Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


Dosen Pengampu : Dr. Hj. Masruroh M.Pd

Disusun Oleh :
1. Abdul Mulkan
2. Firda Febriyanti
3. Siti Nur Al Ilmiah

ISNTITUT AGAMA ISLAM BOGOR


PROGRAM STUDI MANAJEMAN PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 28 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................................3

1. Pengertian Kepribadian Dan Aspek Kepribadian....................................................3


2. Gangguan-Gangguan Psikologi Dalam Belajar.......................................................6
3. Terapi Psikologis Terhadap Kenakalan Anak.........................................................8
4. Masalah Ganjaran Dan Hukum...............................................................................10

BAB III................................................................................................................................14

PENUTUP...........................................................................................................................14

Kesimpulan...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebuah istilah yang sangat kompleks dimana memaknai sebuah kata tersebut melalui kaca
mata yang di gunakan. Sebelum istilah ini muncul tentunya ada sebuah Disiplin ilmu yang
menyebabkan istilah tersebut muncul yaitu Psikologi, atau lebih Simpleks lagi Psikologi
kepribadian.

Selain itu ada juga yang mempunyai pendapat bahwa, Munculnya istilah kepribadian itu
dari ilmu jiwa agama, dimana istilah itu pengambilanya di sesuaikan dengan ruang metafisik
yaitu Jiwa. kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran,
perasaan dan perilaku yang konsisten. Kepribadian bisa terbentuk dengan baik dengan cara
kegiatan KBM.

Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya
meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan
kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.

Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar
diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan
formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar
dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Ada siswa dengan kecerdasan
intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak menunjukkan prestasi yang
memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan dalam belajar. Kemudian
ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar, dengan kemampuan yang
cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam belajar. Dan ada pula
siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan yang kurang dan
prestasi belajarnya tetap saja kurang.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa
itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru selaku
pendidik dituntut untuk selalu dapat memberikan dorongan/motivasi kepada siswanya yang
kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan solusi terhadap permasalahan belajar yang
dihadapi siswanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian dan aspek-aspek nya ?
2. Apa saja gangguan-gangguan psikologi dalam belajar ?
3. Bagaimana cara terapi psikologis pada kenakalan anak ?
4. Apa yang dimaksud dengan ganjaran dan hukuman ?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami pengertian kepribadian dan aspek-aspek nya
2. Mengetahui gangguan-gangguan psikologi dalam belajar
3. Mengetahui cara terapi psikologis pada kenakalan anak
4. Memahami pengertian ganjaran dan hukuman
BAB II
PEMBAHASA
N

1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN DAN ASPEK KEPRIBADIAN


A. Pengertian Kepribadian

Menurut Ngalim Purwanto (1990:15), kepribadian atau personality berasal dari


bahasa Latin, yaitu personare yang berarti mengeluarkan suara (to sound trough). Istilah
ini, digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara
melalui topeng (masker) yang dipakainya. Sedangkan menurut Agus Sujanto (1986:10),
kepribadian berasal dari kata personality, yang berasal dari kata persona (bahasa Latin)
yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-
pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku watak atau pribadi
seseorang.

Meskipun kita lihat adanya perbedaan-perbedaan dalam cara merumuskan personality


seperti tersebut di atas, namun di dalamnya kita dapat melihat adanya persamaan-
persamaan atau persesuaian pendapat satu sama lain. Di antaranya, ialah bahwa
kepribadian (personality) itu dinamis, tidak statis atau tetap tanpa perubahan. Ia
menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan merupakan interaksi antara
kesanggupan-kesanggupan bahwa yang ada pada individu dengan lingkungannya. Ia
bersifat psiko-pisik, yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah individu itu
bersama-sama memegang peranan dalam kepribadian. Ia juga bersifat unik, artinya
kepribadian seseorang sifatnya khas, mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya
dari individu yang lain.

Kepribadian itu adalah keseluruhan sifat-sifat atau tingkah laku yang mencerminkan
watak seseorang, baik tingkah laku luar maupun kegiatan jiwanya, yang tampak dari
penampilannya dalam segala aspek kehidupan, seperti cara-cara berbuat, berbicara,
berfikir, dan mengeluarkan pendapat, sikap dan minat, serta filsafat hidup dan
kepercayaannya.
B. Aspek-aspek Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

M. Ngalim Purwanto (1990:156-159) menguraikan beberapa aspek kepribadian


yang penting dan berhubungan dengan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi
anak, yaitu sebagai berikut:

a. Sifat-sifat kepribadian (personality traits), yaitu sifat-sifat yang ada pada individu,
seperti penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, serta menyendiri.
b. Intelegensi kecerdasan temasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar,
kecakapan berfikir.
c. Pernyataan diri dan cara menerima pesan-pesan (appearance and inpressien).
d. Kesehatan jasmani.
e. Bentuk tubuh.
f. Sikapnya terhadap orang lain.
g. Pengetahuan, kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang.
h. Keterampilan (skill).

i. Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan
yang dianutnya.
j. Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan
k. Peranan (roles) adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat di mana
ia hidup.
l. The self, yaitu anggapan dan perasaan tertentu tentang siapa, apa, dan di mana
sebenarnya ia berada.

Menurut Ahmad D. Marimba, pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu


dapat digolongkan dalam tiga hal, yaitu:

1) Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan
ketahuan dari luar, misalnya cara-cara berbuat, berbicara, dan sebagainya.
2) Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dan diketahui
dari luar, misalnya cara berfikir, sikap, dan minat.
3) Aspek- aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih
abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.

Singgih D. Gunarsa, (2000:105) memberikan saran agar dalam mengembangkan


kepribadian anak, perlu memperhatikan perkembangan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan fisik anak. Perlakuan dan pengasuhan yang
baik disertai dengan lingkungan yang memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari
keadaan yang akan menimbulkan penyakit.
b. Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak. Pergaulan adalah juga sesuatu
kebutuhan untuk memperkembangkan aspek sosial.
c. Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak. Komunikasi verbal orang tua
dan anak, khususnya pada tahun-tahun pertama kehidupan anak, besar pengaruhnya
untuk perkembangan mentalnya.

2. GANGGUAN-GANGGUAN PSIKOLOGI DALAM BELAJAR


A. Pengertian Masalah Belajar
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal
yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Jenis-jenis Masalah Belajar

Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa
yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan
pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
2) Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya
secara optimal.
3) Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ
yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-
rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal.
4) Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan
pendidikan atau pengajaran khusus.
5) Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa
yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa
yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak
peduli terhadap perkembangan belajar siswa.
6) Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa
yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
7) Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa
yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
8) Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam
hubungan intersosial.
C. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar
1) Faktor intern belajar
Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat
menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam
belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri siswa, yaitu:
 Sikap Terhadap Belajar
 Motivasi belajar
 Konsentrasi belajar
 Kemampuan mengolah bahan ajar
 Kemampuan menyimpan perolehan hasil ajar
 Menggali hasil belajar yang tersimpan
 Kemampuan berprestasi
 Rasa percaya diri siswa
 Intelegensi dan keberhasilan belajar

 Kebiasaan belajar
 Cita-cita siswa
2) Faktor ekstern belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses
belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan
siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran
disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di
sekolah merupakan faktor eksternal belajar.
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang
berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai
berikut:
 Guru sebagai pembina siswa dalam belajar
 Sarana dan prasarana pembelajarn
 Kebijakan penilaian
 Lingkungan sosial siswa di sekolah
 Kurikulum sekolah

3. TERAPI PSIKOLOGIS TERHADAP KENAKALAN ANAK


Dalam ilmu psikologi sendiri mengatasi kenakalan anak ada berbagai cara, tergantung
dari pribadi anaknya dan latar belakang masalahnya. Mengingat setiap anak memiliki cerita
yang berbeda setiap kali mengatakan bahwa mereka menjadi nakal ataupun sering melanggar
aturan. Nah, berikut ini ada cara yang tepat mengatasi kenakalan anak. Diantaranya :

1. Tingkatkan Agama

Psikologi Agama menjelaskan bahwa kehidupan beragama keluarga menjadikan seorang


anak sebagai seseorang yang tahu akan kewajiban dan batasan atau tidak. Terkadang saja
anak-anak yang sudah mengerti agama dan hal yang dilakukannya terlarang masih saja ada
yang melanggar apalagi mereka yang tidak mempelajari mengenai agama. Apapun
agamanya, semua pasti mengajarkan kebaikan. Sehingga perlu meningkatkan lagi iman anak-
anak.

2. Isi Waktu Bersama

Remaja memang bukan anak-anak lagi yang mau pergi dengan orang tua kemanapun
bersama. mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja tersebut, namun anda
sebagai orang tua jangan juga gengsi atau merasa tidak peduli. Karena seringkali anak remaja
yang kurang kasih sayang mendapatkan kesulitan untuk bercerita dan akhirnya lari pada
kenakalan remaja.

3. Campur Tangan Orang Tua

Sebagai orang tua, anda hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak
memilih jurusan sesuai dengan bakat, minat dan hobi si anak. Seringkali anak yang nakal
karena mereka tidak terarah untuk melakukan hal positif. Atau bisa juga wujud dari
penolakan mereka akan permintaan anda yang memaksa menginginkan anaknya mengikuti
permintaan anda.
4. Sugesti Positif

Terkadang beberapa anak berubah menjadi anak nakal akibat pengaruh dan paksaan atau
dari orang atau faktor luar. Bukan karena anak tersebut memang nakal, Sehingga tugas anda
untuk mengatasinya bisa menumbuhkan lebih banyak pikiran-pikiran positif (kognisi).
Bahwa melakukan hal tersebut buruk dan melakukan hal yang lebih baik akan jauh lebih
menyenangkan. Memberikan sugesti-sugesti positif apa yang seharusnya dilakukan.
Sehingga para komunitas geng motor tersebut dapa bepikir bahwa tindakan mereka itu tidak
benar sebagai contoh juga bisa menjadi hal yang paling ampuh untuk itu.

5. Bergaul dengan Teman Sebaya

Seringkali, banyak orang tua yang membiarkan anaknya bermain dengan siapa saja.
Padahal berbagai orang yang seringkali bergaul dengan bukan teman sebaya bisa saja
mempengaruhinya. Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda
umur 2 atau 3 tahun mungkin masih dalam toleranis. Namun jika anda membiarkan dia
bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah
pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang buruk yang mungkin seharusnya
belum perlu dia jalani.

6. Identitas Diri

Identitas diri memang cukup mengganggu banyak anak remaja dimana remaja
mengalami kegagalan menghadapi identitas peran dan lemahnya control diri. Hal ini
menyebabkan kenakalan remaja tersebut bisa dicegah atau bisa diatasi dengan prinsip
keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri
setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

4. MASALAH GANJARAN DAN HUKUM


A. Pengertian Ganjaran dan Hukum

Ganjaran dan hukuman merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan negatif,
preventif dan korektif, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Adanya alat pendidikan
dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat lagi
disamping memberikan peringatan kepada siswa agar tidak mengulang perbuatan yang salah
yang telah dilakukannya saat belajar.
a. Ganjaran

Ganjaran adalah “Alat untuk medidik anak – anak supaya anak dapat merasa senang,
karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.” Berdasarkan definisi ini dapat
ditegaskan bahwa ganjaran diberikan kepada anak didik sebagai imbalan terhadap hasil usaha
atau prestasi yang telah dicapainya. Dengan adanya ganjaran dimungkinkan anak didik akan
terangsang dan terbiasa melakukan perbuatan yang baik.

Pendapat imam Al – Ghazali ini memberikan penegasan bahwa ganjaran dapat


diberikan bilamana anak didik melakukan sesuatu yang baik, yakni belajar dengan tekun dan
serius dan melakukan pekerjaan yang ditugaskan oleh guru. Dalam kaitan ini imam Al –
Ghazali membagi ganjaran menjadi 3 bagian seperti dijelaskan pada kutipan berikut:

1) Penghormatan (penghargaan), baik berupa kata – kata maupun dengan isyarat.


Penghormatan dengan kata – kata misalnya, baik, bagus, baik sekali, pintar dan
lain – lain. Penghormatan dengan isyarat seperti anggukan dengan kepala dengan
wajah berseri – seri, menunjukkan jempol, tepuk tangan, menepuk bahu dan lain –
lain.
2) Hadiah, yaitu ganjaran yang berupa pemberian sesuatu\materi yang bertujuan
untuk menggembirakan anak. Hadiah tidak perlu berupa barang yang mahal
harganya asal pantas saja. Dan lebih baik jangan sering dilakukan tapi hendaknya
diberikan pada saat yang tepat dan bila memeng dianggap perlu diberikan,
misalnya pada anak yang kurang mampu tapi berprestasi.
3) Pujian dihadapan orang banyak.

Ganjaran yang berupa pujian ini dapat diberikan dihadapan teman – teman sekelas satu
sekolahan ataupun dihadapan teman – teman dan orang tua wali murid, seperti pada waktu
penerimaan raport atau kenaikan kelas.

Berdasarkan kutipan di atas semakin meemperjelas makna ganjaran, dan semakin


memberikan kemudahan bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya ganjaran itu. Refleksi
pada kutipan di atas mengandung makna bahwa berbagai macam ganjaran dapat diberikan
kepada siswa sebagai upaya menghargai hasil usahanya dalam belajar.

b. Hukuman

Hukuman adalah “Penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (orang tua,guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau
kesalahan”. Pengertian ini memberikan penegasan bahwa hukuman dijatuhkan kepada
seseorang sebagai akibat pelanggaran , kejahatan, atau kesalahan yang dilakukannya.

Dalam pengertian lain dijelaskan tentang makna hukuman, yakni: “Suatu perbuatan
dimana seseorang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa dengan orang lain dengan tujuan
untuk memperbaiki atau melindungidirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani,
sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran”.

Berdasarkan pengertian ini menegaskan bahwa hukuman diberikan dengan tujuan


untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan anak didik dan melindungi dirinya
dariperbuatan yang kurang baik seghingga anak didik tidak melakukan kesalahan.

Dalam dunia pendidikan, menurut Syamsul Bahri dan Aswan Zain menyebutkan
bahwa hukuman adalah Reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan.
Hukuman dimaksud di sini tidak seperti hukuman penjara atau hukuman potong tangan.
Tetapi hukuman adalah hukuman yang bersifat mendidik . Hukuman yang mendidik inilah
yang diperlukan dalam pendidikan. Kesalahan anak didik karena melanggar disiplin dapat
diberikan hukuman berupa sanksi menyapu lantai, mencatat bahan pelajaran yang
ketinggalan, atau apasaja yang sifatnya mendidik.

Untuk menghindari adanya perbuatan sewenang – wenang dari pihak yang


menerapkan hukuman terhadap anak didik, berikut ini beberapa petunjuk dalam menerapkan
hukuman, antara lain:

 Penerapan disesuaikan dengan besar kecinya kesalahan.


 Penerapan hukuman disesuaikna dengan jenis, usia dan sifat anak.
 Penerapan hukuman dimulai dari yang kecil.
 Jangan lekas mengetrapan sebelum diketahui sebab musababnya, karena
mungkin penyebabnya terletak pada situasi atau pada peraturan atau pada pendidik.
 Jangan menetapkan hukuman pada saat marah, emosi atau sentimen.
 Jangan sering mengetrapkan hukuman.
 Sedapat mungkin jangan mempergunakan hukuman badan, melainkan pilihlah
hukuman yang paedagosis.
 Perhitungkan akibat – akibat yang mungkin timbul dalam hukuman tersebut.
 Berilah bimbingan pada si terhukum agar menginsyafi atas kesalahannya.
 Pelihara hubungan / jalinan cinta kasih sayang antara pendidik yang mengetrapkan
dengan anak didik yang dikenai hukuman, sekira terganggu hubungan tersebut harus
diusahakan pemulihannya.
Dengan beberapa petunjuk yang diberikan di atas memmungkinkan guru dapat
memberikan hukuman dengan sebaik – baiknya dan tidak menimbulkan masalah bagi siswa
yang diberi hukuman oleh guru.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada dasarnya kepribadian anak atau kepribadian siswa merupakan sebagai kesan
menyeluruh tentang dirinya yang terlihat dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.
Kesan menyeluruh di sini, adalah sebagai keseluruhan sikap mental dan moral seorang anak
yang terakumulasi di dalam hasil interaksinya dengan sesama dan merupakan hasil reaksi
terhadap pengalaman di lingkungan masing-masing. Untuk itu aspek-aspek kepribadian
sangat penting dan berhubungan dengan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi anak.

Untuk membentuk pribadi anak dalam pembelajaran pasti ada yang namanya masalah
belajar. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Contoh masalah belajar yaitu diantaranya siswa
yang malas belajar, kekurangan motivasi, dan siswa yang mempunyai kebiasaan buruk dalam
belajar untuk itu diperlukan nya terapi psikologis pada anak.

Terapi psikologis terhadap kenakalan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung dari pribadi anaknya dan latar belakang masalahnya. Mengingat setiap anak
memiliki cerita yang berbeda setiap kali mengatakan bahwa mereka menjadi nakal ataupun
sering melanggar aturan. Nah, berikut ini ada cara yang tepat mengatasi kenakalan anak.
Diantaranya : meningkatkan nilai agama, isi waktu bersama, campur tangan orang tua,
sugesti positif dan bergaul dengan teman sebayanya. Atau bisa juga dengan memberikan
ganjaran dan hukuman.

Ganjaran dan hukuman merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan negatif,
preventif dan korektif, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Adanya alat pendidikan
dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat lagi
disamping memberikan peringatan kepada siswa agar tidak mengulang perbuatan yang salah
yang telah dilakukannya saat belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto (1986). Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1989),
cet. Ke-8, h. 67

Ahmad Fauzi (1997). Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.

https://dosenpsikologi.com/cara-mengatasi-kenakalan-remaja-menurut-psikologi.

https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/10/pengertian-ganjaran-dan-hukuman.html?m=1

http://syawalarabic.blogspot.com/2015/11/makalah-psikologi-gangguan-belajar-
pada.html?m=1

Ngalim Purwanto. (1990) Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Singgih D. Gunarsa,(2000) Psikologi Praktik Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia

Anda mungkin juga menyukai