Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Nn D

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (DISPEPSIA) DI RUANG AGNES B


RS HATIVE PASSO

Disusun oleh:

Nama: Merlis Sance Sapulette

Npm: 121114201200144

Kelas: keperawatan B

Ruangan: Agnes

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2023
 PENGERTIAN
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati pada abdomen bagian
atas atau dada bagian bawah. Dispepsia merupakan gejalakeganasan saluran cerna
bagian atas. Pada pasien dewasa muda, penyebabtersering dari dyspepsia adalah
refluks gastroesofagus dan gastritis. Reaksi inimenimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan seringkalimenyerang individu usia produktif,
yakni usia 30-50 tahun

 ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
lambung terletak oblik dari kiri ke kanan berbentuk menyilang di abdomen atas di bawah
diafragma. Pada saat kosong, lambung berbentuk tabung (seperti huruf J) dan pada saat penuh
seperti buah alpukat. Jumlah yang dianjurkan untuk kapasitas normal lambung adalah satu sampai
dua liter. Anatomi lambung terdiri dari fundus, korpus, dan antrum pyloricum atau piloris. Pada
bagian atas kanan terdapat cekungan kurvatura minor dan di bawah kiri terdapat cekungan
kurvatura mayor serta di masing-masing ujung kurvatura terdapat sfinger yang berfungsi
mengatur pengeluaran dan pemasukan.

Fisiologi
fungsi lambung dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Fungsi Motorik
a) Fungsi resevair adalah menyimpan makanan dan dicerna terus hingga menjadi sedikit.
Makanan di saluran sesuai tingkat volume tanpa ada penambahan tekanan. Gastrin merangsang
saraf vagus untuk memerantai terjadinya rileksasi reseptif otot polos.
b) Fungsi mencampur merupakan pemecahan makanan menjadi partikel kecil dan bercampur
dengan getah lambung yang melalui kontraksi otot yang ada pada lambung.
c) Fungsi pengosongan lambung merupakan suatu yang dikendalikan oleh pembukaan sfinger
piloris dan dipengaruhi oleh viskositas, emosi, keasaman, volume, keadaan fisik, serta aktivitas
osmotik, kerja dan obatobatan.

2) Fungsi pencernaan dan sekresi


a) Pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya
serta awal mula pencernaan protein oleh pepsin dan HCI.
b) Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, dan
rangsangan vagus.
c) Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
Pengaturan sekret lambung dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan instestinal. Fase sefalik
dimulai sebelum makanan masuk lambung seperti melihat, mengecap, mencium, dan memikir.
Pada fase ini diperantarai oleh saraf vagus dan dihilangkan dengan vagotomi. Impuls eferen
kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung, sehingga kelenjar gastrik dirangsang
mengeluarkan asam HCI, pepsinogen dan menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan sekitar
10% dari sekresi lambung normal. Fase gastrik dimulai pada saat makanan mencapai antrum
pilorus. Distensi yang terjadi diantrum menyebabkan rangsangan mekanis pada dinding lambung
sehingga impuls-impuls merangsang pelepasan hormon gastrin dan kelenjar-kelenjar lambung
dan terjadi sekresi. Pelepasan gastrin dirangsang oleh pH alkali, garam empedu diantrum dan
protein makanan serta alkohol. Fase intestinal pada saat gerakan kimus dari lambung ke
duodenum. Protein yang ditelah dicerna didalam duodenum merangsang pelepasan gastrin usus,
suatu hormon yang menyebabkan lambung terus mensekresikan cairan lambung.

 ETIOLOGI
1) Adanya infeksi bakteri Helicobacter pylori yang ditemukan dalam lambung.
2) Mengkonsomsi obat-obatan anti nyeri secara rutin seperti Nonstreroidal Antiinflamatory
Drugs (NSAIDs), misalnya aspirin, ibuproven (Advil, Motrin, dan lain-lain) serta naproxen
(aleve).
3) Minuman alkohol yang dikonsumsi berlebihan dapat merangsang asam lambung sehingga
mengiritasi permukaan lambung.
4) Keadaan stress yang berlebihan yang disebabkan oleh adanya trauma, infeksi penyakit dan
tindakan pembedahan.
5) Asam empedu sebagai pembantu pencerna lemak akan menyebabkan peradangan di lambung
akibat adanya kerusakan pada cincin piloris karena tidak dapat berfungsinya sebagai pencegah
asam empedu ke lambung yang dilepaskan di usus kecil.
6) Adanya serangan sel yang disebut autoimun gastritis akibat terserang penyakit Hashimoto’s
disease, Addison’s disease, dan diabetes tipe 1.
7) Adanya komplikasi dari penyakit lain seperti HIV/AIDS, Crohn’s disease, infeksi parasit,
gangguan ginjal dan hati.

 PATOFISIOLOGI
 MANIFESTASI KLINIS
Dispepsia adalah penyakit sindrom yang ditandai mual, tekanan epigastrik, kembung, dan nyeri
perut. Terjadi defisiensi sekresi lambung, gangguan motilitas lambung, defisiensi produksi
empedu akibat dari diet, alkohol, merokok, obat-obatan seperti aspirin, psikososial dan infeksi
bakteri Helicobacter Pylori

 PENATALAKSANAAN
1.Non Farmakologi dengan diit porsi kecil rendah lemak, hindari kopi, alkohol dan rokok,
tidak langsung tidur setelah makan, olahraga teratur, hipnoterapi, terapi relaksasi, terapi
perilaku.
2. Farmakologi : Mengkonsumsi obat-obatan sesuai petunjuk dan resep dokter

 KOMPLIKASI
Komplikasi dari dispepsia yaitu luka pada lambung yang dalam atau melebar tergantung
berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung dan dapat mengakibatkan kanker pada
lambung.

 LANDASAN TEORI KEPERAWATAN


Wawancara:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit masa lalu
4. Genogram
Pemeriksaan fisik:
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Keasadaran
4. Pemeriksaan kardiovaskuler
5. Pemeriksaan respirasi
6. Pemeriksaan gastrointestinal
7. Pemeriksaan neurosensorik
8. Pemeriksaan integument

 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dan
mengabsorbsi nutrien
3. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung
 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria Rencana keperawatan


hasil
1. Nyeri akut setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan •observasi :
peningkatan asam 1x24jam diharapkan - identifikasi lokasi, karakteristik,
lambung tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi,intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : - identifikasi skala nyeri
- keluhan nyeri - identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
- muntah menurun - identifikasi faktor yg memperberat
-mual menurun dan memperingan nyeri.
- kemampuan
menuntaskan aktivitas •Teraupetik
meningkat - berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
kompres hangat/dingin, terapi pijat)
-kontrol lingkungan yg
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
- fasilitas istirahat dan tidur
-pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

MANAJEMEN NUTRISI
•observasi :
2. - identifikasi status nutrisi
Deficit nutrisi -identifikasi alergi dan intorentasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan makanan
ketidakmampuan tindakan keperawatan -monitor asupan makanan
mencerna makanan dan 1x24 jam diharapkan -monitor hasil peneriksaan
mengabsorbsi nutrien status nutrisi membaik laboratorium
dengan kriteria hasil:
•Teraupetik :
- pengetahuan tentang - fasilitas menentukan pedoman diet
pilihan makanan yg (mis. piramida makanan)
sehat meningkat - sajikan makanan secara menarik
- pengetahuan tentang dan suhu yg sesuai
pilihan minuman yg
sehat meningkat •edukasi :
- nyeri abdomen - ajarkan diet yg diprogramkan
menurun
- frekuensi makan •Kolaborasi :
membaik -kolaborasi pemberian medikasi
-nafsu makan sebelum makan (mis pereda nyeri)
membaik -kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutries yg dibutuhkan, jika perlu

3.
Nausea berhubungan
dengan iritasi lambung Setelah dilakukan
tindakan keperawatan MANAJEMEN MUAL
1x24 jam diharapkan •Observasi :
tingkat nausea - identifikasi pengalaman mual
menurun dengan - identifikasi dampak mual terhadap
kriteria hasil: kualitas hidup (mis,nafsu makan)
-identifikasi faktor penyebab mual
-Nafsu makan (mis.pengobatan dan prosedur)
meningkat -monitor mual (mis.frekuensi,durasi
-keluhan mual dan tingkat keparahan)
menurun - monitor adupan nutrisi dan kalori
-perasaan ingin
muntah menurun •Teraupetik
-pucat membaik -kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual (mis. bau tak
sedap,suara,rangsangan visual yang
tidak menyenangkan)
-kurangi atau hilanglan keadaan
penyebab mual
( mis.kecemasan,ketakutan,kelelaha
n)
-berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik

•Edukasi
-Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
-Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi
mual

•Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
antlemetik,jika perlu
Daftar pustaka:
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015
2017 Edisi 10. Jakarta: EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia Definisi

dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI DrKumar. 2013.
Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: Binarupa Aksara MaryaR. K. 2013Buku
Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit. Tangerang Selatan Binarupa Aksara
Publiser

Anda mungkin juga menyukai