Anda di halaman 1dari 20

ILEUS PARALITIK

Kelompok III :

❖ Alviyatul Laila 14220200009


❖ NurFitri Ayu Tri Darna 14220200018
❖ Maharani 14220200013
❖ Asilah Afnani Bisri 14220200023
❖ Wamila mangar 14220200019
B1 ILMU KEPERAWATAN
KONSEP
TEORI
DEFINISI
Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan)
saluran gastrointestinal tanpa disertai adanya obstruksi mekanik
pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan ileus
paralitik. Obstruksi Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus

Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai


saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti
sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti
diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
parkinson.
ETIOLOGI
Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah
abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung
peningkatan risiko terjadinya ileus, diantaranya (Behm, 2003) sebagai
berikut :
➢ Sepsis.
➢ Obat-obatan (misalnya : opioid, antasid, coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine).
➢ Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia,
hipomagnese-mia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas).
➢ Infark miokard.
➢ Pneumonia.
➢ Trauma (misalnya : patah tulang iga, cedera spina).
➢ Bilier dan ginjal kolik.
➢ Cedera kepala dan prosedur bedah saraf.
➢ Inflamasi intra abdomen dan peritonitis.
➢ Hematoma retroperitoneal.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi
dari terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat
menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal,
menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis
menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara : pada tahap
yang kecil melalui pengaruh langsung norepineprin pada
otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia
merangsangnya), dan pada tahap yang besar melalui
pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-
neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat
pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan
makanan melalui traktus gastrointestinal.
PATHWAY
Obat-obatan (narkotik, Persangsangan kuat pada Gangguan N.
antihipertensi, saraf parasimpatis Thoracalis

Memberikan efek
berlawanan dg saraf
parasimpatik

Iskemi atau penurunan Menghambat aktifitas Menghambat kontraksi


fungsi plexus traktus gastrointestinal otot organ abdomen

Peristaltik usus ↓

Otot usus tidak mampu


mendorong

Ileus Paralitik
Stasis isi usus

Perut terasa Feses, cairan, gas, bakteri Bakteri berkembang


terjebak dalam usus biak

Anorexia, mual, Distensi abdomen Risiko infeksi usus &


muntah organ2 sekitar

Kekurangan volume cairan


Peritonitis

Iskemia
MANIFESTASI KLINIS
1. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri
(kolik).
2. Mual dan mutah.
3. Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya
24-48 jam.
4. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri
ringan, tanpa defans muskuler.
5. Bising usus menghilang.
6. Gambaran radiologis : semua usus
menggembung berisi udara.
KOMPLIKASI
1) Nekrosis usus
2) Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu
lama pada organ intra abdomen
3) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium
sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada
intra abdomen.
4) Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani
dengan baik dan cepat.
5) Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
6) Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan
malnutrisi.
7) Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
8) Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi
abdomen.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
• Foto polos abdomen tiga dimensi

• Pemeriksaan radiologi dengan berium


enema
• CT-Scan

• USG

2. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan
adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah
dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolic
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan dan Terapi Medis
❑ Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti
inflamasi
❑ Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase
akut
❑ Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
❑ Bedrest
2. Konservatif
Laparatomi Adanya strangulasi ditandai dengan
adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia
(demam), lokal tenderness dan guarding, rebound
tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk
mengetahui secara pasti hanya dengan tindakan
laparatomi.
KONSEP
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada
klien ileus paralitik adalah sebagai berikut, :
➢ Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, alamat, status perkawinan, dan suku
bangsa.
➢ Riwayat keperawatan
- Riwayat kesehatan sekarang meliputi apa yang
dirasakan klien saat pengkajian.
- Riwayat kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang
pernah diderita, apakah sebelumnya pernah
mengalami peenyakit yang sama.
- Riwayat kesehatan keluarga meliputi apakah dari
keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.
➢ Riwayat Psikososial dan spiritual meliputi pola interaksi, pola
pertahanan diri, pola kognitif, pola emosi dan nilai
kepercayaan klien.
➢ Kondisi lingkungan meliputi bagaimana kondisi lingkungan
yang mendukung kesehatan klien.
➢ Pola aktivitas sebelum dan di rumah sakit meliputi pola
nutrisi, pola eliminasi, personal hygiene,pola aktivitas sehari
– hari dan pola aktivitas tidur.
➢ Pengkajian fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi,
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


mual, muntah, demam, dan atau diforesis.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
distensi abdomen dan atau kekakuan
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan
perubahan status kesehatan
INTERVENSI
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi (SIKI) Hasil
(SDKI) (SLKI) (SLKI)
1 Resiko ketidak seimbangan (L.03020). Pemantauan cairan.(I.03121). (L.03020). Dengan kriteria hasil :
cairan.(D.0036). Setelah dilakukan Obaservasi
• asupan cairan meningkat
intervensi • monitor frekuensi dan kekuatan nadi
keperawatan selama • monitor frekuensi napas
• membran mukosa lembab
3x24 jam ,maka • monitor takanan darah
meningkat
keseimbangan cairan • monitor berat badan
meningkat. • monitor waktu pengisian kapiler • tugor kulit membaik
• monitor elastisitas
• ouput cairan meningkat
• identifikasi faktor resiko ketidak
seimbangan cairan
Tarapeutik
• atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
• informasikan hasil pemantauan ,jika perlu.
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi (SIKI) Hasil
(SDKI) (SLKI) (SLKI)

Nyeri akut (D.0077). Setelah dilakukan (I.08238) (L.08063. Kontrol nyeri (SLKI).
Observasi :
intervensi • keluhan nyeri menurun
• identifikasi lokasi,karakteristik,intesitas
keperawatan selama nyeri
• meringis menurun
3x24 jam ,maka • identifikasi skala nyeri
diharapkan nyeri • sikap protektif menurun
• identifikasi respon nyeri non verbal
akan berkurang. • identifikasi faktor memperberat dan • kesulitan ridur menrun
memperingan nyeri.
• dehidrasi menurun
• identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup.
• frekuenai nadi menururun
Tarapberikan
• pola nafas membaik
• teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
• tekanan darah membaik.
• kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri eutik
Edukasi
• jelaskan penyebab ,periode,dan pemicu
nyeri
• jelaskan startegis meredakan nyeri
• anjurkan menggunkana analgetik secara
tepat.
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi (SIKI) Hasil
(SDKI) (SLKI) (SLKI)

3 Pola napas Ketidak Efekifan Setelah dilakukan (I.010011). • (L.010011). Kriteria hasil:
( D.00A05) intervensi • Monitor frekuensi irama ,kedalaman,dan • Dispnea menurun
keperawatan selama upaya napas • Penggunaan otot bantuan
3x24 jam ,pola nafas • monitor pola nafas seperti napas menurun
membaik . ,bradipnea,takipnea,hiperrvolemia,stokes • kedalam nafas membaik
biok • pemanjangan fase eksprisi
• palpasi kesimetrisan ekspansi paru menurun
• monitor saturasi oksigen • frekuensi nafas membaik
• Monitor nilai AGD • posterior meningkat
Tarapeutik • pernefasan cuping hidung
• atur interval waktu pemantauan menurun
respirasi sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil
• Edukasi
• jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
• informasikan hasil pemantauan jika
perlu.
KESIMPULAN

Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut


menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut
yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama.

Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering


berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau
perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna, infeksi,
obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi
saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus paralitik terdiri dari
ileus mekanik dan neurogenic.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai