TELAAH PROSA
Moral
Oleh :
KELOMPOK 1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontibusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Megasari Martin, S.S,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Telaah Prosa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman- teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca . bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari- hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang makalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................ 1
1.3 Batasan masalah ......................................................................................................... 1
1.4 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 1
Bab II Pembahasan......................................................................................................... 2
2.1 Unsur Moral dalam Fiksi............................................................................................. 2
2.2 Pesan Religius dan Kritik Sosial................................................................................. 3
2.3 Bentuk Penyampaian Moral........................................................................................ 3
Daftar Pustaka................................................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui unsur moral dalam fiksi.
2. Mengetahui pesan religius dan kritk sosial fiksi.
3. Mengetahui cara penyampaian moral dalam fiksi.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini ialah penulis dapat mengetahui
unsur moral yang terkandung didalam karya fiksi, selain itu dari buku referensi dapat
juga diketahui pesan religius dan kritik sosial yang dimiliki sebuah karya fiksi, serta
mengetahui cara penyampaian penulis fiksi dalam gaya penyampaian pesan moralnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
persahabatan, yang kokoh atau pun rapuh, kesetiaan, penghianatan, kekeluargaan,
hubungan suami istri, orang tua dan anak dan lain sebgainya.
3
Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan,
identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau
penjelasan, expository. Jika dalam teknik uraian pengarang secara langsung
mendeskripsikan perwatakan tokoh (-tokoh) cerita yang bersifat memberi tahu"
atau memudahkan pembaca untuk memahaminya, hal yang demikian juga terjadi
dalam penyampaian pesan moral. Artinya, moral yang ingin disampaikan, atau
diajarkan, kepada pembaca itu dilakukan secara langsung dan eksplisit.
Pengarang, dalam hal ini, tampak bersifat menggurui pembaca, secara langsung
memberikan nasihat dan petuahnya.
Dilihat dari segi kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan sesuatu
kepada pembaça, teknik penyampaian langsung tersebut komunikatif. Artinya,
pembaca memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan.
Pembaca tak usah sulit-sulit menafsirkan sendiri dengan jaminan belum tentu pas.
Namun, perlu ditegaskan bahwa hanya pembaca yang kurang berkualitas, atau
lebih ekstrem: pembaca yang bodoh, saja yang mau digurui secara demikian lewat
bacaan "sastra". Pembaca yang kritis akan menolak cara itu. Pengarang bukanlah
"guru" bagi pembaca, di samping karya sastra bukan merupakan buku pelajaran
tentang etika yang memungkinkan pengarang dapat leluasa menyampaikan
ajarannya. Adanya pesan moral yang bersifat langsung dalam sebuah karya
sebenarnya justru dapat dipandang sebagai membodohkan pembaca.
B. Bentuk Penyampaian Tak Langsung
Bentuk penyampaian pesan moral di sini bersifat tak langsung. Papan itu
hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara keherensif dengan unsur-unsur cerita
yang lain. Walau betul pengarang ingin menawarkan dan menyampaikan sesuatu,
ia tak melakukannya secara serta-merta dan vulgar karena ia sadar telah memilih
jalur cerita. Karya yang berbentuk cerita bagaimanapun hadir kepada pembaca
pertama-tama haruslah sebagai cerita, sebagai sarana hiburan untuk memperoleh
berbagai kenikmatan. Kalaupun ada yang ingin dipesankan-dan yang sebenarnya
justru hal inilah yang mendorong ditulisnya cerita itu-hal itu hanyalah lewat
siratan saja dan terserah kepada penafsiran pembaca.
Jika dibandingkan dengan teknik pelukisan watak tokoh, cara ini sejalan
dengan teknik ragam, showing. Yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-
peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa
dan konflik itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang
4
hanya terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Melalui berbagai hal tersebut,
messages, pesan moral disalurkan. Sebaliknya, dilihat dari pembaca, jika ingin
memahami dan atau menafsirkan pesan itu, haruslah ia melakukannya berdasarkan
cerita, sikap dan tingkah laku para tokoh tersebut.
Dilihat dari kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan
pandangannya itu, cara ini mungkin kurang komunikatif. Artinya, pembaca belum
tentu dapat menangkap apa sesungguhnya yang dimaksudkan pengarang, paling
tidak kemungkinan terjadinya kesalahan tafsir berpeluang besar.3
5
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya. Moral dalam
karya sastra biasanya dicerminkan pandangan hidup pengarang yang
bersangkutan, pandangannya tentang nilai- nilai kebenaran, dan hal itulah yang
ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral dalam karya sastra, atau hikmah
yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Dalam
sebuah karya fiksi pun, sering terdapat lebih dari pesan moral untuk tidak
mengatakan terdapat banyak pesan moral yang berbeda.
Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan,
bersifat takterbatas. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam
jenis dan tingkat intensitasnya. Ia dapat berhubungan dengan masalah- masalah
seperti ekstensi diri, harga diri,rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam,
kesepian, dan lain- lain yang melibat ke dalam diri dan kejiawaan seseorang
individu. Pesan moral yang berwujud moral religius, termasuk didalamnya yang
bersifat keagamaan, kritik sosial banyak ditemukan dalam karya fiksi atau dalam
genre sastra lain. Hal itu mungkin disebabkan banyaknya masalah kehidupan yang
tidak sesuai dengan harapannya, kemudian mereka mencoba menawarkan sesuatu
yang diidealkan. Agama lebih menekankan pada kelembagaan kebaktian kepada
tuhan dengan hukum- hukum yang resmi. Hampir semua novel di Indonesia sejak
awal pertumbuhannya hingga dewasa ini, boleh dikatakan, mengandung unsur
pesan kritik sosial walau dengan tingkat inteitas yang berbeda.
Wujud dari kehidupan sosial yang dikritik dapat bermacam-macam seluas
lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Sastra yang mengandung pesan kritik dapat
juga disebut sebagai sastra kritik biasanya akan lahir di tengah msyarakat jika
terjadi hal- hal yang kurangberes dalam kehiupan sosialdan masyarakat. Secara
umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi
mungkin bersifat langsung, atau sebaliknya tak langsung. Namun, sebenarnya
pemilahan itu hanya demi praktisnya saja sebab mungkin saja ada pesan yang
bersifat agak langsung.
Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan,
identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau
penjelasan, expository. Artinya, moral yang ingin disampaikan, atau diajarkan,
kepada pembaca itu dilakukan secara langsung dan eksplisit. Artinya, pembaca
memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Pembaca yang
kritis akan menolak cara itu. Bentuk penyampaian pesan moral di sini bersifat tak
langsung. Papan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara keherensif dengan
unsur-unsur cerita yang lain.
Jika dibandingkan dengan teknik pelukisan watak tokoh, cara ini sejalan
dengan teknik ragam, showing. Yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-
peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa
6
dan konflik itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang
hanya terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Dilihat dari kebutuhan pengarang
yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya itu, cara ini mungkin kurang
komunikatif.
7
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press