Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Retorika Dan Konsep Diri


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Retorika

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Leni Puspita Sari : 2212010022


M Syarif Hidayatullah : 2212010023
Chintia Jaelani : 2212010024
Muhammad Aldi 2212010114

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Irta Sulastri, M.Si
Putra Chaniago, S. Sos, M.Sos
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1445 H/2024 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, penulis telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Retorika dan Konsep Diri”
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Retorika dengan dosen
Prof. Dr. Irta Sulastri, M.Si dan Putra Chaniago, S. Sos, M.Sos. Adapun ruang lingkup
pembahasan dalam karya tulis ini meliputi: Pengertian sighat dalam akad, Syarat akad, Proses
pelaksanaan akad ”. Dalam penyusunannya, penulis mengambil sumber dari beberapa
literatur, terutama buku – buku pegangan yang biasa dipakai di kampus UIN Imam Bonjol.
Pembaca mungkin akan menemukan beberapa kekurangan dan kesalahan penulisan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan di masa yang akan datang.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir kata,
semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar Islam.

Padang, 15 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Konsep Diri...................................................................................................2
B. Faktor- faktor yang mempengaruhi Konsep Diri.............................................................3
C. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Retorika/ Interpersonal...................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retorika merupakan sebuah seni atau ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
berbicara atau menulis dengan tujuan mempengaruhi pendengar atau pembaca. Sedangkan
Konsep diri merupakan gambaran mental Individu terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk
melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam konteks retorika, konsep diri
memegang peranan penting dalam proses berkomunikasi. Ketika seseorang memiliki
pemahaman yang baik tentang dirinya sendiri, ia cenderung lebih percaya diri dalam
menyampaikan pesan-pesan atau argumen-argumen yang ingin disampaikan. Sebaliknya,
jika seseorang memiliki konsep diri yang rendah, ia mungkin merasa sulit untuk
meyakinkan orang lain atau bahkan untuk memahami dirinya sendiri.
Selain itu, retorika juga dapat membantu individu dalam memperkuat konsep diri
mereka. Dengan menguasai keterampilan berbicara dan menulis yang baik, seseorang dapat
lebih mudah untuk mengekspresikan diri dan mengkomunikasikan ide-ide atau nilai-nilai
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Dengan demikian, retorika dan konsep diri
saling terkait dan saling mendukung dalam proses komunikasi.
Makalah ini akan menggali hubungan antara retorika dan konsep diri. Kami akan
membahas bagaimana retorika dapat memengaruhi dan membentuk konsep diri seseorang,
sekaligus melihat bagaimana konsep diri memengaruhi cara individu menggunakan
retorika dalam interaksi sosial mereka. Pemahaman yang mendalam tentang hubungan ini
tidak hanya penting dalam konteks akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang dalam
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk psikologi, komunikasi, politik, dan budaya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah-masalah berikut,


1. Apa itu Konsep Diri?
2. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri?
3. Apa saja Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Retorika /Interpersonal?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan di atas, ada beberapa tujuan rumusan masalah sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui Makna dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui dan memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep
Diri.
3. Untuk mengetahui dan memahami terkait Pengaruh Konsep Diri pada
Komunikasi Retorika /Interpersonal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu self schema. Istilah
dalam psikologi memiliki dua arti yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya
sendiri dan sesuatu keselurhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan
penyesuaian diri. (Suryabrata, 1982).

Calhoun & Acocella mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran diri


seseorang. Sedangkan Burns mendefinsikan bahwa konsep diri sebagai kesan terhadap
diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri,
terhadap gambaran diri di mata. orang lain dan pendapatnya tentang hal-hal yang
dicapai. Mereka menjelaskan bahwa konsep diri adalah gambaran mental diri sendiri
yang terdiri dari pengetahuan diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian
terhadap diri sendiri. (Acocella, 1990).

Harlock mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang


mengenai dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis,
sosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri adalah
pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi
yang diberikan orang lain kepada individu. (Elizabeth, 1997).

Kartini Kartono dalam kamus psikologinya menuliskan bahwa konsep diri


merupakan keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh seseorang mengenai dirinya
sendiri sebagai individu, ego dan hal-hal yang dilibatkan di dalamnya. (Kartono, 2003).

Konsep diri menurut Rakhmat tidak hanya merupakan gambaran deskriptif


semata, akan tetapi juga merupakan penilaian seorang individu mengenai dirinya sendiri,
sehingga konsep diri merupakan sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan oleh seorang
individu. la mengemukakan dua komponen dari konsep diri yaitu komponen kognitif
(self image) dan komponen afektif (self esteem). Komponen kognitif (self image)
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang mencakup pengetahuan "who am
I", dimana hal ini akan memberikan gambaran sebagai pencitraan diri. Adapun

2
komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya yang akan membentuk
bagaimana penerimaan diri dan harga diri individu yang bersangkutan. Kesimpulan yang
bisa diperoleh dari pernyataan Rakhmat, yaitu konsep diri merupakan sesuatu yang
dirasakan dan dipikirkan oleh seorang individu berkaitan dengan dirinya sendiri.
(Jalaludin, 2000).

Jadi dari berbagai definisi yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan sikap, perasaan dan pandangan individu tentang dirinya sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya yang meliputi fisik, psikis, sosial, aspirasi dan
prestasi yang nantinya akan menentukan langkah-langkah individu dalam melakukan
aktifitas sesuai dengan gambaran yang ada pada dirinya. Konsep diri merupakan
gambaran dari keyakinan yang dimiliki tentang diri mereka sendiri secara luas baik
mengenai fisik, psikologis, sosial dan emosional.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Inge Hutagalung faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:

1. Orang lain

Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.
Konsep diri seseorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai
dirinya. Orang yang paling berpengaruh pada diri seseorang adalah orang-orang yang
disebut significant others, yaitu orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang.

Ketika kecil, significant others adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah
seseorang membentuk konsep dirinya. Dalam perkembangannya significant others
meliputi semua orang yang memengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan seseorang.
Ketika individu telah dewasa, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk
menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini
disebut dengan generalized others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya
berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya.

2. Kelompok acuan (reference group)

Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota


berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma- norma sendiri. Diantara

3
kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu
mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu.
Kelompok inilah yang memengaruhi konsep diri seseorang.

Sementara itu, Fitts Hendriati Agustiani konsep diri seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan


positif dan perasaan berharga.

2. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

3. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang
sebenarmya (Agustiani., Η. 2009).

Sedangkan, Syamsul Bachri Thalib menyebutkan "faktor-faktor yang


mempengaruhi konsep diri mencakup keadaan fisik dan penilaian orang lain mengenai
fisik individu; faktor keluarga termasuk pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku
kekerasan, sikap saudara, dan status sosial ekonomi; dan faktor lingkungan sekolah"
(Thalib, 2013).

3. Pengaruh Budaya terhadap Konsep Diri dalam Komunikasi Interpersonal

Dalam melakukan komunikasi, setiap individu harus memahami karakter orang


lain yang memiliki budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi pembentukan konsep
diri dan juga berpengaruh terhadap individu ketika melakukan komunikasi interpersonal.
Budaya merupakan penataan alur berpikir yang membedakan suatu kelompok manusia
dari kelompok lainnya (Geert Hofstede). Dalam memandang budaya, Dr Gary (1985)
membagi kebudayaan menjadi masyarakat abstraktif dan asosiatif atau masyarakat
dengan kebudayaan Barat dan Timur. Tantangan dan kesempatan budaya tersebut
muncul pada tahun 1900-an dimana banyak bermunculan budaya yang berbeda didunia. 1

Kebudayaan Barat dan Timur memiliki karakteristik yang berbeda dan tentunya
kepribadian yang dimiliki setiap individu pasti berbeda pula. Menyadari bahwa
perbedaan tersebut akan menimbulkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan konflik,
maka masingmasing individu perlu mengenal dirinya sendiri dan juga memandang

1
Ronald B.Adler & George Rodman, Op. Cit. h. 47.

4
karakter yang terdapat dalam diri sendiri. Koentjaningrat (2009) mengatakan bahwa
kepribadian merupakan susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan
tingkah laku atau tindakan dari tiaptiap individu. 2 Dalam kaitannya dengan kepribadian,
David Matsumoto membuat gambaran tentang perbedaan cara pandang mengenai diri
dalam keribadian Barat dan Timur yang berbeda.3

1. Konsep Diri Independen

Konsep diri independen banyak dimiliki oleh kebudayaan Barat. Tugas normatif
dari budaya-budaya ini adalah untuk mempertahankan independensi atau kemandirian
individu sebagai entitas yang terpisah dan self contrained (terbatas pada diri). di
Masyarakat Amerika, banyak orang yang dibesarkan untuk menjadi unik,
mengekspresikan diri, mewujudkan dan mengaktualisasikan diri yang sesungguhnya.
Tentang harga diri atau nilai diri, orang Amerika memiliki bentuk yang khas. Ketika
individu berhasil menjalankan hal tersebut, mereka akan sangat puas dengan dirinya dan
harga dirinya meningkat. Dibawah konsep diri independen tentang diri ini, individu
cenderung memusatkan perhatian pada sifat-sifat internal seperti kemampuan diri,
kecerdasan, ciri-ciri kepribadian, tujuan-tujuan, kesukaan, atau sifat-sifat diri,
mengekspresikannya di ruang publik dan mengkonfirmasikannya di ruang publik dan
menandaskan serta mengkonfirmasikan sifat-sifat ini secara privat melalui perbandingan
sosial.

Dalam mempersepsikan diri mereka, pandangan orang Amerika, cenderung lebih


sering menulis sifat-sifat abstrak daripada orang Asia. Dalam penelitian kognisi yang
kebanyakan dilakukan oleh orang Barat, mereka cenderung berasumsi bahwa orang lain
juga memiliki serangkaian atribut internal yang relatif stabil karena sifat-sifat
kepribadian, sikap, dan kemampuan. Orang yang memiliki konsep diri independen
memiliki emosi-emosi yang lebih intens dan lebih terinternalisasi daripada untuk diri
yang independen, karena emosi-emosi ini memiliki implikasi yang berbeda. Selain hal
tersebut, Orang Barat memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai sesuatu, untuk
berafiliasi, atau untuk mendominasi.
2
Koentjaningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi (Jakarta, Rineka Cipta, 2009), h. 83.
3
David Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas Budaya (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,1994),h. 31-53

5
2. Konsep Diri Interdependen

Konsep diri interdependen banyak dimiliki oleh kebudayaan Timur. Konsep diri
ini menggambarkan bahwa individu yang memiliki kebudayaan timur lebih menekankan
pada apa yang disebut dengan kesalingterikatan yang mendasar antar manusia. Tugas
normatif utama dalam budaya ini adalah melakukan penyesuaian diri untuk menjadi pas
dan mempertahankan interdependensi diantara individu. Dengan demikian banyak
individu dalam budaya ini yang dibesarkan untuk menyesuaikan diri dalam suatu
hubungan atau kelompok, membaca maksud orang lain, menjadi orang yang simpatik,
menempati dan menjalani peran yang diberikan pada diri kita, bertindak secara pantas
dan sebagainya. Hal inilah yang dirancang dan terseleksi lewat sejarah suatu kelompok
budaya untuk mendorong terjadinya interdependensi antara diri dan orang lain. Dengan
memahami tentang diri yang interdependensi ini, kita bisa memahami bahwa pengertian
tentang nilai, kepuasan, atau harga diri dengan budaya Barat. Harga diri orang dengan
pemahaman diri yang interdependen akan tergantung terutama pada apakah orang
tersebut bisa cocok dan menjadi bagian dari suatu hubungan relevan yang langgeng.
Orang dengan konsep diri interdependen memiliki ciri-ciri: tidak terbatas tegas, fleksibel,
dan tergantung pada konteks. Orang dengan pemahaman diri yang interdependen
memiliki atribut-atribut internal yang relatif kurang kentara dalam kesadaran dan karena
itu kecil kemungkinannya untuk dijadikan pertimbangan utama dalam pemikiran,
perasaan, dan tindakan. Orang yang memiliki pemahaman interdependen biasanya akan
mengalami emosi yang bersifat socially engaged (emosi yang terkait dengan sosial)
secara berbeda dengan orangorang yang berpemahaman independen. Sebaliknya, orang
Timur memiliki pemahaman yang berbeda, perilaku sosial dipandu oleh harapan-harapan
dari orang lait yang terkait, oleh kewajiban-kewajiban kepada orang lain, atau oleh beban
tugas pada kelompok penting, dan bukan oleh motivasi-motivasi demi”diri” atau “saya”.

C. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi

Konsep diri berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi interpersonal karena


membantu individu dalam memandang dirinya sendiri, dengan kata lain perilaku

6
individu sesuai dengan cara pandang individu tersebut terhadap dirinya sendiri. Dalam
melakukan komunikasi, setiap individu harus memahami karakter orang lain yang
memiliki budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi pembentukan konsep diri dan
juga berpengaruh terhadap individu ketika melakukan komunikasi interpersonal.

Berkaitan dengan konsep diri dalam komunikasi interpersonal, maka tidak


terlepas dari keterkaitan antara konsep diri dalam berperilaku ketika berkomunikasi.
Ketika melakukan komunikasi, sukses atau tidaknya komunikasi tersebut sangat
bergantung pada kualitas konsep diri yang dimiliki, positif atau negatif. 4

1. Konsep Diri Negatif

Orang yang memiliki konsep diri negatif, dapat diketahui dari 5 tanda yang
diungkapkan oleh William D. Brooks dan Philip Emmert:5

1. orang yang memiliki konsep diri negatif, ia peka terhadap kritik. Orang ini
sangat tidak tahan terhadap kritik. Bagi orang ini, koreksi seringkali dipersepsi
sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam komunikasi, orang yang
memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan
bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau
logika yang keliru.

2. orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian.
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiassmenya pada waktu menerima pujian.

3. orang yang memiliki konsep diri negatif, ia selalu mengeluh, mencela, atau
meremehkan apa pun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

4. orang yang konsep dirinya negatif, cenderung merasa tidak disenangi orang
lain. Ia merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia beraksi pada orang lain

4
Jalaluddin Rakhmat, Op. Cit.,h.103.
5
Ibid.,h.103-104.

7
sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan.

5. orang yang konsep dirinya negatif, bersikap psimis terhadap kompetisi seperti
terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam
membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya.

2. Konsep Diri Positif

Orang yang memiliki konsep diri positif akan melahirkan pola perilaku
komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat,
dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita
dengan cermat juga.6 Orang-orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan
lima hal, yaitu:

1. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.

2. Merasa setara dengan orang lain.

3. Menerima pujian tanpa rasa malu.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan


perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek


kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Untuk efektivitas dalam komunikasi interpersonal, konsep diri positif dapat


dikenali dengan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia


mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.
Akan tetapi, ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-
prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
6
Ibid.,h.104-105.

8
2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui
tindakannya. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk
mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang
lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarangIa memiliki keyakinan pada
kemampuannya untuk mengatakan persoalan, bahkan ketika ia menghadapi
kegagalan atau kemunduran.

3. Ia merasa sama denga orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah,
walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang
keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

4. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang pilih sebagai sahabatnya.

5. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima


penghargaan tanpa merasa bersalah.

6. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.

7. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai


dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai
bahagia, dan kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam.

8. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang


meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau
hanya mengisi waktu.

9. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima,
dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan
mengorbankan orang lain.

Anita Taylor et.al (1977:112), mengatakan bahwa konsep diri mempengaruhi


perilaku komunikasi kita karena konsep diri memengaruhi kepada pesan apa Anda
bersedia membuka diri, bagaimana kita memersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. 7
Senada dengan sebelumnya, berkaitan dengan konsep diri dalam komunikasi
7
Ibid.,h. 108.

9
interpersonal, maka tidak terlepas dari keterkaitan antara konsep diri dalam berperilaku
ketika berkomunikasi, Adler dan Rodman (1997:50) memberikan gambaran dalam
bentuk lingkaran sebagai berikut.8

Gambar : The Self-concept and Communication : A cyclic Process

Berdasarkan gambar di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa konsep diri sangat
mempengaruhi tingkah laku individu dalam berkomunikasi. Jika seorang individu
memandang dirinya sebagai orang yang gugup, maka ia akan gugup ketika berbicara, tetapi
jika ia berperilaku positif dan percaya diri, maka tingkah laku ketika berkomunikasi juga
akan tenang dan lancar. Siklus ini menggambarkan sifat dari konsep diri, yang dibentuk oleh
signifikan lain di masa lalu yang dapat membantu untuk mengatur perilaku Anda saat ini, dan
mempengaruhi cara orang lain melihat Anda.

8
Ronald B. Adler & George Rodman,Op.Cit.h.5

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat kami simpulkan :
1. konsep diri merupakan sikap, perasaan dan pandangan individu tentang dirinya
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang meliputi fisik, psikis, sosial,
aspirasi dan prestasi yang nantinya akan menentukan langkah-langkah individu
dalam melakukan aktifitas sesuai dengan gambaran yang ada pada dirinya. Konsep
diri merupakan gambaran dari keyakinan yang dimiliki tentang diri mereka sendiri
secara luas baik mengenai fisik, psikologis, sosial dan emosional.

2. Syamsul Bachri Thalib menyebutkan "faktor-faktor yang mempengaruhi konsep


diri mencakup keadaan fisik dan penilaian orang lain mengenai fisik individu; faktor

11
keluarga termasuk pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku kekerasan, sikap
saudara, dan status sosial ekonomi; dan faktor lingkungan sekolah" (Thalib, 2013).

3. Konsep diri berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi interpersonal karena


membantu individu dalam memandang dirinya sendiri, dengan kata lain perilaku
individu sesuai dengan cara pandang individu tersebut terhadap dirinya sendiri.
Dalam melakukan komunikasi, setiap individu harus memahami karakter orang lain
yang memiliki budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi pembentukan konsep
diri dan juga berpengaruh terhadap individu ketika melakukan komunikasi
interpersonal.

B. Pesan
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataan nya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minim nya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca samgat diharap kan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepan nya

DAFTAR PUSTAKA

Acocella, C. &. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan


Kemanusiaan.Semarang:: Penerbit IKIP Semarang.

Adler, Ronald B. & Rodman, George, Understanding Human Communication, Sixth Edition,

Agustiani., H. (2009). Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan


Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung: PT Refika Aditama.

Ahmad, Jamaludin, et.al, The Relationship Between Self Concept and Response Towards

Batool, Sumaya dan Malik, Najma Iqbal, Role of Attitude Similarity and Proximity in
Interpersonal Attraction among Friends (C 310), International Journal of

12
Innovation,Management and Technology, Vol. 1, No. 2, June 2010, ISSN: 2010-
0248,h. 142.

Elizabeth, H. (1997). Psikologi Perkembangan 2. Jakarta: Erlangga.

Jalaludin, R. (2000), Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kartono, K. &. (2003). Kamus Psikologi. CV. Pionir Jaya: Bandung.

Malaysia, International Journal of Instruction, e-ISSN:1308-1470, July 2011,


Vol.4,No 2.

Suryabrata, S. (1982). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press.

Thalib, S. B. (2013). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif., Kencana.


Jakarta.

USA : Harcourt Brace College Publishers.1997.

13
14

Anda mungkin juga menyukai