggap pen
ting untuk anak didik di sekolah.
Hasan Langgulung mengatakan kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid d
i dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dal
am segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

3
Menurut Mauritz Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran.
Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson memb
edakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan pe
rencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, term
asuk pengajaran. Sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil – hasil belajar yang di
harapkan dapat dicapai oleh siswa. Menurut Johnson kurikulum adalah “... a structured serie
s of intended learning outcome”.
Namun yang jelas kurikulum merupakan rencana pendidikan atau pengajaran. Seperti
yang dikatakan Mac Donald, dalam sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yai
tu; mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiata
n atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiata
n atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberika
n oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terj
adinya interaksi belajar – mengajar disebut pembelajaran (instruction). Kurikulum (curriculu
m) merupakan suatu rencana yang memberikan pedoman atau pegangan dalam proses kegiata
n belajar – mengajar.
Sedangkan Maurice Dulton mengatakan; “kurikulum dipahami sebagai pengalaman-
pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah”.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa kurikulum dapat diartikan sejumlah materi pen
didikan yang harus ditempuh dan diselesaikan oleh peserta didik agar dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Karena kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat mene
ntukan dalam suatu sistem pendidikan, disebabkan ia adalah alat untuk mencapai tujuan pend
idikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.
Dalam kaitan ini, Hilda Taba mengungkapkan bahwa; “A curriculum is a plan for le
arning: therefor, what is known about the learning process and the development of the indivi
dual has bearing on the shaping of a curriculum”.
Dalam hal ini ia menegeskan bahwa tiap kurikulum pada hakikatnya merupakan suat
u cara untuk mempersiapkan anak – anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produkti
f dalam masyarakat. Dan tiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai kompo
nen-komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi b

4
ahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasi
l belajar.
Dalam hal ini pendapat Hilda Taba memiliki kesamaan dengan pernyataan Winarno
Surachmad, bahwa komponen – komponen pokok kurikulum adalah tujuan, isi, organisasi,
dan strategi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hasan Langgulung bahwa di dalam kurikulu
m terkandung empat aspek, yakni; (1). Tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kur
ikulum itu; (2). Pengetahuan, ilmu-ilmu, aktivitasaktivitas, dan pengalaman-pengalaman yan
g menjadi sumber terbentuknya kurikulum itu; (3). Metode dan cara-cara mengajar dan bimb
ingan yang diikuti murid-murid untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki oleh tuj
uan yang dirancang; dan (4). Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mebgukur ha
sil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
Selanjutnya, dalam dunia pendidikan, seperti kata Ronald C. Doll adalah; “kurikulu
m sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pel
ajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengu
bah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”.
Dari beberapa definisi tersebut kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu s
ebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, sebagai pengalaman
belajar, dan sebagai rencana program belajar. Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata p
elajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik merupakan konsep kurikulum yang sampai
saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. Pengertian kurikulum sebagai p
engalaman belajar mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilak
ukan oleh anak didik, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan terseb
ut di bawah tanggung jawab dan monitoring guru (sekolah). Kurikulum sebagai sebuah prog
ram/rencana pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program kegiatan, tetapi juga berisi
tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pen
capaian tujuan.
Kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik, dalam proses
perencanaanya memiliki ketentuan sebagai berikut :
1. Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgment ahli studi dengan mem
pertimbangkan faktor – faktor sosial dan faktor pendidikan, ahli tersebut menent
ukan mata pelajaran apa yang harus diajarkan pada siswa.

5
2. Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan beberapa
hal seperti; tingkat kesulitan, minat siswa, urutan bahan pelajaran, dan lain sebag
ainya.
3. Perancangan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada penggunaan metod
e dan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat menguasai ma
teri pelajaran, semacam menggunakan pendeketan ekspositori.
Kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di l
uar sekolah asal kegiatan tersebut berada dibawah tanggung jawab guru. Misalnya kegiatan
anak mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas kelompok, mengadakan observasi,
wawancara, dan lain sebagainya.
Hollis L. Caswell dan Campbell menyatakan bahwa kurikulum adalah “…all of the
experiences children have under the guidance of teacher”. Dorris Lee dan Murray Lee jug
a menyatakan kurikulum sebagai: “…those experiences of the child which the school in any
way utilizes or attempts to influence”. H.H. Giles, S. P, McCutchen, dan A. N. Zechiel lebi
h jelas mengemukankan “…in the curriculum…the total experiences with which the school
deals in educating young people”.
Pendapat – pendapat diatas diikuti oleh tokoh pendidikan Romine (1945) yang men
gatakan : “Curriculum is interpreted to mean all of the organized course, activities, and exp
eriences wich pupils have under direction of the school, wehter in the classroom or not”.
Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan rumusan kurikulu
m menurut undang – undang pendidikan kita yang dijadikan sebagai acuan dalam menyelen
ggarakan sistem pendidikan. Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sis
tem Pendidikan Nasional” dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peng
aturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyel
enggaraan kegiatan belajar mengajar.
Batasan menurut undang – undang bahwa kurikulum memiliki dua aspek pertama, se
bagai rencana yang harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajarole
h guru. Kedua, pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang keduanya digunakan se
bagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum sebagai suatu rencana disusun untuk melancarkan proses belajar mengaja
r dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pen

6
gajarnya. Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan aj
ar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara siste
mik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajar
an bagi tenaga kependidikan dan peserata didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. 1. 2 Peran dan Fungsi Kurikulum


Kurikulum memiliki tiga peran yaitu :
1. Peran Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebaga
i warisan masa lalu. Dikaitakn dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan
ilmu pengetahuan dak teknologi, yang memungkinkan ,udahnya pengaruh bud
aya asing menggorogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulu
m memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya kurikulum
berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai – nila
i luhur dalam masyarakat, sehingga keajekan dan identitas masyarakat yang a
kan tetap terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal – hal baru sesu
sai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersi
fat statis, akan tetapi dianmis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangk
a inilah kurikulum memiliki peran kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab
setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yag
ccepat berubah.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya baru yang mana yang
harus dimiliki anak didik. Dalam rangka ini peran kritis dan evaluatif kurikulu
m diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam meyeleksi dan menevaluasi se
gala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Sesuai dengan peran yang harus “dimainkan” kurikulum sebagai alat dan pedoma
n pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dnegan tujuan pendidikan itu sendiri. Tu
juan yang harus dicapai pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sen

7
diri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki
empat fungsi yaitu:
1. Fungsi Pendidikan Umum (common and general education)
Fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik, memberikan pengalam
an belajar kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasikan nilai
– nilai dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat dan makhluk sosial.
2. Suplementasi (suplementation)
Kurikulum sebagai alat pendidkan seharusnya dapat memberikan pelayanan k
epada setian siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian, setiap
anak memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang l
ebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya.

3. Eksplorasi (exploration)
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat ma
sing – masing siswa. Memalui fungsi ini diharapkan siswa dapat belajar sesuai
dengan minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan merekan akan belajar ta
npa adanya paksaan.
4. Keahlian (spesialization)
Kurikulum berfungsi unutk mengembangkan kemampuan anak didik sesuai de
ngan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demiki
an kurikulum memberikan pilihan berbagai bidang keahlian. Bidang – bidang
semacam itu diberikan sebagai pilihan yang pada akhirnya setiap peserta didik
memiliki keterampilan – keterampilan sesuai dengan spesialisasinya. Dalam h
al ini kurikulum melibatkan para spesialis untuk menentukan kemampuan apa
yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan bidang keahliannya.
Fungsi kurikulum bagi guru ialah sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. F
ungsi kurikulum bagi kepala sekolah ialah untuk menyusun perencanaan dan program sek
olah. Fungsi kurikulum bagi pengawas adalah sebagai panduan dalam melaksanakan supe
rvisi atau pengawasan untuk menetukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum at

8
au belum. Bagi orang tua fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman untuk memberikan pe
doman untuk memberikan bantuan bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun mem
bantu putra/putri mereka belajar dirumah sesuai dengan program sekolah. Bagi siswa itu
sendiri fungsi kurikulum adalah sebagai pedoman belajar. Melalui kurikulum siswa akan
memahami apa yang harus dicapai, isi atau bahan pelajaran yang harus dikuasai, dan pen
galaman belajar yang harus dilakukan unutk mencapai tujuan.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum Alexander Inglis (dalam hamalik, 1990) men
gemukan enam fungsi kurikulum untuk siswa:
1. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Kurikulum harus dapat mengantar siswa agar mampu menyesuaikan diri dala
m kehidupan sosial masyarakat.
2. Fungsi integrasi (the integrating function)
Kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Kemampu
an kognitif, kemapuan afektif, dan kemapuan psikomotor harus berkembang s
ecara terintegrasi.
3. Fungsi diferensiasi (the differentiating function)
Kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikannya, seb
ab siswa merupakan pribadi yang unik yakni memiliki perbedaan – perbedaan,
baik perbedaan mminat, bakat, maupun perbedaan kemapuan.
4. Fungsi persiapan (the preparation function)
Kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak baik untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi maupun kehidupan dimas
yarakat.
5. Fungsi pemilihan (the selective function)
Kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bel
ajar sesuai dengan bakat dan minatnya, dalam hal ini kurikulum harus bersifat
fleksibel dengan artian menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yan
g dapat dipelajari.
6. Fungsi diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum berfungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan siswa

9
2. 1. 3 Kurikum dan Pengajaran
Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan wala
upun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Posisi kurikulum dan pengajaran di
ungkapkan Saylor (1981): “the terms curriculum and instructionare interlocked
almost as inextricable as name Tristan and Isoled or Romeo Juliet. Without a cur
riculum or plan, there can be oi effective instruction; and without instruction the
curriculum has little meaning”. Sejalan dengan Saylor, Oliva (1992) bahwa kurik
ulum dan pengajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat. “curriculum as that
which is taught and instruction as the means used to teach that which is taught. E
ven more simply, curriculum can be conceived as the “what” and instruction as t
he “how”. We may think of the curriculum as a program, a plan, content, and lea
rning experiences, where as we may characterize instrution as methods, the teach
ing act, implementation and presentation”.
Walaupun kurikulum dan pengajaran merupakan dua sisi yang tidak terpis
ahkan, dapat terjadi berbagai kemungkinan hubungan antara keduanya. Peter F.
Oliva (1992) menggabarkan kemungkinan itudalam beberapa model seperti beri
kut ini :
1. Model dualistik
Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya tidak bertemu
kurikulum yang seharusnya menjadi input dalam menata sistem pengajaran ti
dak nampak. Demikian juga pengajaran yang semestinya memberikan balika
n dalam proses penyempurnaan kurikulum tidak terjadi karena pengajaran da
n kurikulum berjalan sendiri.
2. Model berkaitan
Pada model ini kurikulum dan pengajaran dianggap sebagai suatu sistem yan
g keduanya memiliki hubungan dan bagian – bagian yang terpadu atau memi
liki keterkaitan.

3. Model konsentris

10
Pada model ini kurikulum dan pengajaran memiliki hubungan dengan kemun
gkinan kurikulum bagian dari pengajaran, atau pengajaran bagian dari kuriku
lum, yang satu tergantung yang lain.
4. Model siklus
Pada model ini antara kurikulum dan pengajaran memiliki hubungan yang ti
mbal balik. Keduanya saling berpengaruh. Apa yang diputuskan dalam kurik
ulum akan menjadi dasar dalam proses pelaksanaan pengajaran dan sebalikn
ya apa yang terjadi dalam pengajaran dapat memengaruhi keputusan kurikul
um selanjutnya. Maka dari itu dalam model siklus hubungan keduanya senga
t erat walaupun kedudukannya terpisah yang berarti dapat dianalisis secara te
rpisah pula.

2. 1. 4 Kurikulum Ideal dan Kurikulum Aktual


Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan da
n berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses belajar mengajar. Ol
eh karena itu kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka kurikulum i
ni juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis.
Kurikulum aktual atau kurikulum nyata, yakni kurikulum yang secara riil
dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada. Deng
an demikian dapat dipastikan semakin jauh jarak antara kurikulum ideal dengan
kurkulum aktual semakin rendah kualitas suatu sekolah. Semakin dekat jarak ant
ara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual maka semakin bagus kualitas suatu
sekolah.

2. 1. 5 Kurikulm Tersembunyi
Dalam bukunya The Hidden Curriculum an Overview: Curriculum Prespe
ctives, Seddon (1983) mengungkapkan:… The hidden curriculum refers to outc
omes of education and/or the processes leading to those outcome, which are not
explicity intended by educators. These outcomes are generally not explicity inten

11
ded because they are not stated by teacher in their oral or written list of objectiv
e, not are they included in educational statements of intent such as syllabuses, sc
hool policy document or curriculum projects. Kurikulum tersembunyi pada dasar
nya adalah hasil dari suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya,
perilaku yang muncul diluar tujuan yang dideskripsikan oleh guru.
Kurikulum pada hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu
selanjutnya dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan
logis yang memerhatikan unsur scope dan sequence, selanjutnya dokumen
tertulis itulah yang dinamakan kurikulum terencana. Salah satu isi yang terdapat
dalam dokumen kurikulum itu adalah sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai
peserta didik. Tujuan itulah yang dijadikan pedoman oleh seorang guru dalam
proses pembelajran sebagai tahap implementasi kurikulum.
Ada dua aspek yang dapat memengaruhi perilaku sebagai hidden
curriculum itu, yaitu aspek relatif tetap dan aspek yang dapat berubah. Yang
dimaksud dengan aspek relative tetap adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya
masyarakat, yang memengaruhi sekolah termasuk di dalamnya menentukan
budaya apa yang patut dan tidak unntuk diwariskan kepada generasi bangsa.
Aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi sistem sosial dan k
ebudayaan. Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagai
mana pelajaran diberikan, bagaimana kenaikan kelas dilakukan. Sistem sosial m
eliputi bagaimana pola hubungan sosial antara guru, guru dengan peserta didik, g
uru dengan staf sekolah, dan lain sebagainya.
Menurut Bellack dan Kiebard, hidden curriculum memiliki tiga dimensi,
yaitu:
1. Hidden curriculum dapat menunjukkan suatu hubungan sekolah, yang melip
uti interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasi p
eserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai sosial.
2. Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan didalam
atau diluar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki nilai tambah, sosiali
sasi, pemilihan struktur kelas.

12
3. Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesengajaan (intensionalita
s) seperti halnya yang dihayati oleh para peneliti, tingkat yang berhubungan
dengan hasil yang bersifat insidental. Bahkan hal yang kadang-kadang tidak
diharapkan dari penyusunan kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial
pendidikan.
Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum didalamkelas atau peng
embangan kurikulum dalam skala mikro, kurikulum tersembunyi memiliki makn
a: Pertama, kurikulum tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak t
ertulis (tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh seti
ap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna. Kedua, kurikulum tersembu
nyi juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan t
erlebih dahulu yang akan dapat dimanfaankan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

2.1.6. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Di muka dijalaskan bahwa kurukulum memiliki dua sisi yang sama
penting, yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai
implementasi. Dengan demikian peran guru dalam mengimplementasikan
kurikulum memegang posisi kunci. Dalam proses pengembangan kurikulum
peran guru lebih banyak dalam tataran kelas. Murray Printr (1993) mencatat
peran guru dalam level ini adalah sebagai:
1. Implementers
2. Adapters
3. Developers
4. Researchers
Pertama, sebagai implenters, guru berperan untuk mengaplikasikan
kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan peran gurunya hanya menerima
berbagai kebijakan perumusan kurikulum. Guru tidak memiliki ruang baik untuk
menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Pada fase
sebagai implementator kurikulum, peran guru dalam mengembangkan kurikulum
sebatas hanya menjalankan kurikulum yang telah disusun.

13
Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana
kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa dan daerah. Dalam fase ini guru diberi kewenangan untuk
menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan
kebutuhan lokal.
Ketiga, peran guru sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki
kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan hanya saja dapat
menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi juga
dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana
mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembangan kurikulum sepenuhnya guru
dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah,
serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
Keempat, sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti
kurikulum. Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru
yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerja sebagai guru. Dalam
melaksanakan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk
menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan – bahan
kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model
pembelajaran, dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang
keberhasilan siswa dan capaian target kurikulum.
2. 2 Komponen Kurikulum
Komponen kurikulum secara umum dalam dunia pendidikan yang luas menurut S
yaodih Sukmadinata teridentifikasi dalam unsur atau anatomi tubuh kurikulum yang ut
ama adalah terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut yaitu tujuan, isi atau materi, prose
s atau sistem penyampaian dan media, dan evaluasi, yang mana keempatnya berkaitan e
rat satu dengan lainnya. Sedangkan Hamid Syarief menguraikan kurikulum secara stru
ktural terbagi menjadi beberapa Komponen diantaranya adalah:

1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan erat dengan arah atau hasil yang diharapan
secara mikro maupun makro. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi dari mula

14
i tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dap
at diukur, yang kemudian dinamakan dengan kompetensi. Pembahasan lebih la
njut tujuan pendidikan nasional diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Merupakan tujuan dan arah pendidikan secara umum yang harus di
jadikan patokan atau pedoman bagi setiap lembaga pendidikan di seluru
h Indonesia. Maka untuk setiap sekolah/madrasah di seluruh Indonesia t
idak boleh membuat rumusan tujuan sendiri yang keluar dari koridor Tu
juan Pendidikan Nasional. Aturan main atau pedoman tujuan pendidika
n nasional tertuang dalam Undang – Undang RI terbaru yang telah disa
hkan oleh anggota DPR RI. Sebagaimana dalam UU RI no. 20 tahun 20
03 pasal 3 tentang SISDIKNAS bahwa tujuan pendidikan nasional adal
ah: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peser
ta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuha
n yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandi
ri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawa
b”.
b. Tujuan Intstitusional (TI) atau lembaga.
Tujuan kelembagaan dirumuskan oleh masing – masing lembaga s
esuai dengan kebutuhan dan kemampuan lembaga dalam mencapai tuju
an pendidikan nasional. Ini berarti bahwa tujuan Insitusional tidak boleh
keluar dari bingkai tujuan pendidikan Nasional yang telah ditetapkan ol
eh Undang – Undang. Tujuan Institusional biasanya juga melihat dari je
njang masing – masing lembaga atau sesuai dengan tingkat usia siswa, s
ehingga setiap jenjang harus memiliki keterkaitan satu sama lain yang
mana jenjang yang paling dasar mendukung tujuan institusional secara
umum jenjang yang lebih tinggi.
c. Tujuan Kurikuler (TK).
Tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelaj
aran merupakan bagian dari salah satu cakupan tujuan lembaga. Tujuan
kurikuler merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan tujuan institus

15
ional. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung
dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
d. Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP).
Tujuan intruksional merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujua
n pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai oleh guru dan siswa da
lam satu kali tatap muka atau satu kali pertemuan. Dalam setiap sesi per
temuan merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan kurikuler. D
apat disimpulkan bahwa dalam setiap pertemuan harus memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapai.
Berdasarkan pemaparan di atas tertuama berdasarkan UU No. 20 Tahun 20
03 tentang Sisdiknas maka dapat disimpulkan bahwa dalam lembaga memiliki
kewenangan dan hak untuk mengembangkan, mengelaborasi, dan menyusun at
au memprogram komponen – komponen kurikulum yang berlandaskan nilai –
nilai yang menjadi ciri khas bagi masingmasing sekolah.
2. Komponen Isi
Komponen isi adalah komponen yang didesain untuk mencapai komponen
tujuan. Yang dimaksud komponen materi adalah bahan – bahan kajian yang ter
diri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman, dan keterampilan yang dikemba
ngkan ke dalam proses pembelajaran guna mencapai komponen tujuan. Kompo
nen materi harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan, oleh karena
itu komponen tujuan dengan komponen materi atau dengan komponen – komp
onen yang lainnya haruslah dilihat dari sudut hubungan yang fungsional. Pada
hakekatnya materi kurikulum adalah isi kurikulum. Dalam Undang – Undang t
entang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “Isi kurikulum mer
upakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan sat
uan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pend
idikan nasional” (Bab IX, Ps. 39). Sesuai dengan rumusan tersebut isi kurikulu
m dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip – prinsip sebagai berikut :
a. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan
kajian atau topik – topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam
proses belajar dan pembelajaran.

16
b. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing – masing s
atuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan p
elajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasion
al. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target terting
gi yang hendak dicapai melalui pencapaian materi kurikulum.
Materi kurikulum mengandung aspek – aspek tertentu sesuai dengan tujua
n kurikulum, yang meliputi :
a. Teori, ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi y
ang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variable – va
riabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
b. Konsep, ialah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dan kek
hususan – kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompo
k fakta atau gejala.
c. Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal – hal yang kh
usus, bersumber dari analisis, pendapat, atau pembuktian dalam peneli
tian.
d. Prinsip, adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang me
ngembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e. Prosedur, adalah suatu seri langkah – langkah yang berurutan dalam m
ateri pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
f. Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat, dan kejadian.
g. Istilah, adalah kata – kata perbendaharaan yang baru yang khusus yan
g diperkenalkan dalam materi.
h. Contoh atau ilustrasi, ialah suatu hal atau tindakan atau proses yang be
rtujuan untuk memperjelas suatu uraian.
i. Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suat
u hal/suatu kata dalam garis besarnya. Preposisi, adalah suatu pernyata
an atau theorem, atau pendapat yang tidak diberi argumentasi.

17
3. Komponen Strategi
Komponen strategi dan metode merupakan komponen yang memiliki pera
n yang sangat penting, dikarenakan berhubungan dengan implementasi kurikul
um. Strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru –
siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan ya
ng telah ditentukan.
Dengan kata lain strategi memiliki dua hal yang penting yaitu rencana yan
g diwujudkan dalam bentuk kegiatan dan strategi disusun untuk mencapai tujua
n terentu. Sedangkan metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencan
a yang sudah disusun dalam kegiatan belajar nyata agar tujuan yang telah disus
un tercapai secara optimal.
Strategi menuju pada pendekatan, metode serta peralatan mengajar yang di
gunakan dalam pengajaran. Pada hakekatnya strategi pengajaran tidak hanya te
rbatas pada hal itu saja, tetapi menyangkut berbagai macam yang diusahakan ol
eh guru dalam membelajarakan siswa tersebut. Dengan kata lain mengatur selu
ruh komponen, baik pokok maupun penunjang dalam sistem pengajaran. Suban
dijah, memasukkan komponen evaluasi kedalam komponen strategi.
Hal ini berbeda pula dengan pendapat para ahli lainnya yang mengatakan
bahwa komponen evaluasi adalah komponen yang berdiri sendiri.
4. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat diperbanding
kan seperti halnya penjaga gawang dalam permainan sepak bola, memfungsika
n evaluasi berarti melakukan seleksi terhadap siapa yang berhak untuk dilulusk
an dan siapa yang belum berhak untuk diluluskan, karena itu siswa yang dapat
mencapai targetlah yang berhak untuk diluluskan,sedangkan siswa yang tidak
mencapai target (prilaku yang diharapkan) tidak berhak untuk diluluskan. Dilih
at dari fungsi dan urgensi evaluasi yang demikian.
Dari sudut komponen evaluasi misalnya, berapa banyak guru yang menge
rjakan suatu mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan guru
dan ditunjang pula oleh media dan sarana belajar yang memedai serta murid ya

18
ng normal. Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang tel
ah ditentukan serta menilai proses pelaksaan mengajar secara keseluruhan.
Setiap kegiatan akan memberikan umpan balik demikian juga dalam penca
paian tujuan – tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik te
rsebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi
penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strat
egi, dan media mengajar.
2. 3 Sejarah Kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan dinamika yang dapat memberi respon terhadap
tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno
logi, maupun globalisasi. Pengembangan kurikulum sangat dipengaruhi oleh sumber da
ya pendukung, yaitu SDM memiliki peran yang sangat dominan terhadap keberhasilan p
engembangan kurikulum, untuk itu pengembangan dan pembinaan SDM harus dilakuka
n secara berkesinambungan, baik melalui jalur formal maupun nonformal. Manajemen p
erguruan tinggi atau sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelaj
aran yang tersedia, penggunaan strategi dan model – model pembelajaran, kinerja guru
dan dosen, monitoring pelaksanaan pembelajaran di kelas, serta manajemen peningkata
n mutu pendidikan itu sendiri.
Beey (1966) dalam Hamalik, menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi pengembang
an kurikulum: (1) the essential curriculum, meliputi keterampilan dan pengetahuan yan
g minimum, yang pencapaianya harus diukur dengan teknik “quality control”, (2) the p
otential curriculum, meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dituntut untuk meliput
i setiap anak, selaras dengan perkembangan anak, jenjang sekolah, serta kebutuhan mas
yarakat yang bersangkutan, dan untuk ini diperlukan evaluasi yang berkelanjutan, (3) th
e vocational curriculum, meliputi keterampilan dan pengetahuan yang khas yang harus
dimiliki sejumlah anak sehubungan dengan kebutuhan tenaga kerja pada masyarakat tert
entu.
Kualitasnya diukur atas dasar dua aspek, yaitu prediksi dan tingkat pencapainya. Seda
ng dalam pelaksanaanya perlu diperhitungkan, (a) apa yang diajarkan, (b) bagaimana m
engajarkanya, (c) siapa pelajarnya dan bagaimana mereka belajar, (d) keserasian bahan
dengan kebutuhan ril dari siswa dan masyarakat, (e) efisiensi, efektivitas dan produktivi

19
tas proses pendidikan termasuk perencanaan, organisasi serta pengelolaanya, dan (f) per
ubahan-perubahan melalui berbagai inovasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang berlangsung terus.
Dan berikut perkembangan kurikulum di Indonesia :
1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam ba
hasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibandin
g istilah “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat poli
tis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendi
dikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan
“Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kal
angan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bent
uknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2) gar
is-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendi
dikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunak
an sebelumnya.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kol
onial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat ju
ang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berda
ulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Orientasi Rentjana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Ya
ng diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. M
ateri pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia men
galami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemu
dian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah

20
pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunju
kkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad,
Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan si
stem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pe
merintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk p
embekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Panca
wardhana4 , yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan,
dan jasmani.
Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, ra
sa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bid
ang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasma
niah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.

4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 y
ang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1
968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia P
ancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan ja
smani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidi
kan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan k
ecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi p

21
ada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekank
an pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetah
uan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. D
jauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pel
ajaran pokok saja,".
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan f
aktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada si
swa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan memperting
gi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisie
n. latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejeme
n, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, metode, materi, dan t
ujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan b
ahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tuj
uan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-men
gajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rinci
an apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pende
katan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kuri
kulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming
(SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolahsekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasi
onal. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat a
dalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempel

22
an gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran pe
nolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum – kurikulu
m sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayangnya, perpaduan antara tuju
an dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh b
eban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Ma
teri muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bah
asa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain – lain.
Berbagai kepentingan kelompok – kelompok masyarakat juga mendesak agar isu
– isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suple
men Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi pelaj
aran saja.

8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”


Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompet
ensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; s
pesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian ko
mpetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klas
ikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, su
mber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi un
sur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya pengua
saan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci da
lam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setia
p mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pern
yataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.

23
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus sis
wa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil b
elajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan d
engan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil bel
ajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab per
tanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang
diharapkan?”.
9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji terb
atas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 20
06 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurik
ulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum
2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004.
Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006, peme
rintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekola
h dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus da
n penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan da
ri semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kuriku
lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab
sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setem
pat.

10. Kurikulum 2013


Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah diu
jicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan ac
uan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai rana
h pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur p
endidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis komp
etensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi – kompetensi tertentu oleh pesert
a didik.

24
Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tu
juan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat di
amati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria ke
berhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik me
nguasai sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat menca
pai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan peng
embangan bakat.
Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai denga
n kemamapuan dan kecepatan belajar masing-masing. Tema utama kurikulum 2013 a
dalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui
pengamatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujud
kan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional mer
ancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, mem
ilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pe
mbentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Setelah melakukan pembuatan makalah ini yang penulis rangkum dari beberapa
sumber yang penulis dapati, maka dapat penulis simpulkan bahwa sebuah kurikulum
merupakan sebuah dokumen perencanaan yang terisi tentang tujuan, isi materi, dan
pengalaman yang harus dilakukan oleh siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangan
serta evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tetnang mencapai tujuan.
Serta didalam sebuah kurikulum terdapat beberapa komponen yang saling
berkesinambungan antara satu dengan yang lain sehingga tercipta sebuah rancangan
pemebelajaran. Dan perjalanan kurikulum sendiri di Indonesia dimulai setelah
kemerdekaan hingga sekarang sehingga mengalami beberapa kali perubahan.

3. 2 Saran

25
Setelah pembuatan makalah ini penulis sangat menyarankan untuk tidak melupakan
kurikulum yang lama dan mengembangkan kurikulum yang baru sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga penulis merasa perubahan danperbaikan pada
kurikulum adalah hal yang patut dilakukan guna untuk kemajuan generasi penerus bangsa
di masa depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Zainuri, Ahmad. 2018. Konsep Dasar kurikulum Pendidikan. Palembang: NoerFikri


Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Bisri, Mohammad. Komponen – Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum. Dikases pada
19 Oktober 2021 pada http://prosiding.iainkdiri.ac.id/article
Alhamuddin. Sejarah Kurikulum di Indonesia. Diakses pada 18 Oktober 2021 pada
http://media.neliti.com

26

Anda mungkin juga menyukai