Oleh: KELOMPOK 4
MAHARANI (14220200013)
IRDA FERBRIANTI(14220200015)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembuatan karya ilmiah harus memperhatikan dasar-dasar dalam penyusunannya yaitu dengan
memperhatikan pemilihan kata yang di dalam nya terdapat kaida makna dan pengembangan kosakata
Bahasa Indonesia. Pemilihan kata sering disebut dengan istilah diksi. Istilah ini bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi
juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang yang sulit sekali mengungkapkan
maksudnya dan sangat miskin variasi bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa dengan orang-orang yang
sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan katanya, namun tidak ada isi yang tersirat
dibalik kata-kata itu. Tiap anggota masyarakat khususnya para pelajar harus mengetahui bagaimana
pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari.
Pemilihan kata sangat diperlukan dan diperhatikan sebagai dasar-dasar dalam penulisan ilmiah. Pilihan
kata disini tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah
kata yang dipilih itu sesuai dengan kaidah makna dan kalimatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang dasar-dasar penulisan ilmiah yang berupa pemilihan kata dan definisi,
yang terdiri dari kaidah makna dan pengembangan kosakata Bahasa Indonesia .
C. Tujuan
1. Dapat memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang pemilihan
kata baik pemilihan kata dalam atau dalam kaida makna dan pengembangan kosakata dalam Bahasa
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca indera, yaitu dengan mendengar
atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran
pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Pada waktu orang berteriak “Maling”
timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik
orang lain”. Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi, sedangkan
makna adalah “reaksi yang timbul pada orang yang mendengar.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu : pengertian, perasaan nada, dan tujuan.
Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau
pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kapada
pendengar atau pembacanya.
Menurut Minto Rahayu (2007: 68-69) pemilihan kata dalam kaidah makna yaitu :
Dalam melambangkan konsep dengan kata, idealnya satu konsep untuk satu kata, hal ini akan
mengurangi kesulitan berkomunikasi. Tetapi kenyataannya tidak demikian sehingga hubungan kata dan
makna sering menjadi rumit.
a. Sinonim ialah kata-kata yang mempunyi makna yang sama atau mirip. Misalnya, muka, paras wajah,
tampang.
b. Homofoni ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf sekaligus kesamaan bunyi.
Misalnya, buku (Kitab) dan buku (Bagian dari luas), tampang (muka) dan tampang (Bibit).
c. Homograf ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi pengucapnnya berbeda.
Misalnya, Teras (inti –e keras) dan teras (beranda rumah- e lemah), sedan (tangis) dan sedan (mobil).
2. Makna Denotatif
Denotatif ialah makna dalam alam wajar, yaitu makna makna objektif, konseptual, sebenarnya. Secara
eksplisit, denotatif merupakan hasil observasi, dapat di ukur, dapat dibatasi. Bahasa ilmiah
menggunakan makna denotatif dalam mengungkapkan pikiran.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu pertama, relasi antara sebuah kata
dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dengan barang dan ciri-
ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Pengertian kursi adalah ciri-ciri yang
membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif,
makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposisional. Disebut makna
denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karna makna itu menunjuk (denote) kepada suatu
referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian
dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu
dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang
hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan
berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas
terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya. Misalnya:
a. Makna Konotatif ialah makna tambahan, sikap sosial, pribadi. Misalnya, kata wanita dan perempuan
secara konseptual bermakna manusia berjenis kelamin betina, tetapi ada yang memaknai wanita
sebagai modern berprofesi, aktif.
Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai
emosional. Makna konotatif sebagain terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-
tidak setuju, senang-tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; dipihak lain, kata yang dipilih
itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
b. Makna Stilistik adalah makna yang berhubungan dengan lingkungan pemakai. Misalnya , kediaman,
istana (resmi), rumah (umum), pondok (puitis).
c. Makna Afektif berhubungan dengan perasaan lawan bicara. Misalnya, Tutup mulutmu.
d. Makna Reflektif, yaitu makna yang lebih terbatas dan pribadi. Misalnya, kemaluan (bukan berarti
mendapatkan malu).
e. Makna kolokatif, makna yang timbul oleh relasi dalam frase. Misalnya, gadis cantik bukan pria cantik
(seharusnya: pria tampan).
f. Makna Interpretatif, adanya perbedaan penafsiran, misalnya, kata si pada orang batak dan orang
sunda.
2. PENGEMBANGAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA
Kosakata bahasa daerah merupakan sumber dan benih pengembangan kosakata bahasa Indonesia.
Widjono Hs. (2005: 102) mengategorikan kosakata ke dalam sebuah wadah disebut istilah. Istilah
merupakan gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna, konsep, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
1. Kata dengan tepat mengungkapkan keadaan, makna konsep, proses, atau sifat.
2. Kata yang lebih daripada yang lain dan beracuan sama. Misal gulma dan tanaman
pengganggu.
3. Kata tidak berkonotasi buruk dan eufonik (sedap didengar), seperti tunawisma lebih baik
daripada gelandangan.
4. Kata umum yang diberi makna baru khusus dengan meluaskan atau menyempitkan makna
asal.
Widjono Hs. (2005: 104), morfem peristilahan kata atau imbuhan yang digunakan dalam
pembentukan peristilahan:
1. Bentuk dasar peristilahan, morfem yang langsung dapat dipakai sebagai dasar
pembentukan istilah yang luas.
2. Imbuhan pada bentuk dasar.
3. Kata ialah yang dapat berdiri sendiri, sebagai unsur kalimat, dan terdiri dari bentuk dasar
dan imbuhan yang diapit oleh spasi.
4. Kata berimbuhan
5. Gabungan kata, bentuk istilah yang terdiri atas beberapa kata, contohnya angkatan
bersenjata.
6. Bentuk prototipe, dijadikan acuan atau dasar dalam pembentukan istilah. Berasal dari
bahasa klasik (Latin, Yunani, Sansekerta, dll.), semisal: Radi (ator) – Latin | Radi (ator) –
Indonesia, Jerman, Inggris | Radi (ateur) – Perancis
7. Perangkat kata atau paradigma, kumpulan kata dijabarkan dari bentuk yang sama, baik
dengan proses penambahan atau pengurangan.
Istilah dasar diambil dari bahasa serumpun apabila dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah
yang tepat sebagai pengungkapan makna. konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
dimaksud,istilah dasar dapat diambil dari bahasa serumpun. Baik lazim maupun yang tidak
lazim, yang memenuhi syarat pada bahasan 1 kosakata bahasa indonesia.
Contoh :
Istilah baru dapat ditemukan dengan menerjemahkan istilah asing. Perlu memperhatikan kesamaan
dan kesepadanan makna konsepnya.
3.Penelitian Bahasa.
Penelitian bahasa adalah salah satu bentuk pengembangan bahasa. Melalui penelitian yang
seksama dan program penggunaan bahasa akan membantu proses pengembangan bahasa yang
diharapkan. Penelitian bahasa adalah salah satu bentuk dari perencaan pada pengembangan
bahasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan uraian yang telah dijelaskan ,dapat diturunkan kesimpulan tentang pemilihan kata dan
pengembangan kosakata Bahasa Indonesia Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah
bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Pengembangan
kosa kata/istilah 'bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain (l) dengan
pembentukan atau penciptaan kata atau istilah, (2) dengan penerjemahan, dan (3) dengan
pemungutan. Untuk penerjemahan dan pemungutan, keselarasan, dengan kaidah bahasa
Indonesia harus diperhatikan.
B. Saran
Makalah yang dibuat oleh penulis ini kurang banyak referensi dari buku kebanyakan diperoleh dari
internet jadi apabila ingin mempelajari tentang Pemilihan kata dan pengembangan kosakata Bahasa
Indonesia bacalah referensi yang lain juga jangan perpatokan hanya dimakalah ini saja. Dan kami
berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksidan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama, 2010.
http://www.pengertianahli.com/.
https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi.
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/7450#:~:text=Pengembangan%20kosa%20kata
%2Fistilah%20'bahasa,kaidah%20bahasa%20Indonesia%20h.
1.Bagaimana dampak pilihan kata terdapat penyampaian sebuah informasi berita?-Aini rosiani
Jawaban: Dampak diksi terhadap penyampaian informasi adalah terkait keakuratan makna dan suasana
yang disampaikan kepada pemirsa. Diksi yang tepat mampu menyajikan tidak hanya makna leksikal,
tetapi juga konteks tempat makna tersebut harus dipahami. Oleh karena itu, penting bagi penulis
menggunakan diksi yang tepat.
Jawaban : Yang menyebabkan makna afektif lebih terasa secara lisan karena makna afektif berkaitan
dengan perasaan penutur secara langsung kepada mitra tutur. Perasaan penutur akan tersampaikan
secara langsung ketika penutur melisankan kata-kata yang mewakili perasaanya secara lisan tidak
melalui tulisan.
3.Jelaskan Apa saja yang menajdi pokok persoalan dalam pilihan kata?-Ayu
1.makna
Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan yang tidak sesuai berdiri sendiri
2.Relasi
Jawaban:
• Memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami dan mengerti apa yang ingin
disampaikan penulis atau pembicara
• Kata yang disampaikan menjadi lebih jelas sehingga terasa tepat dan sesuai dalam konteks
penggunaannya
• Mengantisipasi terjadinya interpretasi atau tafsiran yang berbeda antara penyampai kalimat
dengan penerimanya
• Diksi yang bagus dan sesuai dapat digunakan untuk memperindah kalimat sehingga cerita yang
dibuat bisa lebih runtut dengan mendeskripsikan karakter tokoh, latar dan waktu, serta alur cerita
• Untuk menggambarkan ekspresi terhadap ide dan gagasan yang akan disampaikan
5.Mengapa pemilihan kata dalam berbahasa baik secara lisan maupun tulisan itu di perlukan?-Ade
Jawaban: a. Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengaran
.c.Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis mau pun terucap).
d.Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau
pun pembacanya
Makna konotasi adalah makna tambahan yang bersifat konsesus dan berkaitan dengan nilai rasa. Makna
ini timbul akibat dari adanya nilai dan norma yang dipegang oleh masyarakat tertentu.
• Makna konotasi terjadi apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif atau negatif.
• Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan
kelompok masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma yang ada pada masyarakat
tersebut.
Rasa cemburu sesorang karena dihkianati sang kekasih, membuatnya tidak bisa mengontrol emosinya.
Kata sifat yang tepat dijadikan larik puisi untuk mengungkapkan ilustrasi dalam prosa tersebut
adalah . . .. . .