Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ABDOMINAL PAIN

1. Pengkajian
1. Pasien mengeluh nyeri perut.
2. Nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. RR meningkat
5. Pasien tampak meringis.
6. Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi
8. Pasien hanya minum < 8 gelas sehari
9. Pasien muntah-muntah
10. Pasien tampak lemah.
11. Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
12. Turgor kulit tidak elastis.
13. Urine sedikit dan pekat.
14. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
15. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
16. Berat badan pasien turun
17. Pasien tampak lemah dan kelelahan
18. Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
19. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.

 Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis)
untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang
merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal
(status lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan secara sistematis dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada
penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi.
 Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum atau
usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda
khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan
bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
 Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan atau
iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena
iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads waktu
palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan
timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen di daerah lain.
2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena
rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.

 Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan nyeri oleh
ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi timpani karena meteorismus
disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi rendah.
 Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan
peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
 Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan
rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan ampulla recti apakah
berisi faeces atau teraba tumor.

2. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri
perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien tampak
meringis dan pasien mengatakan slaka nyeri ringan - sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien kering, turgor
kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah ditandai
dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah ditandai dengan Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien hanya
makan sedikit dari porsi yang diberikan, dan berat badan pasien turun

3. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi
Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan nyeri dapat berkurang atau
terkontrol dengan kriteria hasil :
1. Nyeri pasien dapat berkurang
2. Skala intensitas nyeri berkurang 2 -3
3. Pasien tampak tenang
4. TTV tampak normal ( dalam batas normal )
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti tindakan
yang akan di lakukan

2. Manajemen lingkungan: lingkungan 2. lingkungan tenang akan

tenang, batasi pengunjung, dan menurunkan stimulus nyeri

istirahatkan klien eksternal dan pembatasan


pengunjung akan
membantu meningkatkan
kondisi okisigen (O2)
ruangan

3. Ajarkan dan dorong pasien tehnik 3. Dengan tehnik relaksasi nyeri


relaksasi napas dalam dapat mengurangi nyeri .

4. Bantu pasien untuk mendapatkan 4. untuk menurunkan ketegangan


posisi yang nyaman, dan gunakan atau spasme otot dan untuk
bantal untuk membebat atau mendistribusikan kembali
menyokong daerah yang sakit bila tekanan pada bagian tubuh
diperlukan .

5. Kolaborasi pemberian analgetik


5. Kolaborasi dengan pemberian
analgetik sesuai indikasi dapat
memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri dapat
6. Observasi TTV
berkurang.

7. Observasi skala nyeri 6. Peningkatan nadi menunjukkan


adanya nyeri.

7. Untuk mengetahui intervensi


selanjutnya dan untuk melihat
skala nyeri.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan volume cairan tetap adekuat
dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital tetap stabil
2. Warna kulit dan suhu normal
3. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal
4. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau dan catat tanda-tanda vital 1. Takikardia, dispnea, atau
setiap 2 jam atau sesering mungkin hipotensi dapat
sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
Kemudian pantau dan catat tanda- kekurangan volume cairan
tanda vital setiap 4 jam. atau ketidakseimbangan
elektrolit.

2. Untuk mencegah
2. Selimuti pasien hanya dengan kain
vasodilatasi, terkumpulnya
yang tipis. Hindari terlalu panas
darah di ektremitas, dan
berkurangnya volume
darah sirkulasi.

3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 3. Haluaran urine yang


sampai 4 jam. Catat dan laporkan rendah dan berat jenis
perubahan yang signitifikan urine yang tinggi
termasuk urine, feses, muntahan, mengindikasikan
drainase luka. hopovolemia.

4. Untuk mengganti cairan


4. Berikan cairan, darah atau produk
dan kehilangan darah serta
darah, atau ekspander plasma
mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskular, pantau dan
catat keefektifan dan
semua efek yang tidak
diharapkan.

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah:


Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien akan menunjukkan tingkat peningkatan aktivitas
optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas
2. Pasien mengindentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan kelemahan
3. Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi, tetap dalam batas yang ditetapkan selama
aktivitas
4. Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai

Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang 1. Untuk
perlunya beraktifitas mengkomunikasikan
kepada pasien bahwa
aktivitas akan
meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
psikososial

2. Untuk mrningkatkan
2. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien
motivasinya agar lebih
yang diinginkan dan sangat berarti
aktif
baginya
3. Dorong pasien untuk membantu 3. Partisipasi pasien dalam
merencanakan kemajuan aktivitas perencanaan dapat
yang mencakup aktivitas yang membantu memperkuat
diyakini sangat penting oleh pasien keyakinan pasien

4. Untuk menurunkan
4. Intruksikan dan bantu pasien untuk
kebutuhan oksigen tubuh
beraktivitas diselingi istirahat
dan mencegah keletihan

5. Identifikasi dan minimalkan faktor- 5. Untuk membantu


faktor yang dapat menurunkan meningkatkan aktivitas
toleransi latihan pasien pasien

6. Pantau dan respons fisiologis


6. Untuk meyakinkan bahwa
terhadap peningkatan aktivitas
frekuensinya kembali
(termasuk respirasi, denyut dan
iramma jantung, tekanan darah)

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal dengan kriteria hasil :
1. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong
2. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu
3. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman kebutuhan diet khusus

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tindakan yang 1. klien mengetahui dan
akan di lakukan. dapat mengikuti
tindakan yang akan di
lakukan

2. Beri kesempatan pasien 2. untuk membantu

mendiskusikan alasan untuk tidak mengkaji penyebab

makan gangguan makan

3. Tentukan makanan kesukaan pasien


3. untuk meningkatkan
dan usahakan untuk mendapatkan
nafsu makan pasien
makan tersebut, tawarkan makanan
yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil

4. Observasi dan catat asupan pasien


4. untuk mengkaji zat gizi
yang di konsumsi dan
suplemen yang
diperlukan
5. Timbang berat badan pasien pada
5. Tindakan ini
jam yang sama setiap hari. Beri
memberikan data
penguatan penambahan berat badan
akurat dan memberikan
dengan pujian atau penghargaan
pengendalian pada
pasien tentang
makanan yang akan
dimakan dan pujian
atau penghargaan yang
di dapatkan

5. Implementasi
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995).

1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan klien
3. Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam
4. Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan .
5. Berkolaborasi pemberian analgetik
6. Mengobservasi TTV
7. Mengobservasi skala nyeri

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

IMPLEMENTASI

1. Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering


mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-
tanda vital setiap 4 jam.
2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
terlalu panas
3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka.
4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri

IMPLEMENTASI

1. Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas


2. mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berarti baginya
3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas
yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien
4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi
istirahat
5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien
6. Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah)
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.


2. Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
3. menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman,
penglihatan dan taktil
4. Mengobservasi dan catat asupan pasien
5. Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri
penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan

6. Evaluasi
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi
Daftar pustaka

1. www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
2. www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
3. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
5. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New
York. Mcgrawhill companies.
6. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
7. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
8. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku  Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
9. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai